107
berlangsung selama tidak lebih dari satu tahun, nilai pinjaman kecil dan debiturnya sudah dikenal dengan baik oleh bank yang bersangkutan. Sehingga sangat kecil
kemungkinan debitur melakukan wanprestasi, dimana salah satu syarat untuk mendaftarkan akta jaminan fidusia itu adalah dengan dibuat dalam bentuk akta
notaris, dan segera didaftarkan pada kantor Pendaftaran Fidusia.
195
konsekuensi dari Sertifikat Jaminan Fidusia yang mempunyai kekuatan eksekutorial adalah dimana
konsekuensi sertifikat tersebut dapat langsung dilaksanakan tanpa melalui Pengadilan dan bersifat final atau akhir serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan
tersebut, apabila ternyata Debitur cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya
sendiri.
196
Hal inilah yang menjadi satu ciri jaminan fidusia yaitu kemudahan dalam pelaksanaan eksekusinya yaitu apabila pihak pemberi fidusia melakukan cidera janji.
C. Penyelesaian Faktor Penghambat Dalam Eksekusi Jaminan Fidusia
Penyelesaian dalam faktor penghambat yang terjadi pada eksekusi jaminan fidusia, adalah sebagai berikut :
1. Objek jaminan fidusia yang tidak dapat dieksekusi disebabkan nilai objek jaminan yang menurun atau musnah, objek jaminan berupa stock yang dapat habis, dapat
dilakukan penyelesaiannya dengan menggunakan objek jaminan yang lain yang telah diikat menjadi Hak Tanggungan untuk dapat dieksekusi.
195
Ibid.
196
Pasal 15 ayat 3, Undang-Undang Jaminan Fidusia No.42 Tahun 1999
Universitas Sumatera Utara
108
Disamping itu, debitur seharusnya berkewajiban menambah jumlah jaminan, misalnya stock bila semakin menurun. Sehingga nilai objek jaminan tersebut
akan tetap sama seperti pada awal pengikatan objek jaminan ataupun semakin meningkat nilainya.
Pengelola kredit juga wajib melakukan penilaian ke usaha debitur untuk dapat melihat perkembangan kemajuan usahanya dan menilai objek jaminan yang
diikat secara fidusia menurun atau semakin meningkat. 2. Objek jaminan fidusia yang diletakkan sita jaminan diatas objek jaminan tersebut
dapat dilakukan eksekusi bila Bank mengajukan eksekusi lelang melalui pengadilan ataupun dengan mengajukan ketentuan pailit. Karena segala sesuatu
yang dipailitkan maka segala sita jadi gugur demi hukum. Dimana seseorang yang berhutang tersebut harus membayar hutangnya terlebih
dahulu pada Bank, apabila ada sisa atas pembayaran hutangnya terhadap Bank, maka dapat dilunaskannya lagi terhadap orang lain yang berpiutang terhadapnya.
Beberapa hal yang perlu diingat bank dalam melakukan pendekatan untuk menyelesaikan masalah yaitu :
1 Bank tidak melakukan penyelesaian masalah dengan cara menambah tunggakan-tunggakan yang disebut sebagai plafondering kredit.
2 Bank harus mendeteksi masalah yang terjadi yang mengakibatkan terjadinya persengketaan dalam pengikatan agunan ataupun kredit pinjaman yang
bermasalah dan tidak menutup-nutupinya serta segera menyelesaikannya.
Universitas Sumatera Utara
109
3 Tidak boleh dilakukan pengecualian dalam penyelesaian sengketa yang terjadi, khususnya kredit bermasalah dalam pengikatan agunan kepada pihak-
pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur tertentu. 4 Bila usaha masih berjalan diberikan cara penyelesaian dipercepat.
5 Melakukan cara penjualan jaminan secara sukarela. 6 Melakukan lelang secara terbuka atau penyelesaian melalui KPPLN Kantor
Pengurusan Piutang dan Lelang Negara. Berdasarkan Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, debitur akan
disebut wanprestasi bila tidak atau lalai dalam pemenuhan janjinya melaksanakan kewajiban hukum untuk membayar pinjaman terhadap kreditur sesuai dengan batas
waktu tunda yang telah ditetapkan. PT. Bank Mandiri Persero Tbk perlu siaga bila terjadi kredit bermasalah,
dimana dapat mempengaruhi terjadinya sengketa atau permasalahan dalam pengikatan jaminan, yang akan mengalami kesulitan pembayaran pokok dan bunga
kredit. Selain dapat dilakukan dengan cara perdamaian, adapun mekanisme dari bentuk-bentuk penyelesaian kredit bermasalah yaitu :
a. Restrukturisasi kredit, dengan proses sebagai berikut : 1. Penjadwalan kembali rescheduling yaitu perubahan syarat kredit yang hanya
menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya. 2. Peninjauan kembali reconditioning syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada
perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit-kredit.
Universitas Sumatera Utara
110
3. Penataan kembali recstructuring dalam hal perubahan syarat-syarat kredit seperti : penambahan dana pada bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan
bunga menjadi pokok kredit baru atau menjadi penyertaan dalam perusahaan dengan cara penjadwalan dan persyaratan kembali. Penataan kembali perjanjian
kredit melalui konversi kredit merupakan penyertaan modal dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan kredit. Hal ini adalah salah satu bentuk usaha bank
yang tercantum pada Pasal 7 huruf C Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Dimana bank melakukan kegiatan
penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kredit bermasalah atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya dan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh bank penyertaan modal tersebut dapat berupa penempatan dana dalam bentuk saham
melalui pasar modal baik di bidang keuangan dan penyertaan modal sementara untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut.
Analisa terhadap kredit oleh pihak Bank sebagai kreditur sesuai dengan prinsip 5 C character, capacity, capital, condition of economy, collateral,
dengan proses antara lain : c. Pendekatan Karakter, yang dilihat dari kepatuhan, kemauan dari debitur
sebagai pemilik barang agunan. d. Pendekatan jaminan, antara lain : keabsahan pengikatan, nilai, status, surat
agunan dan kemudahan jual serta kemudahan proses pengambil alihan barang agunan.
Universitas Sumatera Utara
111
e. Pendekatan kemampuan membayar, yaitu pihak Bank menganalisa debitur atau pemilik barang jaminan dari segi kemampuan membayar.
Di PT. Bank Mandiri, pemutusan kredit dilakukan secara bersama oleh unit perkreditan yang disebut dengan Commercial Banking Center sebagai unit
pemasaran kredit dan Regional Risk Management sebagai unit manajemen kredit yang bermasalah.
4. Eksekusi atas fasilitas kredit Eksekusi dapat dijalankan setelah putusan pengadilan memperoleh kekuatan
hukum tetap, didukung dengan bukti yang sempurna, bernilai kekuatan mengikat, dan bernilai kekuatan pembuktian yang menentukan. Penyelesaian sengketa kredit
bermasalah dapat melalui eksekusi fasilitas kredit oleh pihak Bank, dimana adanya keterkaitan dengan hak tanggungan sesuai Pasal 3 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 dengan mekanisme eksekusi sebagai berikut: a.
Eksekusi tergantung atas jumlah kredit yang direalisasi. b.
Eksekusi hak tanggungan meliputi pemenuhan seluruh fasilitas kredit jika semuanya telah dicairkan atau direalisasi.
c. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan terbatas pada jumlah yang direalisasi,
apabila yang direalisasi hanya sebagian maka kreditur tidak dapat mengajukan eksekusi hak tanggungan atas sejumlah kredit yang tercantum dalam
perjanjian. Sehingga perlunya Pengadilan Negeri menilai jumlah yang telah direalisasi bila berhadapan dengan eksekusi hak tanggungan.
d. Likuidasi agunan
Universitas Sumatera Utara
112
Mekanismenya adalah dengan melakukan pemanggilan nasabah, diberikan penawaran agar melakukan penjualan agunannya, bila setuju Bank akan
melakukan penilaian ulang agunan berdasarkan nilai pada saat agunan tersebut dijual untuk mengurangi jumlah debet.
Transaksi kredit dilindungi objek jaminan terhadap pinjaman, dimana debitur memberi barang agunan sebagai perlindungan pemenuhan pembayaran kepada
kreditur. Apabila debitur ingkar atau lalai memenuhi pembayaran utang sesuai dengan perjanjian, pemenuhan dapat dipaksa imposed dengan jalan eksekusi barang
agunan melalui ‘penjualan lelang’ oleh kreditur melalui pengadilan.
197
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN