13
dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif, dan terbuka sehingga penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah dan
terbuka atau
masukan serta
saran-saran yang
membangun. Apabila
dikemudian hari ternyata penelitian ini telah melanggar asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif, dan terbuka, maka Peneliti bertanggung jawab
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Widjaja, Mahasiswa Sarjana Strata Satu 1
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur dalam Terjadi Eksekusi Jaminan Fidusia”.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Made Wiratha, Mahasiswa Sarjana Strata Satu 1 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, dengan judul “Perlindungan
Hukum Bagi Kreditur Pada Perjanjian Jaminan Fidusia Dalam Praktek”. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Anita Lidya, mahasiswa Sarjana Strata Satu I
Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur, dengan
judul “Perlindungan
Hukum Kreditur
Dengan Jaminan
Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999”.
F. Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan
Universitas Sumatera Utara
14
atau pegangan teoritis dalam penelitian.
24
Menurut Kerlinger, teori adalah : A set of interrelated construct concepts definitions, and propositions that
present a systematic view of phenomena by specifying relation among variables, with the purpose of expalining and predicting the phenomena satu
set konsep yang membangun, defenisi dan proposisi yang menyajikan pandangan sistematis fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel
dengan tujuan ekspalining dan memprediksi fenomena .
25
Penelitian ini menggunakan teori hukum dalam ranah empiris teori yuridis sosiologis, yang dikemukakan oleh Oliver Wendell Holmes yang beraliran
realisme.
26
Teori ini sesungguhnya dibangun berdasarkan teori hukum yang dihubungkan dengan kondisi sosial di mana hukum dalam arti sistem norma itu
diterapkan.
27
Adapun teori sebagai Temuan Penelitian Grounded Theory bahwa teori dibangun dari data yang berupa temuan fakta-fakta hukum berdasarkan
observasi langsung kelapangan atau dengan istilah teoretisasi data, dimana teori awal yang digunakan hanya sebagai rujukan, namun tidak ada pengaruhnya terhadap hasil
penelitian.
28
Penggunaan teori semacam ini dilakukan dengan menggunakan logika deduktif, sehingga dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe
24
M. Solly Lubis, Fisafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan ke I, 1994, hal 80
25
Maria SW. Sumardjono, Hak Tanggungan Dan Fidusia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume I, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1997, hal.13
26
Cahyadi, Antonius dan E. Fernando M. Manulang, Pengantar ke Filsafat Hukum, Fajar
Interpratama Offset, Jakarta, 2007, hal. 158
27
Ibid.
28
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
15
penelitian yuridis empiris.
29
Ilmu hukum dalam perkembangannya tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai ilmu lainnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Soejono Soekanto
bahwa perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga semangat ditentukan oleh teori.
30
Suatu teori harus diuji dengan mengahadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan
ketidak benaranya.
31
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka
teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.
32
Perlunya ungkapan mengenal kausal yang logis diantara perubahan variabel dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka pikir frame of
thinking dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul dalam bidang tersebut.
33
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.
34
Adapun tujuannya yaitu : “mewujudkan keadilan rechtsgerchtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit dan
29
Ibid.
30
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986, hal. 6
31
J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting M. Hisman, UI Press Jakarta, 1996, hal. 203
32
Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, Undip, Semarang, 2006, hal. 6
33
Bintoro Tjokroamidjojo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, CV. Haji Mas Agung, Jakarta, 1998, hal. 12
34
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 35
Universitas Sumatera Utara
16
kepastian hukum rechtszekerheid.”
35
Adapun tujuan untuk mewujudkan keadilan rechtsgerchtigheid atau justice yang juga dikemukakan oleh Adam Smith bahwa
keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian the end of justice is to secure from injury.
36
Dalam hal ini adapun kerangka teori yang dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis dari para penulis ilmu hukum di
bidang hukum jaminan fidusia dan jaminan kebendaan lainnya, sistem hukum benda dan perjanjian kredit bank, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis,
yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal bagi penulisan tesis ini.
