50
Praktek penyelesaian kredit macet selama ini berjalan, bagian terbesar justru dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada pemberi jaminan untuk
mencari sendiri pembeli dengan harga yang tertinggi. Bila harga penawaran itu disetujui oleh kreditur, maka benda jaminan dijual sendiri oleh pemberi jaminan,
tetapi uang pembelianpenjualannya diserahkan oleh pembeli dengan persetujuan pemilik jaminan langsung kepada kreditur dan kreditur memberikan surat pelunasan
dan surat pengangkatan jaminan roya kepada pembeli.
127
a. Surat Peringatan kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini, telah diberikan kepada debitur sebanyak dua kali yang dibuktikan dengan
tanda terima. b. Identitas pelaksana eksekusi.
c. Surat Tugas pelaksanaan eksekusi.
C. Perlindungan Hukum Kreditur Dalam Eksekusi Jaminan Fidusia
Perjanjian kredit merupakan perikatan pinjam meminjam uang secara tertulis antara Bank sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai debiturnasabah yang
mengatur hak dan kewajibannya para pihak sebagai akibat adanya pinjam meminjam uang. Setiap Perjanjian Kredit harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh
bank selaku kreditur dalam hal ini oleh pejabat-pejabat yang memiliki wewenang dan nasabah selaku debitur sebelum pencairan kredit dilaksanakan.
128
127
Ibid, hal.238
128
Prosedur Perkreditan PT.Bank Mandiri, Op.Cit, hal 15
Universitas Sumatera Utara
51
Menurut Mariam Darus Badrulzaman bahwa Kreditur adalah pihak yang aktif sedangkan yang berpiutang atau debitur adalah pihak pasif. Seorang debitur harus
selamanya diketahui oleh karena seorang tertentu tidak dapat menagih dari sesorang yang tidak dikenal, sedangkan kreditur boleh merupakan sesorang yang tidak
diketahui.
129
Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah mengisyaratkan bahwa setiap kreditur memiliki kedudukan yang sama terhadap kreditur lainnya,
kecuali jika ditentukan lain oleh undang-undang karena memiliki alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari para kreditur-kreditur lainnya. Dengan adanya kalimat
dalam pasal 1132 Kitab undang-Undang Hukum Perdata yang bunyinya kecuali apabila diantara para kreditur lainnya maka terdapat kreditur-kreditur tertentu yang
oleh undang-undang diberikan kedudukan yang lebih tinggi daripada kreditur lainnya. Beberapa jenis kreditur antara lain:
a. Kreditur Konkuren Kreditur konkuren unsecured creditor adalah kreditur yang piutangnya
tidak dijamin dengan hak kebendaan security right in rem dan sifat piutangnya tidak dijamin sebagai piutang yang diistimewakan oleh Undang-Undang.
130
Kreditur ini harus berbagi dengan para kreditur lainnya secara proporsional atau disebut juga pari
passu, yaitu menurut perbandingan besarnya tagihan masing-masing dari hasil
129
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Buku Cetakan ke III, PT. Citra Adityabakti, Bandung,1991, hal. 3
130
Undang Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. UU Nomor 37 Tahun 2004, LN Tahun 2004 Nomor 131 TLN Republik Indonesia Nomor 4443, Pasal 189
ayat 3
Universitas Sumatera Utara
52
penjualan harta kekayaan debitur yang tidak dibebani dengan hak jaminan. Pembayaran terhadap kreditur konkuren adalah ditentukan oleh kurator.
131
b. Kreditur Preferen Kreditur preferen termasuk dalam golongan secured creditors kreditur yang
terjamin karena semata-mata sifat piutangnya oleh undang-undang diistimewakan untuk didahulukan pembayarannya. Dengan kedudukan istimewa ini, kreditur
preferen berada diurutan atas sebelum kreditur konkuren atau unsecured creditors kreditur yang tidak terjamin lainnya. Hutang debitur pada kreditur preferen memang
tidak diikat dengan jaminan kebendaaan tapi undang-undang mendahulukan mereka dalam hal pembayaran.
132
a Kreditur Separatis Menurut Munir Fuady: ikatakan separatis yang berkonotasi pemisahan karena
kedudukan kreditur tersebut memang dipisahkan dari kreditur lainnya, dalam arti ia dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah
dengan harta pailit yang umumnya.
133
Mariam Darus Badrulzaman menyebutkan bahwa sebagai kreditur pemegang hak jaminan yang memiliki hak preferen dan kedudukannya sebagai kreditur
separatis.
134
Kreditur separatis dapat menjual dan mengambil sendiri hasil dari
131
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal. 103
132
Ibid, hal 105
133
Ibid.
134
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
53
penjualan objek jaminan. Bahkan jika diperkirakan hasil penjualan atas jaminan utang itu tidak menutupi seluruh utangnya maka kreditur separatis dapat memintakan agar
terhadap kekurangan tersebut dia diperhitungkan sebagai kreditur konkuren. Sebaliknya apabila hasil dari penjualan jaminan utang melebihi utang-utangnya maka
kelebihan itu harus dikembalikan kepada debitur. b Kreditur pemegang hak istimewa
Kreditur pemegang hak istimewa privilege yang oleh undang-undang diberi kedudukan didahulukan semata-mata karena sifat piutangnya, baik dari kreditur
konkuren, kreditur separatis maupun kreditur preferen. Pasal 1134 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa hak agunan kebendaan
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi terhadap hak istimewa privilege kecuali tidak dengan tegas ditentukan lain oleh undang-undang artinya dalam mengambil
pelunasan dari hasil penjualan benda-benda milik debitur yang diletakkan hak jaminan, dan ada kreditur pemegang hak istimewa dan sisanya diambil oleh kreditur
konkuren.
135
Undang–undang telah menyediakan perlindungan kepada para kreditur sebagaimana ditentukan di dalam pasal 1131 dan pasal 1132 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata tersebut, tetapi perlindungan tersebut belum tentu menarik bagi calon kreditur untuk memberikan utang kepada calon debitur. Tentu saja akan lebih
menarik bagi calon kreditur apabila hukum menyediakan perlindungan yang lebih baik
daripada sekedar
perlindungan berupa
memperoleh pelunasan
secara
135
Pasal 1134 ayat 2, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Universitas Sumatera Utara
54
proporsional dari hasil penjualan harta debitur. Seorang kreditur menginginkan hak istimewa yaitu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada kreditur sehingga
tingkatan kreditur itu lebih tinggi daripada kreditur lainnya berdasarkan sifat piutang kreditur tersebut.
136
Upaya dalam perlindungan hukum terhadap kreditur, adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perlindungan hukum terhadap bank sebagai kreditur diperlukan mengingat dapat terjadinya faktor yang dapat menghambat eksekusi atas objek jaminan fidusia
yang berasal dari faktor eksternal. Bank melakukan asuransi terhadap semua objek jaminan fidusia yang dijaminkan terhadap bank, sehingga bila terjadi force
majeur keadaan memaksa atas objek jaminan tersebut penanganannya dapat segera diantisipasi, dan Bank juga memberikan keluangan waktu bagi debitur
terhadap objek jaminan fidusia yang telah dijaminkan mengalami force majeur, dimana debitur harus melakukan permohonan secara tertulis terhadap bank.
Namun pembayaran biaya asuransi terhadap objek jaminan fidusia telah disepakati terlebih dahulu dan menjadi tanggungan debitur yang sudah tercantum
dalam perjanjian kredit.
137
2. Fidusia memberikan kedudukan diutamakan sifat droit de preference. Sifat droit de preference atau diterjemahkan sebagai hak mendahului melekat
pada Jaminan Fidusia pada ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia
136
Sutan Remy Sjahdeini 1, Op.Cit., hal. 10
137
Hasil wawancara dengan Bapak Basril, Bagian Regional Credit Recovery di PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Balai Kota Medan, hari Senin tanggal 04 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
55
Nomor 42 Tahun 1999, yang menyatakan : Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan
terhadap kreditur
lainnya, yaitu
: Hak
yang didahulukan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah hak Penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek
jaminan fidusia. Hak yang didahulukan dari Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan danatau likuidasi Pemberi Fidusia.
Ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut, dapat diketahui bahwa Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan atau diutamakan
terhadap kreditur lainnya, yaitu hak Penerima Fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi penjualan dari benda yang menjadi
objek Jaminan Fidusia, dimana hal ini adalah salah satu perlindungan hukum bagi kreditur dalam perjanjian kredit yang telah disepakati debitur dan kreditur.
138
Kedudukan kreditur pemegang Jaminan Fidusia atas bangunan, pada saat terjadinya eksekusi akan lebih lemah daripada kedudukan kreditur pemegang Hak
Tanggungan. Walaupun keduanya punya konsep hak preference, tetapi Hak Tanggungan lebih kuat dibandingkan jaminan fidusia. Oleh sebab itu, pemeberian
jaminan fidusia diantisipasi dengan cara : Menambahkan surat pernyataan dari pemilik tanah bahwa yang bersangkutan tidak akan menjaminkan tanah dimaksud
kepada kreditur lain selain penerima Jaminan Fidusia yang menerima jaminan berupa fidusia bangunan di atas tanah dimaksud.
138
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.172.
Universitas Sumatera Utara
56
Sifat droit de preference pada jaminan fidusia ini juga didasari pada saat
perjanjian kredit dilakukan dan ditandatangani oleh para pihak. Dapat dilihat sebagai contoh : objek jaminan fidusia yang telah dijaminkan pada bank oleh
debitur dan telah didaftarkan pada lembaga fidusia, namun pada kenyataannya debitur telah menjaminkan lebih dahulu pada leasing sebelum dilakukannya
perjanjian kredit tersebut terhadap bank. Dalam hal ini sifat droit de preference terletak pada leasing tersebut walaupun objek jaminan fidusia tersebut telah
didaftarkan pada lembaga fidusia, sebab dilihat dari tanggal perjanjian yang telah lebih dahulu dilakukan debitur terhadap leasing tersebut.
139
3. Adapun upaya perlindungan hukum terhadap kreditur dalam Penyelesaian permasalahan dalam kredit yang bermasalah yang menyebabkan dilakukannya
eksekusi terhadap objek jaminan fidusia, maka oleh bank dicantumkan dalam akad penyelamatan kredit berupa : pembinaan dan pemberian kelonggaran waktu
pembayaran. Apabila usaha pembinaan untuk penyelamatan kredit tidak mungkin lagi dilakukan, ada beberapa bentuk penyelesaian kredit bermasalah dalam
pengikatan jaminan yang dapat dilakukan bank, antara lain: a Likuidasi Jaminan
Merupakan pencairan
jaminan fasilitas
kredit debitur
dalam rangka
menurunkan atau melunasi kewajiban kredit debitur kepada Bank.
139
Hasil wawancara dengan Bapak Basril, Bagian Regional Credit Recovery di PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Balai Kota Medan, hari Senin tanggal 04 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
57
b Subrogasi Subrogasi diatur dalam Pasal 1400 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
yaitu Subrogasi atau perpindahan hak kreditur kepada seorang pihak ketiga yang membayar kepada kreditur, dapat terjadi karena persetujuan atau karena
undang-undang. Dimana penggantian hak-hak kreditur oleh pihak ketiga karena adanya pembayaran hutang debitur oleh pihak ketiga tersebut kepada
kreditur. Harus ada lebih dari 1 satu kreditur dan 1 satu orang debitur yang sama, dan adanya pembayaran oleh kreditur baru kepada kreditur lama
Sebagai contoh, misalnya A berutang pada B, kemudian A meminjam uang pada C untuk melunasi utangnya pada B dan menetapkan bahwa C
menggantikan hak-hak B terhadap pelunasan utang dari A. c Cessie Piutang
Merupakan penyerahan piutang atas nama dan kebendaan dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan, dimana hak-hak atas
kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain. Ketentuan akibat hukum atas pelaksanaan Cessie sama dengan akibat hukum atas pelaksanaan subrogasi.
Cessie diatur dalam pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu : “penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tidak bertubuh
lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau akta dibawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada
orang lain”. Secara singkat, cessie merupakan penggantian orang yang berpiutang lama dengan seseorang berpiutang baru. Sebagai contoh, misalnya
Universitas Sumatera Utara
58
A berpiutang kepada B, tetapi A menyerahkan piutangnya itu kepada C, maka C yang berhak atas piutang yang ada pada B.
Cessie biasanya terjadi karena kreditur membutuhkan uang. Sehingga ia menjual piutangnya kepada pihak ketiga yang akan menerima pembayaran
dari debitur pada saat piutang tersebut jatuh tempo. Pihak yang mengalihkan atau menyerahkan disebut cedent. Sedangkan pihak yang menerima
pengalihan atau penyerahan disebut cessionaris. Dan debitur dari tagihan yang dialihkan atau diserahkan disebut cessus debitur cessus.
140
d Penyelesaian kredit melalui pihak ketiga Dapat dilakukan dengan cara mediasi melalui Pengadilan Negeri atau
Pengadilan Niaga. e Non Performing Loan NPL Disposal
Merupakan tindakan melakukan penjualan asset kredit bermasalah individu portfolio asset kredit bermasalah, dalam upaya penyelesaian kredit
bermasalah. Asset kredit bermasalah yang dapat dijual tersebut harus telah memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
f Penggunaan jasa pihak ketiga Out-sourcing Untuk memperoleh recovery kredit bermasalah baik intrakomtabel nilai
satuan minimum yang harus dilaporkan di neraca maupun ekstrakomtabel harta yang bertambah yang dicatat diluar pembukuan dimungkinkan
140
Herlien Budiono, Ajaran Hukum Perjanjian dan Penerapannya Di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya, Bandung, 2010, hal.186
Universitas Sumatera Utara
59
penggunaan jasa pihak ketiga outsourcing dalam penanganannya baik dalam bentuk jasa pengelolaan kredit servicing company maupun jasa penagihan
kredit collection. Outsourcing jasa pihak ketiga diperbolehkan karena Peraturan Bank Indonesia PBI tidak melarang. Apabila kemudian di dalam
pelaksanaannya terjadi penyimpangan, maka yang harus diatasi adalah penyimpangan tersebut. Sehingga dapat mengurangi biaya operasional
perbankan, sebab penagihan utang tidak mungkin dilakukan perbankan sendiri. Apabila harus dilakukan oleh pihak internal bank, perbankan harus
menambah pegawai dan biaya lain-lain sehingga akan membebani dan menjadi sangat mahal jika dari pihak internal bank.
141
g Novasi Novasi diatur dalam pasal 1413 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
merupakan bentuk penggantian debitur oleh pihak ketiga yang selanjutnya menjadi debitur baru novator atas persetujuan Bank.
142
Novasi adalah pembaharuan utang yang dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak, dimana pihak kreditur dan debitur bersepakat untuk menghapuskan perikatan lama dengan perikatan baru, sehingga perjanjian accesoirnya
dihapus jika perjanjian pokoknya dihapus, kecuali diperjanjikan sebaliknya secara tegas oleh kedua belah pihak.
141
Hasil wawancara dengan Bapak Basril, Bagian Regional Credit Recovery di PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Balai Kota Medan, hari Rabu tanggal 08 April 2013
142
Hasil wawancara dengan Bapak Basril, Bagian Regional Credit Recovery di PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Balai Kota Medan, hari Rabu tanggal 23 Januari 2013
Universitas Sumatera Utara
60
Tidak semua perjanjian kredit dijamin dengan bentuk grosse akta. Banyak perjanjian kredit tanpa jaminan yang bersifat preferen unsecured credit, namun
pada suatu saat memerlukan eksekusi apabila debitur wanprestasi. Peraturan perundang-undangan telah mengalami perkembangan dimana kredit yang berisi
jaminan hak preferen secured credit tidak hanya hipotek dan gadai yang disebut Pasal 1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tetapi Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 memasukkan jaminan fidusia terlebih untuk barang bergerak. Perlu diketahui, jaminan fidusia merupakan salah satu sarana perlindungan
hukum bagi keamanan bank yakni sebagai suatu kepastian bahwa nasabah debitur akan melunasi pinjaman kredit. Perjanjian jaminan fidusia bukan suatu hak
jaminan yang lahir karena undang-undang melainkan harus diperjanjikan terlebih dahulu antara bank dengan nasabah debitur. Oleh karena itu, fungsi yuridis
pengikatan jaminan fidusia lebih bersifat khusus jika dibandingkan jaminan yang lahir berdasarkan Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dimana
fungsi yuridis pengikatan agunan benda jaminan fidusia dalam akta jaminan fidusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit.
