Rumah Singgah sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan Sosial bagi Anak

29 sosialnya melalui peningkatan kemampuannya untuk melaksanakan peranannya sesuai dengan statusnya. Dari defenisi Boehm dapat disimpulkan bahwa bimbingan sosial perseorangan merupakan suatu metode pekerja sosial yang menjadikan individu sebagai sasaran pelayanan dan bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan keberfungsian seseorang dan juga memusatkan perhatian pada interaksi diantara individu dengan individu lain dan dengan lingkungan sosialnya. Sedangkan, Walter menyatakan bahwa metode pokok untuk membantu seseorang dalam masalahnya adalah social group work atau bimbingan sosial kelompok dimana dapat diuraikan bahwa social group work mempunyai sasaran ganda yaitu: individu sebagai anggota kelompok dan kelompok sebagai tempat individu bernaung, dan disini lebih menekankan pengembangan individupribadi agar mampu berpartisipasi dengan sempurna didalam kelompok atau masyarakat dimana ia menjadi anggotanya.

D. Rumah Singgah sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan Sosial bagi Anak

Jalanan Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat setempat. Rumah singgah merupakan tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karenanya penting menciptakan rumah singgah sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan bagi anak jalanan. Rumah singgah juga ibarat sebuah keluarga dimana pekerja sosial bertindak sebagai orang tua atau kakak untuk anak jalanan. Dalam sebuah keluarga, hubungan yang terjadi bersifat informal dimana satu sama lain saling mengasihi dan memperhatikan kesulitan. Sebagai orang tua, para pekerja sosial membimbing anak jalanan kearah perilaku sehari-hari yang sesuai dengan norma. Salah Universitas Sumatera Utara 30 satu usaha untuk mewujudkan kesejahteraan anak khususnya anak jalanan adalah didirikannya rumah singgah yang empat-lima tahun belakangan ini mulai bermunculan di Indonesia. Rumah singgah didefenisikan sebagai suatu “wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka Gosita,1991;22. Tujuan umum rumah singgah adalah membantu anak jalanan menagatasi masalah- masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan tujuan khususnya adalah membentuk sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat; mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga-lembaga pengganti lainnya jika diperlukan; dan memberikan berbagai alteratif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi warga yang produktif. Rumah singgah memiliki fungsi sebagai berikut: a. Tempat pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, mengkaji kebutuhan dan melakukan kegiatan program, dimana pekerja sosial melakukan pendekatan sebagai tahap awal dan selanjutnya dapat menganalisa apa yang menjadi kebutuhan dari anak jalanan. b. Tempat untuk mengkaji masalah anak agar dapat diketahui seperti apa pelayanan yang harus diberikan. c.Rumah singgah merupakan tempat perlindungan bagi anak dari kekerasanpenyalahgunaan seks, ekonomi, dan bentuk-bentuk kriminal lainnya yang terjadi di jalanan. Universitas Sumatera Utara 31 d. Pusat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan dan lain-lain. e. Tempat untuk mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak, dimana para pekerja sosial diharapkan mampu mengatasi permasalahan anak jalanan dan membetulkan sikap dan perilaku sehari-hari yang akhirnya akan mampu menumbuhkan keberfungsian sosial anak. Prinsip-prinsip rumah singgah yang disusun sesuai dengan karakteristik pribadi kehidupan anak jalanan, adalah: a. Semi institusional; anak jalanan sebagai penerima pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya mengikuti kegiatan. b. Pusat kegiatan; merupakan tempat kegiatan, pusat informasi dan akses seluruh kegiatan yang dilakukan di dalam maupun di luar rumah singgah, terbuka 24 jam, anak jalanan boleh datang kapan saja, siang hari maupun malam hari terutama bagi anak jalanan yang baru mengenal rumah singgah. c. Hubungan informal kekeluargaan; anak jalanan dibimbing sebagai anggota keluarga besar, dimana para pekerja sosial berperan sebagai teman, saudarakakak atau orang tua. Hubungan ini membuat anak merasa diperlakukan seperti anak lainnya dalam sebuah keluarga dan merasa sejajar karena pekerja sosial menempatkan diri sebagai teman dan sahabat; bebas untuk apa saja bagi anak, mereka dibebaskan untuk melakukan apa saja, seperti tidur, bermain, bercanda, mandi dan sebagainya. d. Persinggahan dari jalanan kerumah singgah atau ke alternatif lain, misalnya kembali kerumah, mengikuti saudara, masuk panti, kembali bersekolah dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 32 Rumah singgah sebagai salah satu bentuk pelayanan untuk anak jalanan memiliki program untuk membina dan mengembangkan kemampuan diri anak jalanan. Program secara harafiah diartikan sebagai rencana kegiatan dalam suatu wadah tertentu. Dari batasan tersebut terlihat bahwa program itu berhubungan dengan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai wujud dari suatu rencana. Program juga sebagai suatu rencana yang diolah dengan memperhatikan faktor kemampuan ruang, waktu dan urutan-urutan penyelenggaraan secara tegas dan teratur sehingga menjawab pertanyaan tentang siapa, dimana, dan bagaimana. Suatu program ditujukan untuk mengubahmeningkatkan pengetahuan, sikap atau tingkah laku seseorang, mengubah institusi dimana dilakukan untuk perubahan masyarakat ke yang lebih baik. Rumah singgah dalam memberikan pelayanan kepada anak jalanan, dilihat dari pengertian pelayanan sosial seperti yang dikemukakan oleh Alfred J Khan dalam Sumarnonugroho 1991 harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu: Pertama, prinsip pencegahan; dimana anak jalanan yang terlanjur ke jalanan diupayakan ditarik kembali kepada keluarganya dan anak-anak yang masih tinggal dengan keluarganya diupayakan jangan sampai ke jalanan. Untuk mengatasi penyebabnya, diselenggarakan program pemberdayaan keluarga untuk anak sendiri seperti modal dan beasiswa bagi anak yang masih sekolah. Kedua, prinsip penyembuhan; ini ditujukan kepada anak jalanan yang memiliki perilaku menyimpang. Bersama pekerja sosial, anak belajar untuk terlibat dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan penanganannya. Anak dilatih bertanggungjawab dalam memecahkan masalahnya. Universitas Sumatera Utara 33 Ketiga, prinsip pengembangan; dimana anak jalanan memiliki potensi, aspirasi, dan inisiatif juga daya tahan yang kuat, kemauan keras dan tidak putus asa. Dalam prinsip pengembangan ini, anak bersama pekerja sosial mengembangkan potensinya untuk mengatasi masalah dan berguna bagi masa depannya. Adapun program pelayanan dan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh rumah singgah adalah: a. Penjangkauan dan pendampingan di jalanan. Meliputi kunjungan lapangan dan perkenalan, pemeliharaan hubungan dengan anak, pembentukan kelompok jalann, serta konseling dan mendampingi kegiatan anak jalanan. b. Identifikasi anak. Meliputi pengisian file profil anak, pengisian file monitoring perkembangan anak. Ini dilakukan untuk mengetahui secarajelas mengenai anak jalanan yang akan diberi bimbingan di suatu rumah singgah. c. Resosialisasi. Meliputi pengenalan kegiatan keagamaan, pengajaran dan diskusi tentang norma sosial, permainan, pertunjukan seni dan olah raga, membaca buku, majalah, membimbing sosial perilaku sehari-hari, bimbingan sosial kasus, pemeliharaan kesehatan, penyatuan kembali dengan keluarga, kunjungan kerumah orang tua anak jalanan, pertemuan dengan warga sekitar rumah singgah. d. Pemberdayaan anak jalanan. Meliputi pendidikan, pelatihan, pelayanan keterampilan kerja, bantuan modal usaha dan membantu anak menemukan pekerjaan lain. e. Pemberdayaan untuk orang tua anak jalanan. Pengertian pemberdayaan orang tua anak binaan adalah kegiatan bantuan modal usaha kepada para orang tua anak jalanan yang bersekolah. Tujuannya membantu orang tua meneruskan usahanya dan Universitas Sumatera Utara 34 meningkatkan pendapatan orang tua. Sasaran program ini adalah orang tua yang anaknya dibina dirumah singgah, mempunyai kegiatan usaha dan berpotensi untuk dikembangkan, orang tua yang mendapat pemberdayaan adalah orang tua perempuan. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi bimbingan dan penyuluhan, pemberian modal dan bimbingan usaha. f. Terminasi pengakhiran pelayanan dilakukan untuk mengakhiri proses penanganan anak jalanan. Kegiatan ini dilakukan agar anak jalann tidak selalu menggantungkan diri mereka pada rumah singgah, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri Sumarnonugroho.1999;43. Dr. Inanam Kardono juga mengemukakan suatu program penanggulangan anak jalanan yaitu melalui penyantunan dan pengentasan anak. Penyantunan dan pengentasan anak terlantar dimaksud sebagai upaya pembinaan kesejahteraan sosial anak yang bersifat pencegahan, pemulihan atau penyantunan dan pengembangan dengan cara meningkatkan kemampuan anak, meningkatkan fungsi-fungsi dan peranan keluarga, masyarakat sehingga tercipta kondisi sosial yang dinamis yang memungkinkan anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar Kardono, 2007 httpwww.suaramerdeka.com.htm.

E. Keterampilan sebagai Salah Satu Faktor Pemberdayaan Anak Jalanan