ASPEK DAYA SAING DAERAH .1. Fasilitas Infrastruktur

II - 83 RKPD Kab Rembang 2017 Gambar 2.60 Jumlah Industri Pengolahan Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Rembang, 2010– 2014 Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2015

2.1.3.2.7. Transmigrasi

Untuk perkembangan sektor pelayanan ketransmigrasian, dapat dilihat dari berapa banyak pengiriman transmigran dan penduduk yang mendaftar sebagai calon transmigran. Pada tahun 2012 dari 96 KK yang mendaftar hanya 14 KK atau 15 yang bisa dilayani, hal ini karena ketersediaan kuota transmigrasi yang diberikan untuk Kabupaten Rembang hanya 14 KK. Sedang untuk tahun 2011 dari 90 KK yang mendaftar hanya 10 KK yang bisa dilayani. Dari tahun 2010 sampai tahun 2013 transmigran yang berangkat hampir semua berprofesi sebagai petani, sedangkan untuk transmigran yang berprofesi lain relatif sedikit karena di daerah tujuan transmigrasi ketrampilan yang dibutuhkan adalah di bidang pertanianperkebunan. Hal ini yang menyebabkan rendahnya minat calon transmigran yang berprofesi selain bertani untuk bertransmigrasi. 2.1.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH 2.1.4.1. Fasilitas Infrastruktur Letak geografis Kabupaten Rembang yang sangat strategis di wilayah perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Timur, perlu mendapatkan perhatian bersama yang serius bahwa pembangunan infrastruktur mutlak dan sangat penting untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan dalam mendukung kecenderungan peningkatan investasi di wilayah Kabupaten Rembang dan kabupaten sekitar. Sehingga fasilitas infrastruktur utama ke-PU-an perlu terus diupayakan peningkatan realisasinya meliputi : prioritas pembangunan jalan beserta sarana pelengkapnya; prioritas peningkatan prasarana dan sarana pelabuhan perikanan Tasikagung dan Pelabuhan Umum Tanjung Bonang di Sendangmulyo Sluke untuk turut mendukung pembangunan maritim Indonesia; prioritas pembangunan prasarana sarana sumber daya air meliputi embung, bendung, chek dam dan saluran irigasi, guna turut mendukung terwujudnya ketahanan pangan II - 84 RKPD Kab Rembang 2017 nasional; dan prioritas penataan kawasan perbatasan di Kecamatan Sarang sebagai pintu gerbang pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan fasilitas infrastruktur merupakan salah satu bagian dari kesatuan sistem jaringan infrastruktur pada Rencana Struktur Ruang Wilayah Daerah sebagaimana merujuk Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031, dimana Rencana Struktur Ruang Wilayah Daerah mencakup pengembangan sistem prasarana transportasi darat; rencana pengembangan sistem prasarana transportasi laut; rencana sistem jaringan energikelistrikan; rencana sistem jaringan telekomunikasi; rencana sistem jaringan sumber daya air; dan rencana jaringan prasarana lingkungan. Untuk meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Rembang selain meningkatkan fasilitas infrastruktur laut dan darat juga telah menyiapkan kawasan industry sebagai pengukit masuknya investasi ke daerah. Kawasan industry tersebut terdiri dari : 1. Peruntukan industri besar seluas kurang lebih 869 Ha meliputi: a. Kawasan industri Rembang seluas kurang lebih 173 Ha berada di Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang; b. Kawasan industri Sluke seluas kurang lebih 291 Ha berada di Desa Leran dan Trahan Kecamatan Sluke dan seluas kurang lebih 200 Ha di Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke; dan c. Kawasan industri pertambangan seluas kurang lebih 200 Ha berada di wilayah Kecamatan Gunem dan kecamatan Sale. 2. Peruntukan industri menengah meliputi: a. Kawasan peruntukan industri di sepanjang koridor Jalan Pantura Kabupaten Rembang seluas kurang lebih 8.864 Ha; b. Kawasan peruntukan industri pengolahan perikanan kelautan di wilayah pesisir Kabupaten Rembang; c. Kawasan peruntukan agroindustri berada di setiap kecamatan Kabupaten Rembang; dan d. Kawasan peruntukan industri pertambangan di Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sedan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sluke, Kecamatan Pancur, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sumber, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Sulang dan Kecamatan Bulu 3. Peruntukan industri kecil dan mikro meliputi: • klaster industri mebel berada di Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sale, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Kragan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sulang, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Sarang dan Kecamatan Sumber; • klaster industri batik berada di Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur dan Kecamatan Gunem; • klaster industri kuningan berada di Kecamatan Lasem dan Kecamatan Pancur; • klaster industri bordir berada di Kecamatan Sedan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Sluke; II - 85 RKPD Kab Rembang 2017 • klaster industri gula tumbu berada di Kecamatan Sulang, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem dan Kecamatan Pancur; • klaster industri genteng dan batu bata berada di Kecamatan Bulu, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang; • klaster industri garam berada di Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang; • klaster olahan perikanan berada di Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang; • klaster ternak tersebar berada di setiap kecamatan Kabupaten Rembang; • klaster industri mangga di Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, dan Kecamatan Sulang; • klaster industri galangan kapal di Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang; dan • industri kecil kawis di Kecamatan Rembang.

2.1.4.2. Ketenagakerjaan

Dalam melaksanakan pembangunan, masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan permasalahan yang perlu penanganan yang serius. Seperti diuraikan di atas, bahwa penduduk adalah aset pembangunan bila mampu diberdayakan secara optimal namun bisa menjadi beban kala pemberdayaannya tidak dibarengi kualitas SDM-nya. Ketersediaan data ketenagakerjaan yang semakin lengkap dan tepat akan memudahkan pemerintah dalam membuat rencana pembangunan, mengingat jumlah dan komposisi tenaga kerja selalu mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Masalah kependudukan yang paling menonjol dan memerlukan penanganan yang serius adalah ketenagakerjaan. Peningkatan jumlah tenaga kerja belum tentu seiring dengan kebutuhan dan lapangan kerja yang ada, sedangkan kinerja mereka sangat ditentukan oleh kualitas SDM-nya. Semakin banyak tenaga yang tidak bekerja makin besar pula peluang terjadinya kasus yang berkaitan dengan kriminal dan kerawanan atau konflik sosial. Persaingan antar tenaga kerja semakin terbuka dan mereka membutuhkan informasi yang akurat dan kemampuan yang memadai untuk dapat memperoleh pekerjaan. Selain pendidikan formal, mereka harus mempersiapkan diri agar bisa menjadi tenaga kerja yang trampil untuk dapat mengisi lowongan kerja yang makin terbatas. Masih banyak tenaga kerja yang belum siap memasuki dunia kerja ataupun tidak sesuai dengan jenislapangan kerja yang ada. Untuk mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas para stakeholder agar dapat membidik peluang pasar yang ada sekaligus mempersiapkan rencana kerja yang nantinya diharapkan outputnya menghasilkan tenaga kerja yang trampil sesuai dengan syarat yang diminta. Dalam analisis ketenagakerjaan, penduduk usia kerja PUK didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih. Penduduk usia kerja dibedakan atas dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Dari jenis kegiatannya, angkatan kerja meliputi kegiatan bekerja dan pengangguran, II - 86 RKPD Kab Rembang 2017 sedangkan untuk bukan angkatan kerja mencakup kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya. Gambar 2.61 Persentase Penduduk Umur 15 Th ke Atas yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Rembang 2014 Sumber : BPS Kab. Rembang, 2015

2.2 HASIL EVALUASI RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH RKPD TAHUN 2015