Kesimpulan Sumber stres dan strtegi coping pada pelajar atlet bulutangkis
Lazarus dan Folkman 1984 mengatakan bahwa “jika individu menilai atau menganggap situasi stresor dapat ditangani, maka mereka cenderung akan lebih
sering menampilkan perilaku coping dari aspek problem solving focused coping”. Situasi stresor yang ada dapat diatasi dengan menggabungkan perilaku aktif
problem solving focused coping dan usaha-usaha mengatur emosi emotional focused coping guna menghindari dan menyelesaikan sumber stres.
Hasil menunjukkan bahwa variabel sumber stres yang berisi 4 jenis sumber stres physical stressor, social stressor, psychological stressor dan endemic
stressor memberikan sumbangan kontribusi sebesar 47,3 dengan strategi coping. Dari ke-4 sumber stres terdapat 3 jenis sumber stres yang signifikan yaitu
physical stressor, social stressor dan endemic stressor yang secara positif memiliki hubungan dengan strategi coping.
Selanjutnya, jika dilihat dari ke-8 variabel independen dapat diketahui hanya variabel physical stressor, social stressor dan endemic stressor yang memiliki
hubungan yang signifikan dengan strategi coping. Sedangkan variabel psychological stressor, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan massa tinggal
di PPLP Ragunan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan strategi coping.
Perbedaan gender juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang memilih jenis strategi coping yang digunakan dalam menghadapi
masalah stres. Dari hasil data penelitian diketahui bahwa dari 46 responden penelitian, sebanyak 11 responden laki-laki menggunakan strategi coping aspek
problem solving focused coping dan 5 responden perempuan menggunakan jenis
strategi coping emotional focused coping. Hal ini Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamilton dan Fagot dalam Lestarianita dan Fakhrurrozi, 2007
yang mengungkap bahwa perempuan lebih sering menggunakan strategi coping aspek emotional focused coping, sedangkan laki-laki lebih sering menggunakan
aspek problem solving focused coping. Variabel jenis kelamin dalam penelitian ini memiliki kontribusi hubungan
dengan strategi coping sebesar 1,2. Sedangkan hasil koefisien regresi menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin secara negatif berhubungan dengan
strategi coping. Dapat diartikan bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan strategi coping, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Darusman 2010 bahwa variabel jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan strategi coping.
Untuk variabel usia didapatkan hasil yang tidak signifikan dalam hubungan dengan strategi coping. Sampel dalam penelitian ini berada pada kisaran usia 13-
18 tahun, sekitar 34,8 responden berusia 15 tahun dan persentase terkecil adalah 6,5 untuk usia 13 tahun. Hasil tidak signifikan yang berarti tidak memiliki
hubungan antara strategi coping dengan usia. Dengan kata lain, pelajar atlet bulutangkis dengan usia yang lebih matang secara signifikan memiliki strategi
coping yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar atlet bulutangkis yang usianya lebih muda. Hal ini tidak sejalan dengan teori oleh Goliszek 2005 yang
mengemukakan bahwa persepsi stres dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain usia, kecerdasan, kemampuan fisik, tingkat pendidikan, agama dan lain
sebagainya.