lxxvi murah dan barang-barang domestic relative mahal. Jika kurs riil adalah rendah
maka barang-barang luar negeri relative mahal dan barang-barang domestic relative murah.
Berdasarkan persamaan di atas maka kita dapat membuat persamaan kurs nominal sebagai berikut :
e = x
PP
Sumber : Mankiw Persamaan tersebut menunjukkan bahwa kurs nominal bergantung pada kurs
riil dan tingkat harga di kedua negara. Berdasarkan nilai kurs riil, jika harga domestik P meningkat, maka kurs nominal e akan turun, karena dolar berkurang
nilainya, satu dolar akan membeli lebih sedikit rupiah. Di sisi lain, jika tingkat harga Indonesia P meningkat, maka kurs nominal akan meningkat, karena
rupiah berkurang nilainya, satu dolar akan membeli lebih banyak rupiah. Adapun untuk nilai tukar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah nilai tukar kurs
tengah, dengan persamaan sebagai berikut : Nilai Tukar Rp = Kurs Nilai Tengah Rp
t
x Kurs Nilai Tengah Rp
t – 1
Kurs Tengah Rp
t - 1
Sumber : Mankiw
c. PNB X
3
Pendapatan nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun
tertentu. Dalam sistem pendapatan nasional jumlah pendapatan ini disebut pendapatan nasional neto
yang apabila ditambah dengan depresiasi maka akan menjadi pendapatan nasional bruto.
lxxvii
Maka : PNB = PNN + Depresiasi
Sumber : Sadono Sukirno Faktor-faktor produksi yang dimiliki warga negara suatu negara baik yang
terdapat di negara tersebut maupun di luar negeri, maka nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan diluar negeri juga
dihitung sebagai Pendapatan Nasional Bruto dan secara konseptual pendapatan warga negara lain yang bekerja di Indonesia dan perusahaan multinasional yang
beroperasi di Indonesia tidak dihitung sebagai PNB. Dari keterangan di atas, maka;
PDB = PNB – PFN dari LN
Sumber : Sadono Sukirno
Dimana PFN dari LN adalah pendapatan faktor neto dari luar negeri, PFN dari LN
adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang di bayar ke
luar negeri.
d. Price Earning Ratio PER X
4
Variabel ini diukur berdasarkan hasil bagi antara harga saham dengan laba bersih per saham.
e. Debt to Equity Ratio DER X
5
Harga Saham PER
= EPS
lxxviii Fauzi 2004:142, rasio yang diukur dari perbandingan hutang dengan
ekuitas modal sendiri. Tingkat DER yang aman biasanya kurang dari 5. Semakin kecil DER semakin baik bagi perusahaan.
Liabilities DER
= Equity
lxxix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di Indonesia
sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh
Vereniging Voor Effectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman
Belanda, pendirian bursa efek Stock Exchange di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh
secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta efek-efek
Belanda lainnya. Dengan perkembangan Bursa Efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925
di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang sekali, aktivitas pasar modal
di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadinya Perang Dunia kedua. Sejak tahun 1956 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar
modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada awalnya, pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui pemberian fasilitas
perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan