Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

seks sebagai tema pokok untuk mengomersialkan produksi mereka serta sepenuhnya mengabaikan nilai-nilai dan moralitas. Perempuan digambarkan sebagai makhluk yang harus memikat. Untuk itu, ia harus menonjolkan ciri-ciri biologisnya yang mengandug nilai-nilai sensual. Dalam sebuah masyarakat yang didominasi oleh perspektif laki-laki, tubuh perempuan sebagian besar dipandang sebagai objek seksual. Berbagai penggambaran daya tarik seksual pada diri manusia yang disajikan oleh media massa memang banyak mengarah kepada bagaimana para perempuan harus menerima apabila keindahan tubuh mereka dikonsumsi oleh jutaan pandangan mata laki-laki.

4.3 Pembahasan

Majalah sebagai salah satu bentuk media massa dihadapkan pada berbagai persaingan dalam menjaring pembaca sebanyak-banyaknya. Dengan semakin bertambahnya jumlah dan jenis majalah, menjadikan persaingan semakin ketat. Sehingga para pemilik modal memikirkan strategi apa yang dapat dilakukan untuk mendapatkan perhatian masyarakat serta mengeruk keuntungan. Untuk mengahadapi persaingan, majalah memiliki berbagai pilihan strategi. Strategi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai cara, misalnya konsisten dalam menyajikan berita hangat yang menarik, informasi yang bermanfaat atau melengkapi majalah dengan berbagai bonus. Namun sayangnya, beberapa majalah memilih cara-cara yang menjadikan peran utama majalah sebagai media yang mendidik, menghibur dan memberikan informasi mulai melenceng. Demi rating, iklan dan menarik perhatian masyarakat, para pemilik majalah tersebut melakukan segala cara hingga menyuguhkan foto- foto dengan unsur pornografi agar majalah tersebut dapat diterima dengan segera oleh masyarakat dan penjualannya pun meningkat. Gambar-gambar pornografi biasanya dapat ditemui pada majalah pria dewasa. Dapat diamati, umumnya majalah pria dewasa menampilkan perempuan dalam busana yang minim, sementara konsumennya berjenis kelamin laki-laki. Di dalam pornografi perempuan adalah objek utama. Perempuan sebagai objek artinya perempuan dijadikan seperti benda atau individu yang harus menerima apa pun yang dilakukan pihak lain. Dengan Universitas Sumatera Utara menjadi objek perempuan tidak memiliki kendali atas tubuh yang dimilikinya. Ironisnya, perempuan menyadari dan merasakan bahwa ada kekuasaan laki-laki atas dirinya namun meskipun menyadari tetapi ia menerima saja superioritas tersebut karena menganggap hal tersebut adalah kewajaran dan sudah seharusnya Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis di dalam foto-foto rubrik Exposure Majalah Popular Edisi Oktober 2011, tubuh perempuan diposisikan sebagai objek keindahan untuk dievaluasi, dilihat, diamati bahkan dipandangi untuk memenuhi kepuasan para pembaca majalah tersebut. Foto-foto tersebut seolah menyampaikan bahwa tubuh perempuan hanya dianggap sebagai sebuah benda dan menjadikannya bisnis yang bernilai untuk diperdagangkan, bukan sebagai diri yang memilki jiwa dan perasaan. Perempuan dalam rubrik Exposure ini juga mencoba untuk memenuhi dua standar kesempurnaan seorang perempuan menurut konstruksi laki-laki. Pertama, standar kesempurnaan keindahan fisik seorang perempuan yaitu dengan tubuh langsing, rambut indah dan kulit mulus yang dimiliki oleh perempuan dalam foto tersebut. Kriteria kesempurnaan fisik perempuan, ada pada dirinya. Terlihat jelas bahwa perempuan tersebut selalu berusaha memenuhi standar kecantikan tersebut dengan merawat penampilannya. Kemudian yang kedua sosok ideal seorang perempuan yang rajin dan piawai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Disitu digambarkan pandangan yang sejak lama dianut masyarakat bahwa tempat perempuan adalah di wilayah domestik dan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Perempuan dalam foto tersebut menampilkan sosok perempuan ideal yang rajin mengerjakan pekerjaan rumah. Beberapa kegiatan yang dilakukannya adalah mencuci piring, memasak, mengurus tanaman, dan memotong rumput. Semua kegiatan tersebut dilakukannya dengen ekspresi riang gembira sambil tetap tampil cantik dan menarik. Perempuan digambarkan sebagain sosok yang serba bisa dalam menangani segala pekerjaan yang berhubungan dengan wilayah domestik termasuk memotong rumput dan menyiram tanaman. Dalam masyarakat yang kental dengan budaya patriarki, kualitas seorang perempuan dinilai segi fisik seperti kecantikan serta kemampuan menguasai pekerjaan domestik. Hal tersebut seolah menjadi syarat mutlak bagi seorang Universitas Sumatera Utara perempuan untuk meningkatkan status sosialnya di masyarakat. Perempuan yang memiliki kriteria tersebut dianggap merupakan sosok istri yang ideal. Akhirnya banyak perempuan yang berusaha memenuhi kedua kriteria tersebut. Namun tanpa disadari mereka telah dikuasai oleh suatu dominasi dan kekuasaan laki-laki. Penggambaran perempuan dalam rubrik Exposure ini menonjolkan jelas penampilan fisiknya yang indah seperti rambut panjang yang indah, leher jenjang, kulit yang putih dan mulus serta tubuh tinggi langsing. Semua ciri tersebut adalah konstruksi sosial masyarakat tentang kriteria kecantikan perempuan. Perempuan kemudian secara sadar memenuhi konstruksi sosial tersebut hingga perempuan tersebut diinginkan oleh banyak laki-laki. Tampak secara fisik perempuan tersebut rajin melakukan perawatan, semua yang dilakukannya agar pasangannya tidak tertarik pada perempuan lain yang lebih menarik secara fisik daripada dirinya. Menampilkan perempuan cantik dengan tubuh yang indah dalam balutan busana yang sangat minim dimaksudkan untuk memenuhi imajinasi dan hasrat laki-laki. Rubrik Exposure melalui foto-foto yang ditampilkannya melakukan objektivikasi pada perempuan menjadikan tubuhnya sebagai benda yang dikomodifikasi untuk dijual keindahannya. Objektivikasi juga terjadi ketika seseorang direndahkan derajat atau posisinya dalam kehidupan sosial. Dalam hal ini, kaum perempuan direndahkan oleh masyarakat yaitu dengan memenjarakannya hanya untuk beraktivitas di dalam rumah saja. perannya sebagai istri yang melayani suami, dan ibu yang mengurus rumah tangga. Secara mendasar perempuan adalah ibu rumah tangga. Pria adalah pencari nafkah. Walaupun konstruksi sosial perlahan mulai bergeser, dan semakin banyak perempuan yang beraktivitas di luar wilayah domestik, namun wilayah publik masih dipandang sebagai milik laki-laki, bahwa ruang publik merupakan dunia yang keras, dunia laki-laki. Sedang perempuan adalah makhluk lemah yang rawan terhadap kejahatan. Mitos kecantikan berulangkali ditampilkan melalui berbagai media dan disuguhkan kepada masyarakat, sehungga menyebabkan kaum perempuan menetapkan kualitas dirinya berdasarkan keindahan fisik yang kerap ditampilkan di media massa tersebut. Akhirnya perempuan menjadi terbiasa bercermin pada media massa dan membandingkan dirinya dengan artis-artis cantik yang sering Universitas Sumatera Utara muncul di majalah atau televisi. Mitos kecantikan menyebabkan perempuan menjadi tidak nyaman atas tubuhnya dan terjebak pada keinginan untuk selalu tampil sempurna dan menjadi sangat memuja keindahan tubuh. Dalam masyarakat juga muncul pandangan bahwa perempuan adalah objek seks yang fungsi utamanya di dunia, adalah untuk melayani laki-laki. Perempuan harus tampil secantik mungkun dan dengan menonjolkan daya tarik seksual pada dirinya Kecantikan merupakan salah satu kontrol sosial terhadap perempuan. Berbagai mitos kecantikan diciptakan untuk meneguhkan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Mitos kecantikan menentukan kriteria cantik, yang harus dipenuhi oleh perempuan. Berbagai cara ditempuh perempuan untuk masuk kriteria tersebut dengan melakukan berbagai perawatan yang menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Mitos kecantikan berkaitan dengan tipe perempuan yang dijelaskan Beauviour dalam feminisme eksistensialis, yaitu perempuan narsis. Sosok perempuan narsis ini terobsesi untuk menyempurnakan wajah, tubuh dan pakaiannya. Sehingga dapat memenuhi kriteria kecantikan yang ditentukan oleh masyarakat. Dari segi feminisme ini dilihat bahwa perempuan selalu menjadi objek terutama di dunia yang sifatnya sangat patriarkal ini. Seorang narsisme menganggap keindahan fisik adalah segalanya. Kualitas diri seorang narsisme ditentukan oleh penilaian fisiknya oleh masyarakat. Ia menganggap dirinya hanya berharga jika dianggap cantik oleh masarakat. Seorang narsisme seolah-olah tidak mempunyai rasa percaya diri untuk menentukan definisi kecantikan bagi dirinya sendiri. Kegiatan yang dilakukan seorang narsis hanya berkisar pada merawat tubuh dan menyempurnakan penampilan. Akibatnya, ia hanya menghabiskan waktunya untuk berdandan dan melupakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dirinya diluar penilaian fisik, misalnya menambah wawasan dan pengetahuannya. Obsesi yang berlebihan untuk menjadi cantik terkadang membuat perempuan lupa menggunakan akal sehat. Perilaku konsumtif terhadap berbagai produk dan program kecantikan, menjadi gaya hidup para perempuan modern saat ini. Akibatnya, berbagai produk kecantikan dikonsumsi tidak lagi karena manfaatnya, tetapi lebih untuk menandai status sosial tertentu. Komoditi-komoditi Universitas Sumatera Utara kecantikan yang ditampilkan dalam berbagai media massa, semuanya menjanjikan hal yang seragam, yaitu tubuh langsing, rambut panjang yang indah, kulit putih dan mulus dan kriteria cantik lainnya di masyarakat. Padahal, banyak ditemukan kasus pemakaian obat pelangsing yang berdampak buruk pada kesehatan Meskipun terkadang harus membahayakan kesehatan, perempuan melupakan resiko tersebut demi mendapatkan tujuannya untuk menjadi cantik. Kemudian mitos yang kedua yang yang dapat digali dari pemaknaan atas tanda yang terdapat dalam foto-foto tersebut adalah mitos penempatan perempuan di wilayah domestik. Terdapat anggapan yang beredar di masyarakat bahwa perempuan seharusnya berada dirumah dan mengurus keperluan rumah tangga. Masyarakat menganggap bahwa penempatan perempuan bekerja di wilayah domestik dan laki-laki di ruang publik merupakan sesuatu yang wajar dan sesuai dengan yang selama ini terjadi di masyarakat. Pembagian kerja dalam rumah tangga yang harmonis yang diyakini masyarakat adalah perempuan mengurus rumah tangga dan laki-laki mencari nafkah diluar. Hampir semua pekerjaan perempuan pada umumnya berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan di ranah domestik rumah tangga. Jika karena perkembangan zaman kaum perempuan melangkah juga ke pekerjaan di ranah publik, jenis-jenis pekerjaan yang terbuka bagi perempuan ternyata tidak jauh melangkah dari perpanjangan tangan pekerjaan rumah tangga seperti perawat, sekretaris, guru dan pekerjaan lain yang memerlukan keahlian manual. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan perempuan. Masyarakat memandang perempuan sebagai seorang yang lemah dan tidak berdaya. Secara konvensional laki-laki merupakan sumber utama penopang ekonomi rumah tangga dalam keluarga sedangkan perempuan merupakan pengurus rumah tangga. Laki-laki bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah sedangkan perempuan bekerja di dalam rumah untuk melakukan semua pekerjaan rumah. Mereka diharapkan tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Mereka juga diajari menjadi perempuan seutuhnya dengan sifat lemah lembut, pasif, dan penurut. Pandangan-pandangan di masyarakat tersebut kemudian mengakibatkan perempuan selalu di pandang selalu di pandang sebelah mata dalam derajat Universitas Sumatera Utara kehidupan sehari-hari. Bahkan ada pameo yang beredar di masyarakat yang mengatakan bahwa wanita itu hidupnya hanya di “dapur, kasur dan sumur”. Pandangan tersebut memiliki makna bahwa sebagai perempuan tugas utamanya adalah hanya di dapur untuk memasak kebutuhan makan keluarganya. Kemudian bertugas di kasur melayani hasrat suami dan di sumur untuk merawat dirinya agar teatap cantik sekaligus bertugas mencuci pakaian kotor seluruh keluarga. Rubrik ini juga menggambarkan wujud dari pameo “sumur-dapur-kasur” tersebut. Kedelapan foto menunjukkan aktivitas perempuan tersebut hanya terbatas di wilayah domestik saja. Foto 1 dan 3 menggambarkan posisi perempuan di “kasur”, karena dalam gambar tersebut perempuan ditampilkan hanya sebagai objek seksual saja. Dengan pakaian yang sangat minim ia berbaring sambil berpose sensual dan memberikan ekspesi menggoda. Seolah-olah kecantikan merupakan hal utama untuk menarik perhatian laki-laki. Ia cukup menjadi cantik, dan menggoda untuk dapat diinginkan oleh laki-laki. Sementara hal lainnnya seperti kecerdasan, sifat dan prilaku seolah dikesampingkan. Masyarakat menempatkan bahwa laki-laki adalah pengatur dan pemegang kekuasaan. Sehingga menimbulkan kesan bahwa laki-laki harus merupakan sosok yang dominan, kuat dan agresif. Sedangkan perempuan harus lemah pasif dan penurut. Kemudian foto 2,5,6,7,8 menggambarkan perempuan dalam posisi “dapur”. Foto 5,6 dan 7 berturut-turut menampilkan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan perempuan di dapur yaitu memasak dan mencuci piring. Foto 2 dan 8, walaupun posisinya bukan di dapur namun tetap menggambarkan perempuan dalam aktivitas mengurus rumah. Pekerjaan yang dilakukan perempuan tersebut adalah memotong rumput dan menyiram tanaman. Hal itu menunjukkan bahwa beban pekerjaan perempuan di wilayah domestik semakin bertambah. Dulu, pekerjaan memotong rumput dilakukan oleh laki-laki. Namun sekarang, seiring dengan perkembangan zaman, perempuan dapat dengan mudah melakukannya dengan didukung oleh teknologi mutakhir seperti mesin pemotong rumput yang canggih. Selanjutnya, pada foto 4 perempuan berada pada posisi “sumur”. Kamar mandi adalah tempat dimana perempuan bisa membersihkan diri, memanjakan dirinya dan merawat kecantikannya. Dalam foto tersebut digambarkan bagaimana Universitas Sumatera Utara kamar mandi juga berfungsi sebagai kamar rias seorang perempuan. Pada zaman sekarang ini, sudah tidak mengherankan lagi jika seorang perempuan menghabiskan berjam-jam waktunya untuk berdandan dan tampil secantik mungkin. Perempuan menjadi kehilangan kepercayaan diri jika harus keluar rumah tanpa riasan wajah. Fenomena tersebut tentu memberikan keuntungan pada produsen produk-produk kecantikan. Bila dikaitkan dengan paham feminisme eksistensialis, perempuan dalam foto-foto tersebut melakukan jenis kegiatan yang termasuk sebagai jenis pekerjaan “Ada dalam Dirinya”, yaitu memasak, mencuci, merawat rumah dan lain-lain. “Ada dalam Dirinya” merupakan salah satu bentuk eksistensi seseorang yang dijelaskan oleh Jean Paul Sartre. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan bukan atas dasar pilihan dan keputusan perempuan untuk melaksanakannya. Tetapi, lebih karena kebiasaan yang dibebankan secara turun temurun di masyarakat bahwa pekerjaan rumah tangga merupakan tanggung jawab perempuan. Ia tidak memiliki kesadaran yang penuh dalam melaksanakannya. Bahkan, tidak menyadari tujuannya melakukan kegiatan tersebut dan apakah ia benar-benar senang melakukan pekerjaan tersebut atau tidak. Berbeda dengan kegiatan “Ada untuk Dirinya”, yang biasanya merupakaan kegiatan laki- laki. Pekerjaan “Ada untuk Dirinya” berkaitan dengan kegiatan yang memiliki tujuan, kesenangan dan kepuasan dalam melaksanakannya. Misalnya berolahraga, memancing, bermain musik dan sebagainya. Kegiatan “Ada untuk Dirinya” berkaitan dengan hobi, atau persiapan untuk lebih maju dalam kehidupan. Kegiatan ini memiliki manfaat bagi pelakunya dan dilakukan berdasarkan pilihan dan pertimbangan, serta untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui mitos-mitos yang ditampilkannya tersebut, majalah Popular ini ingin menyebarkan suatu gagasan kepada masyarakat bahwa tempat terbaik bagi seorang perempuan adalah di dalam rumah. Di situ digambarkan perempuan yang berdiam diri di rumah pun dapat tampil menarik dengan wajah penuh make up, rambut ditata rapi dan penggunaan berbagai aksesoris. Dengan berdiam diri di rumah, perempuan memiliki banyak keuntungan dibandingkan harus bekerja di ruang publik. Aktivitas di luar rumah dianggap dapat merusak kecantikannya. Universitas Sumatera Utara Perempuan yang bekerja di luar rumah harus berhadapan dengan panas, matahari, debu dan polusi yang dapat merusak rambut dan kulitnya. Tidak hanya pada majalah pria, media lain yang segmentasinya perempuan pun menempatkan perempuan sebagai objek untuk dinikmati kecantikannya serta dimanfaatkan tenaganya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Sebagai contoh, pada tabloid Nova yang merupakan tabloid untuk perempuan sering digambarkan sosok perempuan yang berprestasi di ruang publik, namun tabloid yang terbit setiap bulan ini selalu memuat rubrik tetap yang berisi informasi lengkap tentang bagaimana merawat tubuh dan memoles penampilan agar selalu tampil cantik dan menawan serta resep masakan. Seolah perempuan tidak akan bisa lepas dari dari penilaian-penilaian tersebut. Kaum perempuan seharusnya didorong untuk lebih berani dan mengekspresikan keindahannya dengan caranya sendiri dan mengasah kemampuannya untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Perempuan seharusnya dibiarkan untuk menuntut ilmu, mengasah bakat, menggapai cita-citanya dan melakukan kegiatan bermanfaat yang disenanginya. serta lebih mencintai tubuhnya dengan melepaskan semua penilaian yang dibentuk masyarakat atas tubuhnya. Kemudian perempuan juga harus menyadari bahwa konsep kecantikan yang selama ini dibentuk di masyarakat oleh media adalah upaya dari para produsen produk kecantikan dan kesehatan untuk menyebarkan mitos kecantikan ke masyarakat dengan tujuan agar produk kecantikan yang diproduksinya laku di pasaran. Dibalik semua foto yang ditampilkannya, majalah Popular ini ingin menyebarkan ideologinya bahwa rumah merupakan tempat yang sangat menenangkan dan disitulah seharusnya perempuan berada. Dengan berada di rumah, perempuan akan lebih terlindungi. Rubrik Exposure ingin menyampaikan suatu gagasan bahwa perempuan yang berada di rumah pun dapat tampil menarik. Ia bisa mengenakan pakaian dan sepatu yang bagus, memakai make up, menata rambutnya, menggunakan aksesoris dan sebagainya. Bahkan, ketika melakukan pekerjaan dapur pun Ia tetap memoles wajahnya dengan dandanan tebal. Sebenarnya keinginan perempuan untuk selalu terlihat menarik adalah wajar, asal tetap dalam porsi yang tepat. Juga diseimbangkan dengan kepribadian yang baik Universitas Sumatera Utara dan wawasan yang luas. Namun, rubrik Exposure menampilkan usaha untuk selalu cantik tersebut secara berlebihan. Jika seorang perempuan bekerja ruang publik, dianggap dapat menimbulkan masalah. Pekerjaan rumah tangga dan keluarga akan terbengkalai. Selain itu, jika sibuk bekerja di kantor, Ia akan kehilangan waktu untuk menjaga penampilan dan merawat kecantikannya. Apabila dibiarkan terus menerus, ideologi yang disebarkan tersebut akan terinternalisasi dalam pikiran perempuan. Sehingga perempuan akan menerimanya sebagai suatu kenyataan yang memang sudah sewajarnya terjadi. Semua itu adalah tantangan bagi kaum perempuan untuk tidak menjadi korban mitos-mitos yang beredar di masyarakat serta keluar dari belenggu sistem patriarki. Perempuan harus menyadari ada upaya dari media massa untuk menyebarkan ideologinya di masyarakat. Perempuan pasti memilki potensi lain diluar keahlian mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jika potensi ini disadari dan diarahkan akan memberi hal positif bagi dirinya dan lingkungannya. Perempuan harus menghentikan perbuatan laki-laki yang menjadikan dirinya sebagai objek. Ia harus menyadari bahwa tubuhnya bukan sekedar benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan orang lain dan mendapatkan statusnya sebagai manusia yang utuh, yang bereksistensi penuh terhadap dirinya. Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan foto yang terdapat dalam rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011 , maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Objektivikasi perempuan dalam foto-foto tersebut terjadi dalam dua bentuk. Pertama, objektivikasi seksual yaitu menempatkan keindahan tubuh perempuan sebagai objek untuk dievaluasi dan dinikmati. Perempuan hanya dinilai berdasarkan bagaimana penampilannya dan bukan berdasarkan kualitas dirinya. Objektivikasi ini akan terinternalisasi dalam kesadaran perempuan, bahwa kualitas dirinya ditentukan seberapa besar ia memberi perhatian pada penampilan fisiknya sehingga selalu merasa tidak puas akan tubuhnya. Hal tersebut tentu akan membuatnya hanya akan memikirkan kecantikan sehingga melupakan hal-hal lain diluar itu, seperti mengembangkan bakat dan potensi dirinya. Objektivikasi seksual ini terjadi pada seluruh kedelapan foto yang menjadi objek penelitian. Objektivikasi yang kedua adalah, ketika perempuan direndahkan derajatnya sebagai pekerja rumah tangga. Perempuan dibatasi hanya beraktivitas di ranah domestik, hal itu terlihat dari kedelapan foto yang menampilkan perempuan dalam posisi “sumur-dapur-kasur”. Semua aktivitas perempuan dalam foto tersebut hanya berada di seputar wilayah domestik saja. Objektivikasi tersebut terjadi pada foto ke 2,5,6,7, dan 8. 2. Mitos yang dapat digali dari pemaknaan atas tanda yang terdapat dalam rubrik foto-foto tersebut adalah mitos kecantikan yang menetapkan kriteria kecantikan fisik perempuan dalam kriteria yang sama, yaitu berkulit putih dan mulus, rambut panjang dan tubuh tinggi dan langsing. Kedua, mitos pengekangan perempuan di wilayah domestik menjadikannya begitu lekat dengan peran domestik dan pekerjaan rumah tangga. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Representasi Citra Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto Iklan Fashion pada Rubrik Fashion Spread di Majalah Gogirl! Edisi Januari-Desember 2012)

0 11 125

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

1 3 8

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 1

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 6

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 28

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 2

Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)

0 0 1

Representasi Citra Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto Iklan Fashion pada Rubrik Fashion Spread di Majalah Gogirl Edisi Januari-Desember 2012)

0 0 12

Representasi Citra Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto Iklan Fashion pada Rubrik Fashion Spread di Majalah Gogirl Edisi Januari-Desember 2012)

0 0 1

Representasi Citra Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto Iklan Fashion pada Rubrik Fashion Spread di Majalah Gogirl Edisi Januari-Desember 2012)

0 1 6