Sistematika Penulisan Kerangka Berpikir

b. Manfaat praktis Bagi para orangtua, penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagaimana hendaknya orangtua berperan dalam proses belajar anak khususnya dalam belajar membaca. Bagi para guru, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang bagaimana karakteristik anak-anak dalam hal belajar membaca serta dapat menjadi referensi untuk memberikan arahan terhadap orangtua siswa mengenai bagaimana hendaknya mereka mendukung kegiatan belajar anak di rumah khususnya dalam hal belajar membaca, sehingga terjalin hubungan yang baik antara guru dan orangtua dalam menciptakan kesuksesan belajar anak. Bagi para pengusaha, pemerintah ataupun pihak lain yang berwenang, penelitian ini dapat menjadi pemacu untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat meningkatkan minat maupun kemampuan anak-anak dalam membaca.

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I: Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: Pada bab ini penulis menguraikan pertama, kemampuan membaca meliputi pengertian membaca, tahapan dalam membaca, aspek kemampuan membaca, tingkat kemampuan membaca, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dan tes kemampuan membaca. Kedua, dukungan orangtua dalam belajar membaca meliputi pengertian dukungan orangtua, bentuk-bentuk dukungan, pengertian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, model belajar membaca dan dukungan orangtua dalam belajar membaca. Ketiga, kerangka berpikir dan keempat rumusan hipotesis. BAB III: Membahas tentang jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur penelitian. BAB IV: Membahas mengenai gambaran umum subyek penelitian, deskripsi data penelitian, presentasi data penelitian dan uji hipotesis BAB V : Membahas kesimpulan, diskusi dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1. Kemampuan Membaca

2.1.1. Pengertian membaca

Smith dalam Ginting 2005 menyebutkan membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis. Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya Ahuja, 1999. Dengan kata lain, proses membaca adalah proses ganda, meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Sebagai proses penglihatan, membaca bergantung kepada kemampuan melihat simbol-simbol. Oleh karena itu mata memainkan peranan penting WassmanRinsky, 1993. Sebagai proses tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbol- simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut Ahuja, dalam Ginting, 2005. Selanjutnya Ginting 2005 menyimpulkan membaca sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan. Menurut Shihab dalam Sahara, 2000 baca dalam istilah agama disebut iqra’ yang diambil dari kata qara’a, pada mulanya berarti menghimpun, apabila dirangkai huruf atau kata, kemudian diucapkan rangkaian tersebut maka telah menghimpunnya atau dalam bahasa Al-Qur’an Qara’atahu qira’atan. Arti asal kata ini menunjukkan Iqra’ yang diterjemahkan dengan “Bacalah”, tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain dan karenanya dapat ditemukan dalam kamus-kamus bahasa beraneka ragam kata tersebut antara lain: menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui, ciri-cirinya yang semuanya dapat dikembalikan kepada hakikat menghimpun yang merupakan akar arti kata tersebut. Sedangkan menurut Broto dalam Rahman 1999 membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Juga menurut Soedarso dalam Rahman, 1999 membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran. Membaca juga merupakan perpaduan antara pemahaman bentuk dan makna. Ada dua cara memahami bacaan, yaitu memahami bacaan dengan menganalisis teks dan memahami bacaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Biasanya pembaca memadukan kedua cara ini dalam proses pemahamannya. Dalam istilah Bernhardt dalam Suherli, 2006, proses membaca demikian itu sifatnya “multidimensional and multivariate”. Teks sendiri ada yang terlihat seen text seperti yang terbaca oleh pembaca, dan teks ‘tersembunyi’ unseen text yang merupakan maksud penulis yang biasanya mengandung nilai sosial dan budaya. Oleh karena itu, membaca tidak cukup memerhatikan kata, kalimat dan paragraf saja, sekalipun tanpa unsur-unsur itu tidak akan terjadi proses membaca. Membaca adalah sebuah kemampuan yang diperlukan bagi orang yang mau mencari informasi dari teks tertulis Ahuja, 1999. Membaca juga sebagai salah satu alat untuk belajar study skills berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Membaca itu sendiri adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan Tampubolon, 1987. Dari berbagai definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa membaca adalah mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa serta dapat menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan berdasarkan pangalaman dan pemikiran.

2.1.2. Tahapan dalam membaca

Empat tahap dalam berbahasa yang sampai kini masih dianggap benar adalah tahap mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis listening, speaking, reading, and writing. Dua tahap pertama berkaitan dengan bahasa lisan dan dua tahap terakhir dengan bahasa tulisan Dardjowidjojo, 2010. Dardjowidjojo 2010 mengungkapkan dalam membaca ada dua tahap utama yang dinamakan tahap pemula dan tahap lanjut. Kartika 2004 menyebutkan teknik membaca permulaan berlangsung pada kelas 1 dan 2 SD sedangkan teknik membaca lanjutan berlangsung sejak kelas 3 SD. 2.1.2.1. Tahap pemula Tahap pemula adalah tahap yang mengubah manusia dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Pada tahap pemula, anak perlu memerhatikan dua hal yaitu keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf. Beberapa prasyarat harus dipenuhi anak dalam menempuh tahap ini diantaranya prasyarat kognitif yang menyangkut kemampuan memahami keteraturan bentuk, atensi dan motivasi, kemampuan asosiatif dan kemampuan deteksi. Selain prasyarat kognitif, anak juga harsyarat kognitif, anak juga harus memiliki prasyarat-prasyarat tertentu untuk dapat berbicara yang meliputi penguasaan sistem fonologi, penguasaan sintaksis bahasa dan kemampuan semantik. 2.1.2.2. Tahap lanjut Tahap lanjut adalah tahap dimana prosesnya bukan terkonsentrasi pada kaitan antara huruf dengan bunyi tetapi pada makna yang terkandung dalam bacaan. Perbedaan yang mencolok antara tahap pemula dan tahap lanjut adalah bahwa pembaca pada tahap lanjut tidak lagi harus memerhatikan keteraturan bentuk huruf lagi. Kemampuan untuk ini telah dilaluinya dan kini dia masuk pada pemahaman makna. Pada tahap ini membaca dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk menganalisis input yang berupa bahan tertulis dan menghasilkan output yang berupa pemahaman atas bahan tersebut. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi pembaca dalam tahap ini adalah kemampuan pemrosesan kata dan kalimat, kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan, kemampuan untuk menangani ihwal yang baru dan kemampuan untuk memilih.

2.1.3. Aspek kemampuan membaca

Berikut akan dipaparkan dua aspek penting dalam kemampuan membaca, yaitu kemampuan mekanis mechanical skills dan kemampuan pemahaman comprehension skills.: 2.1.3.1. Kemampuan mekanis mechanical skills Kemampuan mekanis mencakup pengenalan bentuk huruf sampai pengenalan hubungankorespondensi pola ejaan dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print” dalam kecepatan membaca taraf lambat Broughton dalam Ginting, 2005. Teknik membaca untuk kemampuan ini biasa disebut dengan membaca teknis atau membaca bersuara Kartika, 2004. Sedangkan Burns 984, menggunakan istilah word recognition. Kegiatan membaca teknis merupakan sebagian besar yang ditekankan pada pembaca tahap pemula, yaitu kelas 1 dan 2 SD. Kegiatan membaca teknis makin menurun frekuensinya pada kelas tinggi sekolah dasar dan kegiatan membaca ini lebih ditujukan untuk memelihara dan melatih kemampuan membaca Kartika, 2004. Pada tahap pemula, anak perlu memperhatikan dua hal yaitu keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf Dardjowidjodjo, 2010 Membaca permulaan bertujuan memberikan kemampuan dasar untuk membaca yaitu siswa mengenal mengetahui huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara. Pada tahap membaca lanjutan kemampuan membaca teknis tidak hanya sebatas menyuarakan tetapi lebih berkembang menjadi pelafalan vokal maupun konsonan, nadalagu ucapan, penguasaan tanda-tanda baca, pengelompokan katafrase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan mata, dan ekspresi Kartika, 2004. Kemampuan mekanis diungkapkan melalui bunyi yang dikeluarkan oleh mulut. Dardjowidjojo 2010 mengatakan kekeliruan dalam pengucapan ini sebagai kekeliruan kilir lidah, yang terdiri dari kekeliruan fitur distingtif, kekeliruan segmen fonetik, kekeliruan sukukata dan kekeliruan kata. Dalam IRI Iinformal Reading Inventory yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca siswa, kesalahan dalam membaca mekanis yang perlu ditandai adalah: mispronounciation kesalahan pengucapan, refusal to pronounce bacaan yang ditolak, insertion selipanterselip, omission penghilangan, repetition pengulangan, reversals pembalikanterbalik Burns, 1984 2.1.3.2. Kemampuan yang bersifat pemahaman comprehension skills Kemampuan ini dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi higher order. Aspek ini mencakup memahami pengertian sederhana sampai mengevaluasi atau menilai isi dan bentuk bacaan dalam kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan Broughton dalam Ginting, 2005. Teknik membaca untuk kemampuan ini biasa disebut dengan teknik membaca dalam hati Dalam kurikulum 2004 tertera membaca sekilas, membaca memindai, membaca intensif dan membaca ekstensif. Membaca jenis ini dapat digolongkan ke dalam membaca dalam hati Membaca dalam hati ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan Kartika, 2004. Burns 1984 membagi empat tahap pemahaman yaitu pemahaman harfiah literal reading, pemahaman menafsirkan interpretive reading, pemahaman mengupas kritis critical reading, dan pemahaman kreatif creative reading. Dalam tes Informal Reading Inventory Burns, 1984, untuk mengetahui pemahaman wacana, siswa diajukan beberapa pertanyaan setelah ia selesai membaca. Pertanyaan harus mencakup ide utama, detail, makna kata, rangkaian, sebab akibat dan kesimpulan Burns, 1984