37
Jaminan fidusia
merupakan jaminan
yang lebih
berdasarkan pada
kepercayaan, sesuai dengan asal katanya yang berasal dari kata ”fides” yaitu kepercayaan. Oleh karena itu, hubungan hukum yang terjadi antara debitur pemberi
fidusia dan kreditur penerima fidusia merupakan hubungan hukum berdasarkan kepercayaan. Hal ini dapat dilihat Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia yang memberi pengertian mengenai jaminan fidusia yaitu pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda
yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda. Jaminan fidusia mempunyai sifat sebagai perjanjian assesoir yaitu sebagai perjanjian yang
35
Achmad Ali, Menguak Takbir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Gunung Agung, Jakarta, 2002, hal. 85
36
Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Pengukuhan sebagai Guru Besar, USU Medan, 17 april 2004, hal 4-5, dikutip dari Neil Mac Cormick,
“Adam Smith On Law”, Valvaraiso University Law Review, Vol.15, 1981, hal. 244
37
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80
Universitas Sumatera Utara
17
mengikuti perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak kepada para pihak lain untuk memenuhi suatu prestasi. Dari penjelasan tersebut diperoleh
pemahaman bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari perjanjian pokok, yang bila jaminan fidusia ini dituangkan dalam akta fidusia dan didaftarkan,
pada kantor pendaftaran fidusia, barulah timbul hak preferen dan secara otomatis pula kepada kreditur memiliki kedudukan istimewa yakni bila debitur ingkar janji, maka
kreditur berdasarkan parate eksekusi dapat melakukan pengambilalihan kendaraan bermotor tersebut, karena akta fidusia dapat dipersamakan dengan putusan
pengadilan. Berdasarkan beberapa jenis jaminan tersebut terdapat beberapa azas jaminan
dari hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan, antara lain :
1. Azas publiciteit, yaitu azas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya
pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan
Pertahanan Nasional KabupatenKota, pendaftaran fidusia terdapat di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar dan pencatat balik nama yaitu syahbandar.
Universitas Sumatera Utara
18
2. Azas specialiteit, yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek hanya dapat dibebankan pada barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang
tertentu. 3. Azas tak dapat dibagi-bagi, yaitu azas dapat dibaginya hutang yang tidak
mengakibatkan dibaginya hak tanggungan, hak fidusia, hipotek, dan hak gadai walaupun telah dilakukan sebagai pembayaran.
4. Azas inbezittstelling, yaitu barang jaminan gadai harus berada pada
penerima gadai. 5. Azas horizontal, yaitu bangunan dan tanah yang bukan merupakan satu
kesatuan, dan dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik. Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau
pemberi tanggungan, tetapi tanahnya milik orang lain berdasarkan hak pakai.
38
Sifat terbuka dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tercermin dalam Pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengandung azas
kebebasan berkontrak, maksudnya ialah setiap orang bebas yang menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-
38
HS.Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
19
Undang Hukum Perdata. Suatu perjanjian pada dasarnya harus memuat beberapa unsur perjanjian yaitu :
a. Unsur essentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian, seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan di dalam suatu perjanjian.
b. Unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian, walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik
dari masing-masing pihak dalam perjanjian. c. Unsur accidentalia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak
dalam perjanjian.
39
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754 yang berbunyi : pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang
sama dari jenis dan mutu yang sama pula.
40
a. Objek Jaminan Fidusia Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999
tentang jaminan fidusia, disebutkan bahwa benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah :
1 Benda bergerak, antara lain : benda berwujud maupun tidak berwujud dan benda terdaftar maupun yang tidak terdaftar.
39
R. Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, 1985, hal.20
40
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank Alvabeta, Jakarta, 2005, hal.96
Universitas Sumatera Utara
20
2 Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996. Selanjutnya ketentuan mengenai objek jaminan fidusia antara lain terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia, menyebutkan bahwa objek jaminan fidusia antara lain :
1 Benda tersebut harus dapat memiliki dan dialihkan secara hukum 2 Dapat atas benda berwujud
3 Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang 4 Benda bergerak
5 Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan 6 Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikatkan dengan hipotek
7 Baik atas benda yang sudah ada maupun benda yang akan diperoleh
kemudian, tidak diperlukan suatu akta pembebanan fidusia tersendiri 8 Dapat atas satuan atau jenis berbeda
9 Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda 10 Hasil dari benda yang telah menjadi objek jaminan fidusia
11 Hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia 12 Benda persediaan inventory, stock perdagangan
Objek jaminan fidusia meliputi benda bergerak dan benda tidak bergerak tertentu, yang tidak bisa dijaminkan melalui lembaga jaminan hak tanggungan atau
hipotek, tetapi kesemuanya dengan syarat bahwa objek lembaga jaminan fidusia berbeda dengan objek hak tanggungan dan hipotek sehingga tidak akan saling
tumpang tindih. Menurut Satrio bahwa syarat benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus
bisa dimiliki dan dialihkan, berkaitan erat dengan hak-hak dari kreditur penerima fidusia, dalam hal debitur cidera janji atau wanprestasi. Bila jaminan tidak bisa
dimiliki oleh orang lain atau dialihkan, maka ketentuan Pasal 15, Pasal 27, Pasal 29,
Universitas Sumatera Utara
21
Pasal 31, Pasal 32 dan Pasal 34 Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak mempunyai arti apa-apa.
41
Pemberian jaminan fidusia selalu berupa penyediaan bagian dari harta kekayaan si pemberi fidusia untuk pemenuhan kewajibannya, konsep harta kekayaan
meliputi aspek ekonomi dan aspek hukum. Pemberi fidusia telah melepaskan hak kepemilikan secara yuridis untuk sementara waktu. Menurut Subekti, memberikan
suatu barang sebagai jaminan kredit berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas barang tersebut.
42
Kekuasaan yang dimaksud bukanlah melepaskan kekuasaan benda ekonomis melainkan secara yuridis, artinya pemberi fidusia tetap memiliki hak
ekonomis atas benda bergerak yang dijaminkannya itu, akan tetapi pemberi fidusia tersebut tidak dapat mengalihkan maupun mengagunkan benda bergerak yang
dijaminkannya itu kepada pihak lain, sebelum kewajibannya tersebut terhadap kreditur penerima fidusia terpenuhi, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
bahwa benda jaminan masih dapat dipergunakan oleh si pemberi fidusia untuk melanjutkan usaha bisnisnya. Dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian jaminan
fidusia, pemberi jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat, sedangkan penerima jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik yuridis.
b. Pendaftaran Jaminan Fidusia Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak dilakukan pendaftaran
pada kantor pendaftaran jaminan fidusia dan sebagai buktinya adalah diterbitkannya
41
J.Satrio, Op.Cit, hal.180
42
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994, hal.9-12
Universitas Sumatera Utara
22
jaminan fidusia.
43
Konsekuensi yuridis dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia adalah perjanjian jaminan fidusia adalah bersifat perorangan. Tahap proses perjanjian
jaminan fidusia tersebut memiliki arti yang berbeda sehingga memberi karakter tersendiri dengan segala akibat hukumnya. Perjanjian fidusia seperti halnya dengan
perjanjian atau lembaga jaminan lainnya yaitu bersifat accesoir, maka perjanjianhak fidusia hapus dapat disebabkan oleh hapusnya perikatan pokoknya, yaitu perjanjian
kredit atau perjanjian hutang-piutang yang mendahuluinya. Selain itu jaminan fidusia juga hapus karena pelepasan hak jaminan fidusia oleh penerima fidusia, termasuk
musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Penghapusan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999.
Uraian tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa suatu perjanjian pembiayaankredit sangatlah membutuhkan adanya suatu perlindungan hukum, baik
bagi si kreditur maupun debitur. Bagi kreditur, salah satunya adalah adanya jaminan yang dapat dibuat dengan perjanjian jaminan fidusia, yang merupakan suatu
perjanjian jaminan yang tunduk pada asas konsensualisme yang dianut oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Konsensualisme adalah perjanjian sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah mengikat dan mempunyai kekuatan hukum pada detik tercapainya kata
sepakat mengenai apa yang telah diperjanjikan antara kreditur dan debitur. Kata
43
Pasal 14, Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999
Universitas Sumatera Utara
23
sepakat mengenai kredit antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit dinyatakan dengan cara menandatangani surat perjanjian pembiayaan.
