1. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dari diri setiap individu, tidak memandang apakah orang tersebut kaya atau miskin dan tua atau muda. Pelayanan dapat dibedakan menjadi dua bagian, pelayanan yang ditujukan untuk kepentingan seseorang atau sekelompok orang disebut sebagai pelayanan individual, sedangkan pelayanan yang ditujukan untuk kepentingan orang banyak dan kesejahteraan bersama disebut sebagai pelayanan publik. Pelayanan publik merupakan segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan. 1 Pelayanan publik pada umumnya diberikan melalui beberapa organisasi birokrasi pemerintah. Karena pemerintahlah yang mempunyai hak monopoli atas Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik masyarakat tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya, negara dalam hal ini pemerintah birokrat haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual, akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat secara bersama-sama. 1 Kep. Men. PAN. No. 63 Tahun 2003. Universitas Sumatera Utara penyediaan suatu barangjasa publik kepada setiap warga negara, mulai dari seorang warga negara itu lahir sampai akhir hayatnya. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika ada pameo sebagaimana yang dikatakan oleh Stiglitz : 2 Birokrasi sebagai wujud organisasi sektor publik tidak terlepas dari pengaruh perubahan paradigma pelayanan. Paradigma baru mengenai organisasi pelayanan publik pada dasarnya berasal dari tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari waktu ke waktu. Tuntutan tersebut semakin berkembang seirama dengan tumbuhnya kesadaran bahwa warga negara memiliki hak untuk dilayani dan kewajiban pemerintah untuk dapat memberikan pelayanan, sebab hakekat pemerintahan adalah memang pelayanan kepada rakyat. Paradigma baru mengenai organisasi pelayanan publik tersebut menuntut perubahan dalam orientasi pelayanan, dari yang suka mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan ”from birth to death, our lives are affected in countless ways by the activities of government”. Ungkapan tersebut bisa hadir karena memang pelayanan publik yang dibutuhkan oleh setiap warga negara hanya bisa disediakan oleh institusi pemerintah saja birokrasi. Pelayanan publik tidak mungkin diserahkan dengan mekanisme pasar yang terjadi secara sempurna, karena akan menyebabkan harga pelayanan publik tersebut menjadi mahal dan hanya bisa dijangkau oleh pihak- pihak tertentu saja. 2 Dikutip dari pendapat Stiglitz dalam Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2005, hal.176. Ungkapan tersebut berarti bahwa sejak lahir sampai meninggal, seorang warga negara tidak akan dapat melepaskan diri dari jangkauan birokrasi pemerintah. Universitas Sumatera Utara kekuasaan berubah menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan dialogis, serta dari cara-cara sloganis menuju ke realistik pragmatis. 3 Semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah terus menerus berusaha untuk meningkatkan pelayanan publik. Hal itu bisa dilihat dari ketika maraknya pemerintah daerah kabupatenkota di seluruh Indonesia meminta hak otonomi yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Hak otonomi itu sangat wajar dituntut sebagai upaya peningkatan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan publik, karena dengan otonomi yang merupakan derivatif dari asas desentralisasi, pemerintah daerah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik, semakin efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya, dan menggugah semangat partisipasi warga masyarakat untuk membangun daerahnya. Namun, untuk dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat, selayaknya perlu diketahui terlebih dahulu persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Ketika persoalan- persoalan dalam masyarakat tersebut sudah dapat diinventarisir dan dilakukan analisis, maka strategi-strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut akan semakin jelas dan konkret dampaknya bagi masyarakat. 