143
Bentuk penyelesaian kredit yang biasa digunakan pada PT. Bank Mandiri Persero, Tbk adalah Likuidasi Jaminan, yaitu penyelesaian dengan cara meminta
kepada debitur untuk melakukan penjualan jaminan secara sukarela untuk
143
Tan Kamelo, Loc.Cit, hal. 187.
Universitas Sumatera Utara
61
mengurangi debet pinjaman. Dimana jaminan harus memenuhi kriteria : mudah dijual kembali marketable dan aman secured.
144
Pembuatan akta jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial sehingga tidak perlu dilakukan pembuatan grosse akta. Dimana nilai objek jaminan fidusia yang
dapat berubah menjadi meningkat ataupun menurun dan jumlah kredit yang dapat bertambah ataupun berkurang, sedangkan dalam perjanjian kredit yang dijamin
dengan bentuk grosse akta harus memiliki jumlah kredit atau hutang yang tetap atau tidak berubah hingga waktu pelunasan hutang tersebut oleh debitur.
145
4. Dengan dilakukannya pendaftaran jaminan fidusia pada lembaga fidusia merupakan perlindungan hukum bagi kreditur yang memberikan pinjamannya.
Suatu perubahan yang cukup mendasar dari perkembangan jaminan fidusia adalah mengenai pendaftaran. Sebelum terbitnya Undang-Undang Jaminan Fidusia,
masalah pendaftaran jaminan fidusia bukanlah menjadi suatu kewajiban, tetapi setelah keluarnya Undang-Undang Jaminan Fidusia, masalah pendaftaran jaminan
fidusia menjadi semakin krusial. Pendaftaran tersebut memiliki arti yuridis sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian
jaminan fidusia. Selain itu, pendaftaran jaminan fidusia merupakan perwujudan dari asas publisitas dan kepastian hukum.
146
144
Hasil wawancara dengan Bapak Basril di PT. Bank Mandiri Persero Tbk Balai Kota Medan, hari Senin tanggal 21 Januari 2013
145
Hasil wawancara dengan Bapak Basril di PT. Bank Mandiri Persero Tbk Balai Kota Medan, hari Senin tanggal 04 Maret 2013
146
Tan Kamelo, Loc.Cit, hal 313
Universitas Sumatera Utara
62
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa bank tidak diperbolehkan memiliki barang jaminan yang dibelinya, dimana prinsip ini sejalan
dengan hukum
jaminan fidusia.
147
Apabila terjadi
wanprestasi maka
akan menimbulkan akibat hukum dengan melahirkan hak kepada kreditur penerima
fidusia, dimana dalam praktiknya terdapat kecenderungan bahwa bank akan menguasai benda jaminan kalau debiturnya macet, padahal secara normatif hal ini
tidak dibenarkan oleh Undang-Undang Perbankan. Namun melalui hasil analisis terhadap akta jaminan fidusia dan hasil penelitian bahwa kreditur penerima jaminan
fidusia tidak dapat menjadi pemilik dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia
148
. Kreditur penerima jaminan fidusia hanyalah berhak menjual objek jaminan fidusia
baik atas dasar titel eksekutorial, lelang atau penjualan di bawah tangan.
149
Dan dalam rangka pelaksanaan eksekusi atas objek jaminan fidusia, pemberi jaminan
fidusia berkewajiban untuk menyerahkannya kepada kreditur penerima jaminan fidusia.
150
147
Penjelasan Pasal 12A ayat 1 ,Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
148
Ibid, hal.200
149
Ibid.
150
Pasal 30, Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999
Universitas Sumatera Utara
63
BAB III TERJADINYA FAKTOR PENGHAMBAT DALAM EKSEKUSI JAMINAN