Ketergantungan Terhadap Alat-alat Pertanian

tanah yang tidak seimbang telah memunculkan kelas-kelas di dalam masyarakat desa. Berbeda dengan kelas petani atas, sudah tentu kelas petani paling bawah tidak dapat diharapkan sebagai sumber-sumber ekonomis dari segala kegiatan politik pedesaan. Karena itu dalam proses pengambilan keputusan politik di tingkat desa mereka jarang dilibatkan. Mekanisme pengambilan keputusan politik yang jarang melibatkan kelas petani bawah mengakibatkan peluang petani bawah dalam berpartisipasi di bidang politik menjadi sangat kecil. Dengan kata lain, tekanan struktural ekonomi telah membuat petani bawah kehilangan peluang untuk menentukan arah dan corak kegiatan serta proses politik lokal pedesaan.

b. Ketergantungan Terhadap Alat-alat Pertanian

Perkembangan teknologi merupakan salah aspek yang ikut mempercepat tingkat ketergantungan petani terhadap alat-alat pertanian. Perkembangan teknologi tidak bisa dicegah oleh siapapun termasuk bagi kelompok yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya tradisional seperti kelompok masyarakat desa. Faktor ekonomi dan hemat waktu yang menjadi penyebab utama masuknya sistem mekanisasi pertanian di desa. Masuknya sistem mekanisasi pertanian telah membuat perubahan mendadak dan mengganggu tatanan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat desa. Masuknya teknologi ikut mempengaruhi pergeseran pola bertani masyarakat desa dimana cara-cara tradisional mulai ditinggalkan, digantikan dengan cara bertani yang menggunakan mesin-mesin. Cara-cara tradisional Universitas Sumatera Utara dinilai menghambat dan kurang maksimal. Cara tradisional, seperti mengerjakan tanah secara bersama dan bergiliran berubah menjadi sistem pengupahan tenaga kerja. Hubungan keterikatan diantara petani menjadi sangat terbatas karena tuntutan untuk memperoleh hasil maksimal. Sistem kerja yang berlangsung sekarang adalah sistem kerja yang sudah bersifat mekanis dan individualistis. Adanya penemuan baru di bidang informasi khususnya di bidang media massa mempercepat proses penyampaian informasi akan hal-hal baru termasuk pengenalan terhadap teknologi baru. Proses alih teknologi juga disebabkan dorongan ekonomi dan dorongan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Proses ini juga didorong oleh semakin bertambahnya jumlah petani yang menggunakan mesin-mesin pertanian. Salah satu contoh adalah penggunaan mesin traktor untuk membajak atau menggemburkan tanah pertanian. Selain menghemat waktu pengolahan, pemilik juga dapat melakukan penghematan pemakaian jasa tenaga kerjaburuh upahan. Namun, ini hanya berlaku bagi petani yang memiliki atau yang mampu menyewa saja. Hal sebaliknya justru dirasakan petani yang tidak mampu membeli ataupun sekedar menyewa saja. Mereka harus mengeluarkan biaya tambahan yang cukup besar untuk sekedar menyewa. Bahkan bagi petani yang mampu menyewa, masih harus mengikuti prosedur penyewaan mesin yang tidak mudah sehingga mengakibatkan keuntungan ekonomi dari penggunaan teknologi menjadi tidak maksimal. Universitas Sumatera Utara Perhitungan biaya sewa mesin bergantung terhadap luas tanah dan jarak lokasi tanah dari tempat tinggal pemilik. Untuk pemakaian dengan luas tanah 1 hektar berkisar Rp. 400.000 sd Rp.500.000 – sudah termasuk biaya bahan bakar. Sebagian besar dari jumlah petani penyewa memiliki profesi atau pekerjaan sampingan yaitu sebagai buruh tani upahan. Bagi mereka, perubahan sistem pertanian tradisional menjadi sistem mekanisasi pertanian, dalam hal ini penggunaan mesin seperti traktor dinilai sangat merugikan. Sebagian dari mereka kehilangan penghasilan tambahan akibat pengunaan mesin-mesin di bidang pertanian. Bahkan, pada awal masuknya sistem mekanisasi pertanian, sebagian dari mereka yang telah kehilangan pekerjaan pernah melakukan perlawanan dengan cara mengkoordinir masyarakat untuk memusuhi para pemilik atau pengguna mesin-mesin di bidang pertanian. Bahkan, upaya yang lebih besar pernah dilakukan, seperti mogok kerja, sabotase atau perusakan terhadap mesin-mesin pertanian sampai pencurian hasil pertanian. Namun, upaya tersebut tidak berhasil mencegah jumlah orang yang menggunakan mesin-mesin pertanian seperti traktor.

c. Ketergantungan Terhadap Modal mis: uang, bibit, pupuk obat- obatan

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

8 122 118

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam Di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014”,

3 77 146

Dampak Pembangunan Irigasi Terhadap Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Kabupaten Simalungun", studi kasus Desa Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

3 61 116

Status Penguasaan Tanah Timbul (Aanslibbing) Di Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu

3 69 140

Perkembangan Kota Perdagangan Di Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun (1980-1999)

4 58 88

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Pengaruh Kegiatan Optimasi Lahan Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus Nagori/Desa Naga Saribu, Kecamatan Pamatang Silima Huta)

0 30 8

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 13

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 1