4 Seperti halnya dengan pemerintah Kota Tebing Tinggi sebagai pemerintah daerah yang selalu ingin berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, maka terlebih dahulu harus mengetahui persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakatnya. Persoalan mengenai pelayanan publik yang terjadi di Kota Tebing 3 Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta:Pembaruan, 2005, hal.5 4 Riawan Tjandra, dkk, Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Publik, 2005, Yogyakarta:Pembaruan, 2005, hal.2. Universitas Sumatera Utara Tinggi saat ini adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk yang ada di Kota Tebing Tinggi yaitu dari berjumlah 129.780 jiwa pada tahun 2004 dan pada tahun 2006 sudah mencapai 134. 319 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk tersebut, secara otomatis juga turut semakin meningkatkan volume kegiatan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. 5 Berdasarkan pertimbangan tersebut, kelurahan dan kecamatan di Kota Tebing Tinggi yang sebanyak 3 kecamatan dan 27 kelurahan dianggap sudah tidak efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan, yaitu seperti lamanya rentang waktu penyelesaian dalam pengurusan suatu pelayanan administrasi, pembangunan yang berjalan lambat, serta urusan pembinaan untuk kemasyarakatan yang menjadi kurang fokus, maka pemerintah Kota Tebing Tinggi berusaha melakukan suatu strategi sebagai jawaban atas permasalahan pelayanan publik tersebut. Strategi tersebut adalah dengan melakukan pemekaran kelurahan . 6 Pemekaran kelurahan adalah membentuk suatu kelurahan baru yang berasal dari kelurahan lama dengan mempertimbangkan sudah terpenuhinya syarat jumlah penduduk, luas wilayah, bagian wilayah kerja, sarana dan prasarana pemerintahan, serta kelurahan yang lama sudah berdiri selama lebih dari 5 lima tahun masa pemerintahan. 7 5 Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No.15 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Dan Kelurahan Di Kota Tebing Tinggi. 6 Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kota Tebing Tinggi pada saat pra penelitian yang menyatakan bahwasannya rasio antara jumlah penduduk sebagai penerima pelayanan publik dengan jumlah kelurahan dan kecamatan sebagai penyedia pelayanan publik yang ada di Kota Tebing Tinggi sudah tidak memadai, sehingga diperlukan penambahan jumlah sentra pelayanan publik yaitu melalui pemekaran kelurahan. Rasio ideal antara jumlah penduduk dengan jumlah kelurahan menurut Peraturan Menteri Dalam Neger No.31 Tahun 2006 adalah satu kelurahan itu terdiri dari 2000 jiwa. 7 Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 2005 Pasal 2 Ayat 5 tentang Kelurahan. Pemekaran kelurahan dianggap sebagai suatu solusi yang efektif dalam mengatasi permasalahan tersebut di atas, karena dengan Universitas Sumatera Utara pemekaran kelurahan berarti bertambahnya jumlah kelurahan yang ada di Kota Tebing Tinggi; Pertambahan jumlah kelurahan ini berimplikasi pada semakin mengecilnya wilayah suatu kelurahan dan semakin sedikitnya jumlah warga masyarakat dalam suatu kelurahan, sehingga diharapkan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan bisa berjalan dengan lebih fokus dan maksimal. Seperti misalnya, permasalahan yang terjadi adalah dengan bertambahnya jumlah penduduk, pihak kelurahan menjadi lambat dalam menyelesaikan suatu urusan pelayanan administrasi karena jumlah warga yang dilayani sangat banyak Tetapi dengan adanya pemekaran ini, maka beban yang dikerjakan oleh suatu pemerintah kelurahan semakin sedikit, sehingga diharapkan pelayanan akan sampai ke tangan masyarakat dengan cepat dan tentunya dengan kualitas yang baik pula. Selain itu, dengan semakin kecilnya wilayah suatu pemerintahan, maka akan memperpendek jarak birokrasi dengan masyarakatnya, sehingga bisa semakin fokus terhadap masyarakatnya, dapat secara jelas diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan dan juga permasalahan apa yang dihadapi oleh mereka. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pemekaran Kelurahan terhadap Kualitas Pelayanan Publik di Kota Tebing Tinggi.” Universitas Sumatera Utara

I. 2. Perumusan Masalah