Aspek kemampuan membaca Kemampuan Membaca

Pada tahap ini membaca dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk menganalisis input yang berupa bahan tertulis dan menghasilkan output yang berupa pemahaman atas bahan tersebut. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi pembaca dalam tahap ini adalah kemampuan pemrosesan kata dan kalimat, kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan, kemampuan untuk menangani ihwal yang baru dan kemampuan untuk memilih.

2.1.3. Aspek kemampuan membaca

Berikut akan dipaparkan dua aspek penting dalam kemampuan membaca, yaitu kemampuan mekanis mechanical skills dan kemampuan pemahaman comprehension skills.: 2.1.3.1. Kemampuan mekanis mechanical skills Kemampuan mekanis mencakup pengenalan bentuk huruf sampai pengenalan hubungankorespondensi pola ejaan dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print” dalam kecepatan membaca taraf lambat Broughton dalam Ginting, 2005. Teknik membaca untuk kemampuan ini biasa disebut dengan membaca teknis atau membaca bersuara Kartika, 2004. Sedangkan Burns 984, menggunakan istilah word recognition. Kegiatan membaca teknis merupakan sebagian besar yang ditekankan pada pembaca tahap pemula, yaitu kelas 1 dan 2 SD. Kegiatan membaca teknis makin menurun frekuensinya pada kelas tinggi sekolah dasar dan kegiatan membaca ini lebih ditujukan untuk memelihara dan melatih kemampuan membaca Kartika, 2004. Pada tahap pemula, anak perlu memperhatikan dua hal yaitu keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf Dardjowidjodjo, 2010 Membaca permulaan bertujuan memberikan kemampuan dasar untuk membaca yaitu siswa mengenal mengetahui huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara. Pada tahap membaca lanjutan kemampuan membaca teknis tidak hanya sebatas menyuarakan tetapi lebih berkembang menjadi pelafalan vokal maupun konsonan, nadalagu ucapan, penguasaan tanda-tanda baca, pengelompokan katafrase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan mata, dan ekspresi Kartika, 2004. Kemampuan mekanis diungkapkan melalui bunyi yang dikeluarkan oleh mulut. Dardjowidjojo 2010 mengatakan kekeliruan dalam pengucapan ini sebagai kekeliruan kilir lidah, yang terdiri dari kekeliruan fitur distingtif, kekeliruan segmen fonetik, kekeliruan sukukata dan kekeliruan kata. Dalam IRI Iinformal Reading Inventory yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca siswa, kesalahan dalam membaca mekanis yang perlu ditandai adalah: mispronounciation kesalahan pengucapan, refusal to pronounce bacaan yang ditolak, insertion selipanterselip, omission penghilangan, repetition pengulangan, reversals pembalikanterbalik Burns, 1984 2.1.3.2. Kemampuan yang bersifat pemahaman comprehension skills Kemampuan ini dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi higher order. Aspek ini mencakup memahami pengertian sederhana sampai mengevaluasi atau menilai isi dan bentuk bacaan dalam kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan Broughton dalam Ginting, 2005. Teknik membaca untuk kemampuan ini biasa disebut dengan teknik membaca dalam hati Dalam kurikulum 2004 tertera membaca sekilas, membaca memindai, membaca intensif dan membaca ekstensif. Membaca jenis ini dapat digolongkan ke dalam membaca dalam hati Membaca dalam hati ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan Kartika, 2004. Burns 1984 membagi empat tahap pemahaman yaitu pemahaman harfiah literal reading, pemahaman menafsirkan interpretive reading, pemahaman mengupas kritis critical reading, dan pemahaman kreatif creative reading. Dalam tes Informal Reading Inventory Burns, 1984, untuk mengetahui pemahaman wacana, siswa diajukan beberapa pertanyaan setelah ia selesai membaca. Pertanyaan harus mencakup ide utama, detail, makna kata, rangkaian, sebab akibat dan kesimpulan Burns, 1984

2.1.4. Tingkat kemampuan membaca