44
Penelitian ini berusaha untuk memahami jaminan fidusia secara yuridis, artinya memahami objek penelitian sebagai hukum yaitu sebagai kaidah hukum
sebagai yang ditentukan dalam yurispudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum jaminan, sistem hukum benda dan perjanjian kredit bank.
45
Penelitian lebih lanjut mengenai lembaga jaminan fidusia menjadi semakin penting. Dalam perjalanannya sebagai lembaga jaminan yang dibutuhkan masyarakat,
dahulu eksistensi fidusia didasarkan kepada yurispudensi,
46
dan sekarang jaminan fidusia sudah diatur dalam undang-undang tersendiri.
47
c. Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Akta Jaminan fidusia adalah akta notaris yang berisikan pemberian jaminan
fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.
48
Walaupun tidak ada kata-kata “harus” atau “wajib” dalam redaksi Pasal 5 Undang-Undang Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris, akan tetapi dalam Pasal
2 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara
44
Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, PT. Grafindo, Jakarta, 1993, hal.182-183.
45
Soerjono Soekanto, Teori Yang Murni Tentang Hukum, PT. Alumni, Bandung, 1985, hal. 96
46
Yurispudensi di Belanda Bierbrowerij Arrest, tanggal 25 Januari 1929 dan di Indonesia dengan putusan Mahkamah Agung tanggal 18 Agustus 1932 dalam kasus Bataafsche Petroleum
Maatschappij BPM vs Pedro Clignett.
47
Jaminan Fidusia diatur dalam UU No.42 Tahun 1999. Sebelumnya Fidusia diatur secara sporadis dalam UU No.16 Tahun1985 dan UU No.4 Tahun 1992.
48
http:www.mitra.net.idhukumisi konsultasi.php?id=36, diakses pada tanggal 22 Januari 2013, pukul 15.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
24
Pendaftaran Fidusia dan biaya pembuatan Akta Jaminan Fidusia, ditentukan bahwa hanya terhadap jaminan fidusia yang dibuat dengan akta notaris saja yang diterima
pendaftarannya oleh kantor pendaftaran fidusia, sehingga pembuatan jaminan fidusia dengan akta notaris ini harus di artikan sebagai suatu keharusan. Menurut Satrio
bahwa dipilihnya bentuk akta notariil, biasanya dimaksudkan agar suatu tindakan yang membawa akibat hukum yang gegabah dan dari kekeliruan, karena seorang
notaris, biasanya juga bertindak sebagai penasehat bagi kedua belah pihak, dan melalui nasehatnya diharapkan agar para pihak sadar akan akibat hukum yang bisa
muncul dari tindakan-tindakan mereka, disamping itu adanya kewajiban notaris untuk membacakan isi akta yang bersangkutan, bisa juga berfungsi sebagai perlindungan
akan tindakan gegabah.
49
2. Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang
disebut dengan operational definition.
50
Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu
istilah yang dipakai.
51
Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional
diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Peranan
49
J.Satrio, Op.Cit, hal.191
50
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal.
10.
51
Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara., Disertasi, PPs-USU, Medan, 2002, hal 35
Universitas Sumatera Utara
25
konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.
52
Bentuk jaminan secara garis besar dikenal dua macam, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan, dan jaminan yang paling disukai bank adalah
jaminan kebendaan.
53
Salah satu jenis jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum positif adalah Jaminan Fidusia, dimana sebagai lembaga jaminan atas benda bergerak,
jaminan fidusia banyak dipergunakan oleh masyarakat bisnis.
54
Beberapa serangkaian defenisi operasional dalam penulisan ini perlu dirumuskan antara lain sebagai berikut :
a. Jaminan adalah kemampuan debitur untuk melunasi hutangnya kepada kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai
ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap krediturnya.
55
b. Fidusia adalah pengalihan hak kemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kemilikannya dialihkan tetap dalam
penguasaan pemilik benda.
56
52
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989, hal.34
53
Tan Kamelo, Op.Cit, hal 2
54
Ibid.