2.1.4. Tingkat kemampuan membaca

Terdapat empat kategori tingkat kemampuan membaca anak Burns, 1984, yaitu: 1. Tingkat independen. Pada tingkat ini anak dapat membaca dengan gayanya sendiri tanpa bimbingan guru. Anak mampu melafalkan sedikitnya 99 bahan teks tertulis dengan tingkat pemahaman 90 atau lebih 2. Tingkat instruksional. Pada tingkat ini anak dapat membaca dengan masih menggunakan bimbingan guru. Anak mampu melafalkan sedikitnya 85 bahan teks tertulis untuk kelas 1 dan 2 atau 95 bahan teks tertulis untuk kelas 3 ke atas dengan tingkat pemahaman mencapai 75 atau lebih. 3. Tingkat frustrasi. Pada tingkat ini anak mengalami hambatan dan hanya dapat melafalkan 90 bahan teks tertulis atau kurang, atau anak hanya memahami 50 bahan bacaan. 4. Tingkat kapasitaspotensial. Yang termasuk dalam kategori ini adalah anak dengan tingkat pemahaman 75 atau lebih dengan kemampuan melafalkan bacaan yang tak terbatas. Sebagai contoh, jika seorang anak hanya mampu melafalkan 80 bahan bacaan tetapi ia mempunyai pemahaman dengan tingkat 80 maka ia termasuk dalam kategori ini. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan untuk mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa serta dapat menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan berdasarkan pangalaman dan pemikiran.

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

Menurut Schonell 1961 faktor-faktor yang terlibat dan berpengaruh terhadap kemampuan membaca adalah: 1. Kematangan Umum, meliputi kematangan fisik, intelektual, sosial, dan emosi. 2. Tingkat Inteligensi secara umum 3. Kemampuan pengenalan visual dan auditori serta kemampuan membedakan pola kata 4. Lingkungan, meliputi latar belakang bahasa serta pengalaman, lingkungan sekolah dan latar belakang rumah 5. Emosi, meliputi ketertarikan minat, perhatian individu dan kepercayaan diri. Terkait dengan faktor lingkungan, menurut Schonell 1961 yang termasuk dalam latar belakang rumah adalah: a. kondisi ekonomi seperti penghasilan keluarga, ukuran rumah, kecukupan dan keteraturan dalam makanan, tidur, dan lain lain b. kesempatan untuk bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan yang bebeda. Hal ini berhubungan dengan perkembangan konsep dan perbendaharaan kata c. sifat dan kuantitas bicara serta pola bahasa anak-anak terutama sekali yang dipengaruhi oleh perkataan orangtua d. sikap terhadap membaca dan menulis, seberapa sering kegiatan membaca di rumah dilakukan dan tersedianya buku-buku dengan tingkat kesulitan yang bervariasi e. kualitas kehidupan keluarga dalam hal ini hubungan antar orangtua yang berpengaruh terhadap keamanan anak-anak dan perkembangan kepribadian secara umum

2.1.6. Tes kemampuan membaca

Tes kemampuan membaca digunakan oleh guru atau pengajar untuk mengetahui dan juga mengembangkan kemampuan anak untuk membaca teks bacaan dan kemampuan pemahamannya. Ada banyak alat tes kemampuan membaca yang dapat digunakan yang dapat digunakan oleh para pengajar di Sekolah Dasar. Contohnya cloze tes, yaitu bentuk tes melengkapi teks yang hilang dalam wacana dan juga Informal Reading Inventory IRI Burns, 1984 IRI disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyeleksi jenis atau standar bacaan. Gunakan salah satu seri bacaan yang dimulai dari bacaan pra sekolah sampai bacaan kelas 6 SD. Pilih materi bacaan yang sebelumnya tidak pernah dibaca atau dijumpai oleh anak. 2. Menentukan bagian dari buku bacaan yang akan dibaca oleh anak. Pilih bagian bacaan yang ceritanya utuh dengan standar banyaknya kata sebagai berikut: Prasekolahkelas 1: sekitar 75 kata., kelas 2: 100 kata, Kelas 3:125 kata, kelas 4: 150 kata, kelas 5: 175 kata, kelas 6 atau lebih: 200 kata. Gunakan bacaan untuk dua tahap tes yaitu membaca bersuara dan membaca dalam hati. Membaca bersuara untuk mengetahui kemampuan mekanis dan membaca dalam hati untuk mengetahui kemampuan pemahaman. 3. Susun pertanyaan. Tentukan lima sampai sepuluh pertanyaan yang berhubungan dengan teks bacaan. Pertanyaan harus mencakup ide utama, detail, makna kata, rangkaian, sebab akibat dan kesimpulan. 4. Persiapan konstruk tes. Siapkan pertanyaan dalam kartu yang terpisah. Siapkan duplikat bacaan untuk menandai atau memberikan penilaian. Jenis kesalahan yang dicatat saat teks dibaca adalah: salah pengucapan, teks yang ditolak atau tidak mau dibaca anak, teks yang terselip, teks yang hilang, teks yang diulang, teks yang dibaca terbalik. 2.2. Dukungan Orangtua Dalam Belajar Membaca 2.2.1. Pengertian dukungan orangtua Penulis mendefinisikan dukungan orangtua berdasarkan definisi dukungan sosial dan dukungan keluarga. Menurut Cobb dalam Sarafino, 2002, dukungan sosial diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok lain. Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma dalam Ambari, 2010 merupakan bantuansokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Sarafino 2002 mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan dan sumber dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Taylor 1995 menyebutkan bahwa dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan. Comission on the family dalam Ambari, 2010 menyatakan dukungan keluarga, termasuk orangtua, dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh tekanan.

2.2.2. Bentuk-bentuk dukungan

Bentuk-bentuk dukungan menurut Sarafino 2002 adalah: a. Dukungan emosional: mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. b. Dukungan penghargaan: terjadi lewat ungkapan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu. Hal seperti ini dapat menambah penghargaan diri. Jenis dukungan ini membantu individu merasa dirinya berharga, mampu, dan dihargai. c. Dukungan instrumental: mencakup bantuan langsung, dapat berupa jasa, waktu, atau uang. Dukungan ini membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya. d. Dukungan informatif: mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. e. Dukungan jaringan: mencakup perasaan keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas.

2.2.3. Pengertian belajar

Skinner dalam Syah 2008 mendefinisikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Slameto dalam Djamarah 2002 mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Witherington dalam Sukmadinata 2003 berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola- pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Selain itu Morgan dalam Purwanto 2004 mendefinisikan kegiatan belajar sebagai setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan maupun pengalaman.

2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Purwanto 1999 mengungkapkan bahwa keberhasilan belajar itu tergantung kepada bemacam-macam faktor. Dapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan: a. faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kematanganpertumbuhan, kecerdasan, motivasi, dan faktorsifat pribadi. b. Faktor yang ada di luar individu atau yang kita sebut faktor sosial. Termasuk kedalam faktor ini antara lain faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

2.2.5. Model belajar membaca

Tujuan pengajaran membaca menurut Alexander dalam Suherli, 2006 adalah untuk mengembangkan kemampuan membaca agar peserta didik dapat menikmati bacaannya dan dapat menggunakan keterampilannya selama hidupnya. Dardjowidjojo 2010 berpendapat ada dua model belajar membaca model dari bawah ke atas bottom up yang mendasarkan metodenya pada cara fonik, yakni, dari fonem, ke suku, lalu ke kata dan seterusnya sampai ke atas dan model atas ke bawah top down yang langsung memberikan kata untuk dibaca.

2.2.6. Dukungan orangtua dalam belajar membaca

Dalam hal belajar membaca, orangtua dapat memberikan dukungan dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk dukungan menurut Sarafino 1997 adalah dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informative dan dukungan jaringan. Burns 1984 mengungkapkan tujuh hal yang dapat dilakukan orangtua dalam rangka membantu kegiatan belajar membaca anak di rumah: 1. menjaga hubungan dengan anak dalam program belajar membaca dengan rajin menanyakan perkembangan belajar membacanya 2. menjadi pendengar dan penanya yang baik 3. mendukung anak untuk menyelesaikan tugas membaca buku 4. membantu menyediakan ruangan, waktu dan peralatan yang dibutuhkan untuk belajar 5. mendukung anak untuk berpartisipasi dalam pameran buku atau kegiatan membaca lainnya 6. membantu anak saat dia menemui kesulitan dalam membaca 7. memberikan penilaian yang baik terhadap pekerjaan rumah dan mengekspresikan antusiasme ketika anak bertanya. Dapat disimpulkan bahwa dukungan orangtua dalam belajar membaca adalah segala bentuk bantuan atau sokongan dari orangtua berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informatif dan jaringan dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca.

2.3. Kerangka Berpikir

Kegiatan membaca bukan saja mengasyikkan, tetapi juga berarti menelusuri pengalaman pembelajaran melalui bahan bacaan. Hal ini dikarenakan bacaan merupakan ekspresi dari bahasa manusia sebagai suatu sistem komunikasi sosial yang mewakili kemajuan kemampuan kognitif manusia tertinggi. Dilihat dari kegiatan anak membaca, mereka membutuhkan stimulus yang membuat mereka terdorong untuk melakukan kegiatan membaca. Belum banyak orang tua dan guru yang secara sengaja memberikan penghargaan saat anak melakukan kegiatan yang baik, seperti saat belajar dan membaca. Kemajuan kemampuan membaca anak yang berlangsung dalam kontinum interaktif seiring dengan perkembangan anak Wiener dalam Sutardi, 1997 membuat orangtua mau tidak mau mempunyai peran penting dalam mengembangkan kemampuan membaca anaknya. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Di dalam keluargalah seorang anak mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui. Seorang anak dapat menyerap banyak sekali informasi lewat percakapan, nyanyian, candaan, dan segala aktifitas bermain yang memang identik dengan dunianya. Sangatlah penting bagi orangtua untuk membantu peran guru maupun pengajar anak di sekolah. Untuk itu perlu ada hubungan komunikasi yang baik antara guru dan orangtua sebagai penadamping belajar membaca anak di rumah. Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan Taylor, 1995. Hal-hal sederhana seperti sering mengajak anak bercakap-cakap, membacakan cerita, jalan-jalan ke toko buku diyakini dapat menumbuhkan semangat belajar membaca anak hingga akhirnya dapat meningkatkan kemampuan membacanya. Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca yang sebelumnya telah penulis paparkan, dapat dilihat bahwa lingkungan keluarga khususnya orangtua memiliki peran besar dalam mengembangkan kemampuan membaca anak. Penulis meyakini orangtua yang secara aktif mendukung kegiatan belajar membaca anak dengan berbagai bentuk dukungan, dapat membantu anak meningkatkan kemampuan membacanya. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini: Gambar 2.1. Skema hubungan dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca X Y Dukungan Orangtua Kemampuan Membaca Semakin tinggi dukungan orangtua dalam belajar membaca maka semakin tinggi pula kemampuan membaca siswa. Sebaliknya, semakin kecil dukungan orangtua dalam belajar membaca maka semakin rendah pula kemampuan membaca siswa.

2. 4. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dalam kegiatan belajar membaca dengan kemampuan membaca pada siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dalam kegiatan belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3. BAB 3 METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca pada siswa Kelas 2 SDN Bakti Jaya 3. Untuk membahas permasalahan ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif sebab pada data akhir akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif korelasional. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca pada siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok. Data yang dihasilkan adalah data kuantitatif yang hasilnya akan dianalisa secara deskriptif. 3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Identifikasi variabel penelitian