Namun, disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pemekaran tersebut, ternyata masih menyisakan beberapa kekurangan-kekurangan, seperti
sarana dan prasarana yang masih belum seluruhnya sempurna, yaitu seperti kondisi kantor kelurahan yang belum semuanya permanen masih sewa,
perlengkapan kantor yang belum lengkap, dan juga formasi pegawai kelurahan yang belum lengkap. Tapi memang disadari kekurangan tersebut memang
mengingat usia kebijakan pemekaran ini yang tergolong masih sangat muda, sehingga perlu dilaksanakan secara bertahap. Namun, masalah ini juga tidak boleh
dibiarkan secara berlarut-larut, artinya harus segera ditindak lanjuti agar tujuan pelayanan itu dapat sampai ke tangan masyarakat dengan kualitas yang terbaik,
sehingga tujuan utama untuk melaksanakan kebijakan pemekaran ini dapat tercapai secara sempurna.
V. 2. Kualitas Pelayanan Publik
Apabila dilihat dari indikator yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan publik yang meliputi transparansi, akuntabilitas, kondisional,
partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, serta pelayanan berkesinambungan, maka kualitas pelayanan publik di Kota Tebing Tinggi sudah
masuk dalam kategori baik. Hal itu terbukti dari hasil kuesioner yang diperoleh
dari para responden yang selalu menunjukkan kategori tinggi.
Apabila dilihat dari aspek transparansinya, maka pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kelurahan di Kota Tebin Tinggi sudah tergolong bagus, yaitu
dapat dilihat dari terbukanya pihak pemerintah kelurahan dalam menyampaikan prosedur urusan di kelurahan yaitu baik secara lisan maupun melalui papan
Universitas Sumatera Utara
publikasi di kelurahan dan di setiap lingkungan. Selain itu, transparansi ini juga bisa dilihat dari terbukanya pihak pemerintah kelurahan dalam menyalurkan
segala bentuk bantuan dari pemerintah pusat. Dari indikator akuntabilitas, dapat dilihat bahwasannya para responden
merasakan bahwa prosedur pelayanan yang diberikan oleh pihak pemerintah kelurahan mudah untuk dipahami dan dilaksanakan, sehingga akan mempercepat
proses penyelesaian urusan pelayanan publik tersebut. Indikator akuntabilitas lainnya yaitu meliputi rincian tarif biaya yang diberikan oleh pihak pemerintah
kelurahan kepada masyarakat yang ingin berurusan dirasakan jelas besar biayanya dan peruntukannya. Masalah penguluran waktu dalam penyelesaian tugas
pelayanan publik pun hampir tidak pernah dilakukan oleh pihak kelurahan dan juga sikap mereka dalam memberikan pelayanan dirasakan sopan dan ramah. Hal
itu menunjukkan bahwasannya pihak pemerintah kelurahan sudah memposisikan diri sebagai seorang public server. Kondisi seperti inilah yang memang
diharapkan dari seorang birokrat. Melalui indikator kondisional dapat dinilai kemampuan pelayanan yang
diberikan oleh pihak pemerintah kelurahan dalam menyesuaikan dengan kondisi yang ada pada saat itu misalkan dalam kondisi tanggap darurat juga tergolong
kategori tinggi, artinya pihak kelurahan sudah bisa bertindak memberikan pelayanan dengan menyesuaikan kondisi yang ada pada saat itu. Misalnya yaitu
pada saat ada warga yang ingin minta surat keterangan miskin untuk kebutuhan supaya anaknya bisa segera dirawat di rumah sakit karena terkena penyakit
demam berdarah, maka pihak kelurahan mampu mendahulukan pembuatan tugas
Universitas Sumatera Utara
untuk urusan darurat tersebut daripada tugas lainnya yang memang masih bisa ditunda karena hal ini menyangkut nyawa seorang manusia.
Dari indikator partisipatif, sebahagian besar dari responden menyatakan bahwasannya mereka diundang dan hadir dalam forum yang diadakan oleh pihak
kelurahan yang bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat, dalam hal ini dicontohkan pada forum musrenbang kelurahan yang dilaksanakan pada bulan
januari lalu. Pihak kelurahan mengundang berbagai elemen masyarakat untuk menyampaikan aspirasi kebutuhan mereka, sehingga pembangunan yang
dilaksanakan itu memang berpihak kepada rakyat dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dari indikator kesamaan hak yang diwujudkan dalam ketiadaan tindak diskriminasi yang dilakukan oleh pihak kelurahan diperoleh hasil bahwasannya
pihak kelurahan tidak pernah melakukan tindak diskriminasi terhadap masyarakat, baik ketika mereka melakukan urusan di kelurahan maupun pada saat pembagian
jatah bantuan-bantuan. Pada indikator keseimbangan hak dan kewajiban diperoleh hasil bahwa
warga selalu memenuhi persyaratan administratif yang ditetapkan oleh pihak kelurahan sebelum melakukan urusan di kelurahan, sehingga tidak menghambat
waktu penyelesaian. Karena sebelum meminta haknya untuk cepatnya penyelesaian suatu urusan kepada pihak kelurahan, maka warga terlebih dahulu
harus memenuhi kewajibannya dalam memenuhi prasyarat tersebut, sehingga hak dan kewajiban kedua belah pihak seimbang.
Pada indikator pelayanan berkesinambungan, dapat dilihat bahwasannya masyarakat dapat melihat bahwasannya pihak kelurahan sudah mampu
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan tugasnya dengan memberikan pelayanan yang bersifat keberlanjutan, seperti pemenuhan kebutuhan vital masyarakat melalui bantuan-
bantuan JPS, GAKIN, ASKESKIN, RASKIN, dll.
V. 3. Pengaruh Pemekaran Kelurahan Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Di Kota Tebing Tinggi.