Atlet Bulutangkis Sumber stres dan strtegi coping pada pelajar atlet bulutangkis

3. Pendekatan interaksional, pendekatan ketiga ini berpendapat bahwa faktor pribadi individu yang bersangkutan dan faktor lingkungan berperan bersama-sama dalam menentukan tingkah laku atlet. Penampilan atlet adalah apa yang terlihat atau yang diperlihatkan oleh atlet dalam suatu pertandingan. Gunarsa 2004 Ada beberapa faktor yang berpengaruh besar pada penampilan atau kemampuan bermain seorang atlet, diantaranya yaitu: 1. Komponen psikis Meskipun unsur kegigihan selalu berperan, namun setiap atlet menampilkan berbagai tingkatan kegigihan. Ada atlet yang sangat gigih sehingga berfungsi positif terhadap penampilannya, sebaliknya ada juga yang kurang gigih, kurang menggigit, mudah putus asa, mudah menyerah sehingga hasilnya menjadi mengecewakan. 2. Jenis olahraga Jenis olahraga tentunya berpengaruh besar terhadap penampilan atlet yang bersangkutan. Misalnya, bulutangkis sebagai suatu olahraga yang penampilan atletnya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti unsur motivasi, emosi dan unsur akal. 3. Tingkatan pertandingan Yang dimaksud dengan tingkatan pertandingan adalah apakah kejuaraan tersebut diadakan pada tingkat daerah, nasional, regional atau tingkat internasional. Tingkatan pertandingan jelas memberikan beban yang berbeda-beda. Misalnya, pertandingan tingkat daerah, beban yang dirasakan tentunya relatif ringan dibandingkan pertandingan tingkat nasional. 4. Ciri kepribadian Gambaran kepribadian seorang atlet merupakan hasil pembentukan dari suatu proses yang menetap di dalam dirinya dan masih bisa berubah. Kita dapat melihat adanya atlet yang pada dasarnya memang tidak memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Misalnya ada atlet jika selesai pertandingan mengatakan “menang ya syukur, kalah ya tidak apa-apa…” Adapun gambaran kecenderungan psikologis tertentu yang membedakan atlet bintang dengan atlet bukan bintang atau atlet biasa menurut Monty 2000 yaitu: 1 Keberanian mengambil resiko 2 Haus terhadap tantangan 3 Kompetitif 4 Percaya diri 5 Kemampuan memusatkan perhatian 6 Memiliki harapan untuk sukses 7 Mampu mengatasi tekanan atau stres

2.4. Kerangka Berpikir

Bagi seorang atlet, latihan menjadi menu wajib, terlebih menjelang pertandingan. Banyak atlet dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit, disatu pihak si atlet harus mengikuti pelatihan yang sungguh-sungguh dilain pihak berbagai tugas sekolah atau pekerjaan harus segera diselesaikan. Tugas dan kewajiban yang harus diselesaikan pada waktu yang bersamaan ini sering menimbulkan stres. Oleh sebab itu, banyak atlet yang tidak tahu harus memilih mana yang terbaik buatnya. Di satu sisi, ia harus mengikuti pertandingan disuatu tempat akan tetapi tugas sekolah sedang menunggunya. Gejolak emosi atlet dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya, ini termasuk ke dalam stresor internal yang berasal dari dalam diri sendiri. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa. Belum lagi jika atlet sedang ingin beristirahat suasana tempat tinggal atau asrama tidak mendukungnya untuk melakukan istirahat misalnya suasana ramai baik dari cabang bulutangkis maupun dari cabang olahraga lain. Hal ini juga membuat atlet menjadi stres yang berasal dari eksternal luar diri atlet. Penelitian ini berusaha mengetahui pada sumber stres yang terjadi pada pelajar atlet bulutangkis dan mengetahui strategi coping yang digunakan menanggulangi sumber stres pada pelajat atlet bulutangkis. Teori yang digunakan untuk sumber stres menurut Turner Helms 1995 yang terbagi menjadi 4 bagian yaitu: pertama, physical stressor, yaitu situasi yang menyebabkan munculnya tuntutan-tuntutan fisiologis terhadap fisik individu seperti: lapar, haus, gizi yang buruk, cuaca panasdingin. Kedua, social stressor, yaitu stresor yang timbul dari interaksi individu dengan individu lain, misalnya kebisingan, kepadatan penduduk, kerumunan. Ketiga, psychological stressor, yaitu stresor yang timbul dari frustasi, konflik dan kecemasan. Keempat, endemic stressor, merupakan stresor yang sifatnya tidak dapat dihindari, karena disebabkan oleh faktor di luar kendali individu, misalnya bencana alam. Sedangkan teori cara penanggulangan stres strategi coping disadur dari teori Lazarus yang dikembangkan oleh Carver, Scheier dan Weintraub 1989 dengan pendekatan problem solving focussed coping, emotion focussed coping dan maladaptive coping yang digunakan lebih jauh untuk menganalisis data penelitian ini. Penelitian ini berusaha mengetahui jenis strategi coping yang digunakan oleh pelajar atlet bulutangkis. Misalnya jika atlet menggunakan pendekatan problem solving focussed coping biasanya yang akan dilakukannya yaitu mencari secara aktif penyelesaian masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres, dengan cara merencanakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi stres yang terjadi. Sedangkan emotion focussed coping digunakan oleh individu atau atlet dalam melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan, dengan cara mencari dukungan moral, simpati, atau pengertian dari orang lain. Dan maladaptive coping dilakukan oleh individu dengan melarikan diri dari masalah misalnya dengan menonton televisi dengan waktu yang tidak seperti biasanya, menggunakan obat- obatan terlarang atau hal-hal yang dapat merugikan Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir