xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan pasar modal tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Dengan pertumbuhan ekonomi dan kondisi
bisnis yang baik, maka harga saham diharapkan akan semakin tinggi. Disamping itu, diharapkan jumlah perusahaan yang terdaftar di bursa akan makin meningkat
yang menyebabkan jumlah dana yang diinvestasikan di pasar modal akan semakin meningkat pula.
Secara umum, kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan akhir tahun 2006 menunjukkan stabilitas makro yang terjaga, sebagaimana tercermin dari
inflasi yang mencapai 6,6, nilai tukar rupiah yang menguat dan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
Kegiatan ekonomi yang pada awal tahun 2006 melemah akibat merosotnya daya beli masyarakat paska kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM bulan
Oktober 2005, secara berangsur-angsur tumbuh membaik. Untuk keseluruhan tahun 2006, perekonomian diperkirakan tumbuh sebesar 5,5. Pertumbuhan
ekonomi selama tahun 2006 terutama ditopang oleh ekspor yang tumbuh tinggi dan konsumsi yang masih menopang pertumbuhan secara cukup berarti bisnis.
Pembentukan harga saham di BEI dipengaruhi bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga kondisi dinegara-negara lain.
Perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi investor. Berdasarkan hal tersebut, harga saham sangat penting untuk
xvii mendapat perhatian karena harga saham mencerminkan berbagai informasi yang
terjadi di pasar modal. Indeks harga saham di bursa efek merupakan indikator yang menggambarkan rasio perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh
beberapa kondisi perekonomian, sehingga mempengaruhi naik turunnya tingkat pengembalian di BEI. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang menarik untuk
mengamati pergerakan harga saham Widayanti, 2007:4. Pasar modal adalah salah satu sarana untuk menghimpun sumber dana
ekonomi jangka panjang yang tersedia di perbankan dan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem perekonomian suatu negara, khususnya dalam sektor
keuangan, pasar modal menyediakan dua fungsi pokok bagi masyarakat yang masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda, yaitu sebagai fungsi
ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan
fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana investor kepada pihak yang memerlukan dana emiten. Dengan
menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, penyandang dana berharap akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Bagi
peminjam dana, tersedianya tersebut pada pasar modal memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan usaha tanpa harus menunggu dana yang mereka
peroleh dari hasil operasi perusahaannya. Proses semacam ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas
perusahaan, yang akhirnya mampu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara.
xviii Fungsi keuangan dari pasar modal dilaksanakan dengan menyediakan dana
yang diperlukan oleh para peminjam dana, dimana para penyandang dana menyerahkan dana tersebut tanpa harus terlibat secara langsung dalam bentuk
kepemilikan aktiva riil yang digunakan dalam kegiatan investasi tersebut. Para investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan
berdasarkan tingkat toleransinya terhadap resiko. Untuk investor yang menyukai resiko risk lover, mereka memilih saham-saham yang mempunyai resiko yang
tinggi agar dikemudian hari akan mendapatkan return yang tinggi pula. Sebaliknya investor yang tidak menyukai resiko risk avaster, merencanakan
keuntungan yang normal. Investasi selalu mengandung unsur resiko, karena perolehan yang diharapkan
baru akan diterima pada masa yang akan datang, resiko itu juga timbul karena return
yang diterima mungkin lebih besar atau lebih kecil dari dana yang diinvestasikan.
Return merupakan motivator dalam suatu proses investasi, maka pengukuran
return merupakan cara yang sering digunakan oleh investor dalam
membandingkan alternatif investasi. Mengukur return historis memungkinkan investor untuk mengetahui keberhasilan mereka dalam melakukan suatu
investasi. Disamping itu return historis juga ikut berperan dalam memperkirakan return
masa depan yang belum diketahui secara pasti. Dengan memiliki saham, investor sebagai pemilik saham dapat memiliki
keuntungan berupa : 1Dividen, hanya jika perusahaan memiliki laba yang merupakan sumber dana bagi pembayaran deviden dan manajemen memilih
membayar deviden dari pada menahan seluruh laba. 2Capital gain keuntungan
xix modal, yaitu selisih dari harga beli saham, jika pemilik menjual sahamnya
dengan kurs yang lebih tinggi dari kurs waktu membeli. Penilaian harga saham dapat dilakukan melalui pendekatan teknikal dan
fundamental. Pendekatan teknikal dilakukan melalui metode peramalan dengan mengamati fluktuasi harga saham melalui plothistogram selama beberapa
periode yang berguna untuk memberikan gambaran apakah saham yang dimiliki lebih baik dijual atau ditahan untuk beberapa waktu.
Sedangkan pendekatan fundamental dengan cara memperhatikan faktor- faktor fundamental dari setiap perusahaan yang telah tercatat di bursa. Ukuran
perusahaan merupakan bagian informasi yang terdapat dalam prospectus dan termasuk dalam informasi non akuntansi. Informasi yang diungkapkan dalam
prospectus akan membantu investor dalam membuat keputusan yang rasional
mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan perusahaan emiten. Pada umumnya manajemen perusahaan pemegang saham biasa dan calon
investor sangat tertarik akan Earning per share EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.
Para calon investor tertarik dengan earning per share yang besar karena semakin tinggi EPS maka semakin tinggi harga saham begitu juga return
perusahaan. Price earning ratio
PER merupakan indikator yang dapat digunakan apakah harga saham tertentu dinilai tinggi atau rendah, sehingga PER merupakan
indikator perkembangan atau pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang prospects of the firm. PER memiliki hubungan positif dengan harga saham
khususnya return perusahaan.
xx Penentuan membeli saham dibutuhkan kejelian investor dalam menilai
perusahaan. Hal ini dapat dicermati melalui data keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Return on equity ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba. Financial leverage
yang dapat diukur melalui rasio hutang terhadap ekuitas DER menunjukkan resiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan berkaitan
dengan hutang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan maka resiko perusahaan juga akan semakin besar. Hal
ini menjadi pertimbangan investor apakah akan membeli saham yang ditawarkan atau tidak.
Penilaian kewajaran harga saham yang terbentuk dipasar modal oleh investor dapat dilakukan melalui pendekatan fundamental, sedangkan resiko sistematis
market risk dapat mengurangi besarnya tingkat keuntungan yang diperoleh investor. Pendekatan fundamental bertitik tolak dari pemikiran bahwa harga
saham yang wajar ditentukan oleh ekspektasi atas: dividen, pertumbuhan keuntungan dan tingkat bunga diskon di masa yang akan
datang. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi dimana perusahaan beroperasi.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar termasuk kedalam makro ekonomi yang bisa mempengaruhi return yang didapat oleh investor. Resiko pertukaran ditinjau
sebagai kemungkinan bahwa fluktuasi mata uang dapat mengubah jumlah yang diharapkan atau perubahan kas dimasa yang akan datang. Perubahan dalam kas
mempengaruhi return yang didapat oleh investor.
xxi Begitupun halnya dengan inflasi, jika laju inflasi stabil, harga barang-barang
cenderung stabil, maka hal ini menyebabkan biaya produksi dan operasi yang dikeluarkan perusahaan akan cenderung stabil. Biaya produksi dan operasi yang
cenderung stabil menyebabkan harga jual produk akan cenderung stabil pula, yang pada akhirnya berdampak terhadap stabilnya laba yang dihasilkan oleh
perusahaan. Dengan stabilnya kinerja keuangan perusahaan, menyebabkan deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan cenderung stabil
sehingga investor akan mempertahankan kepemilikannya atas saham perusahaan, yang pada akhirnya akan berakibat terhadap meningkatnya return saham.
Fluktuasi nilai tukar biasanya hanya dipengaruhi oleh demand dan supply atas mata uang yang bersangkutan. Belakangan ini nilai tukar rupiah terhadap
hard currencies valuta asing yang nilainya kuat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang kompleks. Faktor politik misalnya, menyebabkan beralihnya minat investor kepada mata uang dollar atau pemegang portofolio melepas saham
untuk membeli dollar, sehingga harga saham akan cenderung turun, yang mengakibatkan menurunnya indeks harga saham yang berakibat pada
menurunnya kinerja pasar modal. Jika nilai tukar rupiah menguat, orang akan cenderung melepas dollar dan tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam
bentuk portofolio, sehingga dapat menaikkan indeks harga saham Damayanti, 2005:21
Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
seluruh Rumah Tangga Keluarga RTK disuatu Negara dari penyerahan faktor- faktor produksi selama satu tahun Wikipedia, 2006.
xxii Perkembangan laju inflasi di Indonesia mengalami tren penurunan dan
tingkat suku bunga saat itu 8,31, karena masih lemahnya daya saing industri maka nilai tukar rupiah masih lemah, akan tetapi pada tahun 2005 akhir rupiah
mulai menguat dan cenderung stabil terhadap dollar AS menyebabkan para investor mulai menjadikan pasar modal sebagai tempat alternatif untuk
berinvestasi karena pasar modal cenderung memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada investasi di pasar uang.
Kemudian yang juga termasuk indikator ekonomi yang sering digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat atau konsumen
dan dapat memberikan informasi yang sangat mendukung perusahaan dalam membuat prediksi yang lebih baik mengenai harga saham yang dapat diperoleh
di masa depan adalah Produk Nasional Bruto PNB. Kondisi perekonomian yang diharapkan membaik merupakan sentimen
positif yang berdampak pada kenaikan harga saham dan volume perdagangan, kondisi perekonomian yang tidak pasti dapat mempengaruhi kondisi pasar yang
secara tidak langsung berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh para pemodal dan perusahaan, bahkan akan berpengaruh terhadap negara.
Menurut majalah Warta Ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren membaik selama tahun 2000 sampai 2006,
pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2001 yakni 3,83 dikarenakan kombinasi tingginya inflasi dan suku bunga, faktor lain karena kondisi politik
dan keamanan yang kurang kondusif. Indikator lain adalah pergerakan BI rate karena tingginya inflasi membuat BI rate berfluktuasi dan memaksakan Bank
xxiii Sentral menaikkan BI rate menjadi 1 7,62, namun setelah itu BI rate terus
turun hingga level 7,43 pada tahun 2004. Para peneliti menyatakan bahwa tingkat pengembalian investasi saham tidak
hanya ditentukan oleh indeks pasar saja tetapi juga oleh beberapa variabel di luar indeks yang disebut ekstra market. Dengan kata lain bahwa, tingkat
pengembalian investasi saham mempunyai beberapa kovarian terhadap beberapa variabel termasuk didalamnya adalah variabel indeks pasar. Seperti yang
dinyatakan oleh Haugen, dalam Haruman, 2005, bahwa:”In a multi indeks model, we attribute the covariance to two or more factors, usually including the
market ”.
Peneliti lain berpendapat bahwa dalam model multi indeks harus menggunakan banyak variabel yang diperkirakan secara signifikan berpengaruh
terhadap tingkat pengembalian investasi saham, variabel-variabel yang dikemukakan oleh Haugen dalam Haruman, 2005 adalah bahwa terdapat
delapan variabel yang mempengaruhi tingkat pengembalian investasi saham, yaitu: ” 1 the rate of inflation; 2 the change in level of unemployment; 3 the
growth in industrial production ; 4 the change in trade deficit; 5 the change in
federal budget deficit ; 6 the change of the level of interest rates; 7 the change
in difference between long term rates and short term rates ; dan 8 the change in
value of dollar. ”
Tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor berkaitan erat dengan resiko. Resiko secara umum diartikan sebagai kemungkinan adanya dari suatu
dana atau modal yang ditanamkan pada suatu investasi, sebagai pengaruh dari ketidak pastian. Gitman dalam Haruman, 2005 menyebutkan:”Risk can be
xxiv defined as the chance of financial loss
, or more formally, the variability of return with a given assets
”. Investasi selalu mengandung unsur resiko, karena perolehan yang diharapkan
baru akan diterima pada masa yang akan datang, resiko itu juga timbul karena return
yang diterima mungkin lebih besar atau lebih kecil dari dana yang diinvestasikan. Sedangkan resiko terdapat dua komponen besar yaitu resiko non
sistematis dan resiko sistematis. Menurut Levy dan Sarnat dalam Haruman, 2005 yang dimaksud dengan resiko sistematis, adalah:”The part of the risk on its
return which cannot be eliminated by including the security in a diversified portfolio
”. Karena luasnya pembahasan mengenai faktor makro ekonomi, maka pada
penelitian ini peneliti akan membatasi masalah dengan hanya menggunakan variabel makro ekonomi seperti : inflasi, nilai tukar rupiah dan Produk Nasional
Bruto PNB. Dan juga variable fundamental yang akan dipakai yaitu leverage DER dan PER Price Earning Ratio
Maka penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Produk Nasional Bruto,
Price Earning Ratio PER dan Debt to Equity Ratio DER Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia ”.
Objek yang diteliti adalah seluruh perusahaan yang go public di BEI periode 2004-2007 yang merupakan 50 perusahaan yang aktif dalam volume
perdagangan sahamnya dan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 secara lengkap. Alasan
digunakannya objek seluruh perusahaan yang go public periode 2004-2007 merupakan sebagai pembeda dari penelitian sebelumnya yang hanya
xxv menggunakan objek salah satu jenis industri yang go public, diharapkan dengan
meluasnya objek penelitian kali ini akan semakin membuat hasil yang semakin signifikan dalam penelitian ini.
B. Perumusan Masalah