55
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Cetakan II, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 66
56
Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Jaminan Fidusia No. 42 Tahun 1999 dalam pasal ini, pembentuk undang-undang mengidentifikasi bangunan merupakan benda tidak bergerak sebagai objek
fidusia
Universitas Sumatera Utara
26
c. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan bangunanrumah di atas tanah orang lain
baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai
agunan pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
57
d. Benda bergerak adalah benda yang karena sifatnya dapat dipindahkan atau karena ditentukan undang-undang.
e. Kreditur adalah pihak yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang.
58
f. Debitur adalah pihak yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-
undang.
59
g. Akta Perjanjian Kredit adalah akta otentik yang berisi perjanjian hak dan kewajiban debitur dan kreditur mengenai jumlah hutang beserta bunga, denda,
dan biaya-biaya lain, dan sebagainya. h. Akta Jaminan Fidusia adalah akta dibawah tangan dan akta notaris yang
berisikan pemberian jaminan fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan utangnya.
60
57
Ibid, Pasal 1 ayat 2
58
Pasal 1 8, Undang-Undang Jaminan Fidusia No. 42 Tahun 1999
59
Ibid, Pasal 1 ayat 9
60
Tan Kamelo, Op.Cit, hal.33
Universitas Sumatera Utara
27
i. Pendaftaran Jaminan Fidusia adalah penyerahan dokumen awal berupa syarat-
syarat pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh notaris yang telah dilegalisasi kepada kantor pendaftaran fidusia dalam bentuk form yang berisi keterangan
objek jaminan fidusia tersebut.
61
j. Eksekusi adalah upaya kreditur merealisasi hak secara paksa karena debitur
tidak mau secara sukarela memenuhi kewajibannya. Dengan demikian eksekusi merupakan bagian dari proses penyelesaian sengketa hukum.
62
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Sifat penelitian penulisan ini yaitu deskriptif analitis, yaitu analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan teori atau konsep
yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau hubungan seperangkat data dengan sseperangkat data
yang lain. Bersifat deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analitis
mengungkapkan karakteristik objek dengan cara menguraikan dan menafsirkan fakta- fakta tentang konvensi bahasa dan pokok persoalan yang diteliti.
63
61
Irma Devita Purnamasari, Hukum Jaminan Perbankan, PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2011, hal.88
62
Mochammad Dja’is, Hukum Eksekusi Sebagai Wacana Baru Dibidang Hukum, Fakultas Hukum Undip, 2000, hal.7
63
Metode Penelitian Hukum, www.universitaspendidikanIndonesiaonline.com, diakses tanggal 01 Mei 2012
Universitas Sumatera Utara
28
2. Pendekatan Penelitian
Permasalahan yang telah dirumuskan di atas akan dijawab atau dipecahkan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, yaitu dilakukan dengan
cara meneliti di lapangan dengan cara wawancara dengan responden yang merupakan data primer dan meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut
juga penelitian kepustakaan.
64
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa faktor penghambat dan penyelesaiannya dalam eksekusi
jaminan fidusia serta perlindungan hukum bagi kreditur sebagai pemberi kredit pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Kantor Wilayah I, Medan.
Penelitian yuridis empiris menitikberatkan pada penelitian lapangan yang menjelaskan situasi serta hukum yang berlaku dalam masyarakat secara menyeluruh,
sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan dari segi peraturan perundang- undangan yang berlaku serta dokumen-dokumen berbagai teori,
65
yang semuanya berhubungan dengan judul tesis.
64
Ibrahim Joh11.....ni, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2005, Hal. 336
65
Rony Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal.11.
Universitas Sumatera Utara
29
3. Sumber Data Penelitian
Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber kepustakaan.
66
Data skunder yang dipakai adalah bahan hukum.
Berdasarkan kekuatan yang mengikatnya, bahan hukum untuk memperoleh data terbagi menjadi 3 tiga bagian yaitu :
a. Bahan hukum primer yaitu hukum yang mengikat dari sudut norma dasar peraturan dasar dan perundang-undangan,
67
yang berhubungan dengan perjanjian, jaminan kebendaan, jaminan fidusia.
