Anak, Hak-hak Anak dan Kedudukannya dalam Aspek Sosiologis

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak, Hak-hak Anak dan Kedudukannya dalam Aspek Sosiologis

A.1. Defenisi Anak dan Anak Jalanan Konsep “anak” didefenisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak: anak adalah seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak: anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dapat disimpulkan bahwa, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun yang belum mampu bertanggungjawab terhadap diri-sendiri dan masih berada di bawah tanggungan orang lain yaitu keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Anak adalah aset bangsa sebagai bagian dari generasi muda, anak berperan besar sabagai generasi penerus bangsa. Peran strategi ini telah dikenal oleh masyarakat internasional untuk melahirkan sebuah deklarasi dan konvensi yang intinya menekankan posisi anak sebagai mahkluk yang harus mendapatkan perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. Anak adalah orang yang dianggap belum mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan masih berada di bawah tanggungan orang lain yaitu keluarga orang tua, masyarakat, pemerintah. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan Sumber Daya Manusia yang berkualitas Frans van Dijk,1999;3. Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat-tempat umum, yang masih berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan Universitas Sumatera Utara 13 kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilan yang tidak terurus dan mobilitasnya tinggi. Anak jalanan juga merupakan kelompok anak marginal perkotaan, yang melakukan kegiatan di jalan, pasar, terminal, tempat-tempat umum, baik mereka yang masih tinggal dengan orang tua maupun tidak Depsos kerjasama YKAI,1999;57. Anak jalanan merupakan istilah yang sudah sangat akrab bagi kita. Manakala menyebut anak jalanan, perhatian kita akan tertuju pada sosok-sosok kumuh, dekil, liar, nakal dan selalu hadir di perempatan jalan, tumpukan sampah, pusat-pusat hiburan, keramaian atau terminal-terminal. A.2. Hak-Hak Anak Dalam Keputusan Presiden No.36 tahun 1990 tentang hak-hak anak, dinyatakan seperti juga halnya orang dewasa memiliki hak dasar sebagai manusia. Akan tetapi karena kebutuhan-kebutuhan dan kerawanannya maka hak-hak anak perlu diperlakukan dan diperhatikan secara khusus. Dalam Keputusan ini Konvensi Hak Anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak-hak sebagai berikut, yaitu: Pertama , hak untuk hidup. Setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan akses atau pelayanan kesehatan dan menikmati standard hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air bersih dan tempat tinggal. Anak juga berhak memperoleh nama dan kewarganegaraan. Kedua, hak untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak berhak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Anak berhak memperoleh pendidikan baik formal maupun informal secara memadai. Konkritnya anak berhak diberi kesempatan untuk bermain, berkreasi, dan beristirahat. Universitas Sumatera Utara 14 Ketiga , hak untuk memperoleh perlindungan. Artinya setiap anak berhak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan seksual, kekerasan fisik atau mental, penangkapan atau penahanan yang sewenang-wenang dari segala bentuk diskriminasi. Ini juga berlaku bagi anak yang tidak lagi mempunyai orang tua dan anak-anak yang berada di kampung pengungsian. Mereka berhak mendapatkan perlindungan. Keempat, hak untuk berpartisipasi. Artinya setiap anak diberi kesempatan menyuarakan pandangan dan ide-idenya, terutama berbagai persoalan yang berkaitan dengan anak Konvensi Hak Anak, 1999. Dalam UU RI No.4 tentang Kesejahteraan Anak, menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga yang baik dan berguna. Anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar Liliawaty M,1999;57. Jadi, pada dasarnya hak-hak pokok anak adalah hak untuk hidup yang layak, hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, hak untuk dilindungi, hak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga yang baik dan berguna, hak untuk berperan serta, dan hak untuk memperoleh pendidikan. Universitas Sumatera Utara 15 A.3. Kedudukan anak dalam aspek sosiologis Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menunjukkan anak sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Menurut kodratnya anak manusia adalah mahkluk sosial, dapat dibuktikan dimana ketidakberdayaannya terutama pada masa bayi dan kanak-kanak yang menuntut adanya perlindungan dan bantuan dari orang tua. Anak selalu membutuhkan tuntunan dan pertolongan orang lain untuk menjadi manusia yang bulat dan paripurna. Menurut Kartini Kartono 1998:125, anak manusia tidak mungkin hidup tanpa masyarakat, tanpa lingkungan sosial tertentu. Anak dilahirkan, dirawat, dididik, tumbuh, berkembang dan bertingkah laku sesuai dengan martabat manusia di dalam lingkungan cultural sekelompok manusia, tak dapat dibayangkan adanya anak tanpa sesuatu lingkungan tertentu, karena anak sebagai individu tidak mungkin bisa berkembang tanpa bantuan orang lain. Kehidupan anak bisa berlangsung apabila ia ada bersama orang lain. Asosiasi dengan pendapat ini dikemukakan bahwa anak manusia itu bisa memasuki dunia manusia jika dibawa atau dimasukkan kedalam lingkungan manusia lain. Itulah sebabnya diperlukan pendidikan.

B. Anak Jalanan, Penyebab dan Permasalahannya