Penulisan ini mengkaji ketentuan yang berasal dari perundang-undangan yang mengatur perlindungan hukum terhadap perlindungan kreditur dan jaminan fidusia :
1. Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
b. Bahan hukum sekunder terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik
para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi.
68
Bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen
resmi, yang terdiri atas :
66
Soejono dan H. Abdurahman, Op. Cit., Hal. 57
67
Soerjono Soekanto dan Sri Mulyadi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, Hal. 55
68
Petter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, PT.Praditya Paramitha, Jakarta, 2005, hal. 141
Universitas Sumatera Utara
30
1 Buku-buku literatur atau bacaan yang menjelaskan mengenai pengeksekusian jaminan fidusia dan perlindungan hukum terhadap kreditur
2 Pendapat ahli yang berkompeten dengan penelitian peneliti. 3 Tulisan dari para ahli yang berkaitan dengan hukum jaminan fidusia
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan tambahan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdapat dalam
penelitian yaitu :
69
1 Kamus Bahasa Indonesia 2 Kamus Ilmiah Populer
3 Surat Kabar 4 Hasil seminar hukum jaminan
5 Internet, makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.
4. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan thesis ini adalah menggunakan :
1. Metode penelitian kepustakaan library research. Metode ini merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalaui literatur
atau dari sumber bacaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan bacaan lain yang terkait dengan penulisan thesis ini untuk
digunakan sebagai dasar ilmiah pembahasan materi. Metode Penelitian
69
Soerjono Soekanto dan Sri Mulyadi, Op. Cit., hal. 55
Universitas Sumatera Utara
31
Kepustakaan library research merupakan studi kepustakaan yang dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.
70
2. Wawancara Untuk melengkapi data yang diperoleh disamping data sekunder untuk
menambah data dalam penelitian ini akan dipergunakan cara memperoleh data dari informan melalui wawancara
71
. Wawancara berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu
sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai pendukung penelitian hukum empiris dalam eksekusi jaminan fidusia yang mengunjuk PT. Bank Mandiri
Persero Tbk, Balai Kota Medan untuk mencari fakta-fakta yang nyata pada perjanjian kredit terlebih dalam pengikatan jaminan fidusia dan penghambat
eksekusi jaminan fidusia tersebut mengingat PT. Bank Mandiri Persero Tbk merupakan salah satu Bank terbesar dan diminati debitur dalam melakukan
perjanjian kredit, yaitu dengan melakukan wawancara dengan salah satu pegawai yaitu Bapak Basril selaku Regional Credit Recovery di PT. Bank
Mandiri Persero Tbk, Balai Kota, Medan.
70
Riduan, Metode Teknik Menyusun Tesis, Bina Cipta, Bandung, 2004, hal. 97
71
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal. 91
Universitas Sumatera Utara
32
5. Analisis Data
Seluruh data hasil penelitian yang berupa data hasil studi dokumen data sekunder, data hasil pengamatan dan wawancara dianalisis dengan metode
kualitatif.
72
Termasuk bahan hukum yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh dari lapangan dianalisa secara kualitatif dengan mempelajari seluruh
data dari bahan hukum yang memberikan telaah yang mengkritik, mendukung, menambah atau memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan
terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan dibantu dengan teori yang dikuasai.
73
Hasil pengumpulan data akan ditabulasi dan di sistematisasi. Kemudian menarik
kesimpulan dari
suatu permasalahan
yang bersifat
umum untuk
permasalahan yang bersifat rasiologika berfikir deduktif induktif.
74
Selanjutnya bahan hukum yang telah ada akan dianalisis sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dengan
tujuan untuk memperoleh jawaban yang baik pula,
75
dan melihat ketentuan perlindungan hukum terhadap kreditur dan eksekusi atas objek jaminan fidusia yang
dijaminkankan terhadap bank.
72
Ibid.
73
Mukti Ali et al, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT. Pustaka Fajar, Yogyakarta, 2010, hal.183.
74
Ibrahim Jhony, Op. Cit. hal. 393
75
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 106
Universitas Sumatera Utara
33
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN