I. PENDAHULUAN Latar Belakang
Cabai merah Capsicum annuum merupakan tanaman hortikultura yang
cukup penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Haryantini, dan Muji Santoso 2001. Buah
cabai terdapat hampir di setiap rumah di negara-negara tropis yang dikonsumsi dalam keadaan segar maupun kering. Sarker,. dan Fazlur, 2003.
Kebutuhan cabai merah dari tahun-ketahun semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Haryantini,. dan Muji 2001 dan berkembangnya
berbagai industri makanan yang membutuhkan bahan baku cabai Sumarni,. dan Rini Rosliani 2001 seperti tepung cabai dan saus serta industri obat-obatan Sukawa, dan
Makmuri 1999 serta merupakan salah satu komoditi eksport yang masih potensil Koesriharti, Titik Islami dan Respatijarti 1999
b
, namun produksi cabai masih belum mencukupi Sumarni, dan Rini 2001, bahkan produktifitasnya masih sangat mungkin
untuk dikembangkan dimana produksi maksimum di Indonesia masih rendah 3,5 tonha bila dibandingkan dengan produksi Malaysia 12 tonha Javier, 1993
Hasil ekonomis tanaman cabai adalah buah, sehingga tingi-rendahnya produksi tergantung pada jumlah, ukuran dan bobot buah yang dapat di panen, sehingga jumlah
buah panen dipengaruhi oleh jumlah bunga yang terbentuk, serta jumlah bunga dan buah gugur.
Salah satu masalah utama dalam budidaya tanaman cabai adalah rentannya tanaman cabai terhadap pengguguran bunga dan buah yang dapat menyebabkan
penurunan produksi yang cukup serius Haryantini, dan Muji Santoso 2001, yaitu dari 500 buah bunga yang mungkin dihasilkan oleh satu tanaman hanya mampu
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan buah sebanyak 263 buah Setiadi, 2005. Hal ini berarti bunga dan buah yang gugur mencapai 47,4 . Masalah ini tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga
di negara-negara lain seperti Korea dan Nigeria bagian Utara. Kehilangan kuncup bunga, bunga dan buah muda pada tanaman cabai merupakan salah satu dari faktor
penting yang membatasi produksi tanaman ini di darerah tropis. Koesriharti, dkk., 1999
b
Kondisi lingkungan atau faktor luar seperti kelembaban tanah dan udara, status air tanah, dan fotoperiode serta nutrisi merupakan faktor penting yang mempengaruhi
pembungaan dan pembentukan buah, disamping itu secara umum pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikontrol oleh dua faktor internal yaitu nutrisional dan
hormonal. Sumarni, dan Rini, 2001. Banyak faktor yang telah diidentifikasi mempengaruhi pengguguran bunga dan
buah tanaman cabai seperti kegagalan pembuahan, suhu yang tinggi, dan kekurangan air terutama saat pembentukan bunga dan buah Doorenbos dan Kassam, 1979 dalam
Koesriharti, M.Dawam., dan Nurul. 1999
a
, yang diikuti dengan penaungan Aloni, et. al
., 1991, keseimbangan hormon Wien, Turner, and Yang, 1989, Tamas et. al., 1979 konsentrasi dan alokasi assimilate Aloni, et. al. 1999. intensitas cahaya yang
rendah Marcells, et. al. 2004 Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi gugur bunga dan buah
tanaman cabai maka dapatlah ditentukan cara mengatasi gugur bunga dan buah rersebut. Namun faktor tersebut bervariasi dari satu tanaman ketanaman lain, dan dari
satu daerah ke daerah lain, sehigga perlu untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam pengguguran bunga dan buah.
Universitas Sumatera Utara
Banyak peneliti menyatakan bahwa pengguguran organ tanaman terutama diatur oleh hormon Tamas et. al., 1979. Kontrol pengguguran dari organ vegetatif
dan reproduktif dari berbagai spesies termasuk organ reproduktif cabai dikendalikan oleh kombinasi auksin dan etilen Wien et. al., 1989. Namun pada penelitian
Koesriharti, Dawam, dan Nurul 1999
a
terhadap 9 sembilan kultivar tanaman lombok besar diperoleh bahwa pemberian auxin dalam bentuk IAA maupun NAA
ternyata tidak dapat mengurangi terjadinya kerontokan buah. Penelitian Haryantini, dan Muji 2001 memperlihatkan bahwa pemberian GA
3
dengan konsentrasi 100 ppm terhadap tanaman cabai dapat menurunkan kerontokan bunga hingga 16 dan menurunkan kerontokan buah hingga 5 dibandingkan
dengan tanpa pemberian GA
3
. demikian juga dengan penelitian Koesriharti, Titik, dan Respatijarti 1999
b
menunjukkan bahwa pemberian campuran BA, GA dan AVG dapat mengurangi terjadinya kerontokan buah dari 44,42 menjadi 29,03.
Konsep pemupukan didasarkan pada prinsip keseimbangan hara sehingga usaha untuk mencapai ketepatan dosis, cara dan waktu serta jenis pupuk yang diberikan
merupakan usaha dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan Tarigan, 1999. Disamping itu karena pertumbuhan tanaman berlangsung secara sedikit demi
sedikit setiap saat dan secara terus menerus, maka unsur hara yang dibutuhkan tanaman harus selalu tersedia setiap saat. Loveles, 1991 mengatakan harus ada
gerakan hara tersedia yang sinambung dari sumber hara ketempat hara tersebut terpakai.
Pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan jumlah buah panen disamping parameter pertumbuhan lainnya yang berarti juga dapat menurunkan jumlah bunga
yang gugur. Penelitian Sarker 2003 memperlihatkan bahwa pemberian kombinasi
Universitas Sumatera Utara
hara yang tepat dapat meningkatkan jumlah buah pertanaman hingga menjadi 109 buah pertanaman dari 48 buah.
Penanaman cabai terutama di musim hujan sering kali mengalami kerugian karena faktor cuaca yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman cabai dan
adanya serangan hama dan penyakit yang tinggi, sehingga dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil. Terutama karena tanaman ini tidak tahan terhadap adanya
genangan air maupun kekeringan terutama selama periode pembentukan buah Koesriharti, 1999
b
Kekurangan air pada periode pertumbuhan akan mempengaruhi hasil, terutama kekurangan air pada saat pembungaan dan pembentukan buah Koesriharti, 1999
b
, karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menyebabkan gugurnya bunga
dan buah. Yoon et al., 1989 dalam Koesriharti, M. 1999
a
. Salah satu alternatif untuk mengatasi kelebihan dan kekurangan air serta
menjamin ketersediaan unsur hara secara sinambung dan efisien pada pertanaman yaitu dengan penanaman cabai secara hidroponik dengan irigasi tetes yang dilakukan
di rumah kasa. Dengan cara tersebut faktor cuaca kekurangan dan kelebihan air serta serangan hama dan penyakit dapat diatasi.Sumarni, dan Rini, 2001.
Penanaman cabai secara hidroponik adalah penanaman dalam larutan haranurtisi dengan media bukan tanah. Sebagai media dapat digunakan berbagai
bahan seperti pasir, kerikil, perlite, vermienlite, kuntang, sabut kelapa dan lain-lain yang disebut kultur agregat hidroponik Jansen, 1997 dimana bahan-bahan tersebut
mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda, sehingga pengaruhnya pada ertumbuhan dan hasil tanaman akan berbeda pula.
Universitas Sumatera Utara
Rumusan Masalah
Tinggi rendahnya hasil tanaman cabai ditentukan oleh jumlah, ukuran dan bobot buah yang dapat dipanen, yang berarti juga tergantung pada jumlah bunga yang
menjadi buah. Dalam budidaya cabai merah terdapat peristiw yang umum terjadi yaitu banyaknya bunga dan buah gugur. Fakta tersebut memperlihatkan bahwa potensi
produksi tanaman cabai masih dapat ditingkatkan dengan jalan menekan jumlah bunga dan buah yang gugur.
Untuk mengurangi gugurnya bunga dan buah tersebut, dilakukan penyemprotan hormon Gibberelin GA
3
pada seluruh bagian tanaman, dimana pada beberapa kasus hormon ini telah terbukti dapat menurunkan persentase bunga dan buah yang gugur.
Disamping itu pembentukan bunga dan buah sangat berhubungan dengan keadaan pertumbuhan organ vegetatif tanaman serta aktifitas fotosintesis, sehingga
berarti juga berhubungan dengan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Dengan demikian pemberian hara yang tepat sangat diperlukan dalam mendukung
peningkatan hasil panen. Masalah lain yang dihadapi pada pertanaman cabai adalah kepekaan tanaman
tersebut terhadap keadaan air, baik keadaan kekeringan maupun tergenang. Dengan demikian pemberian air dalam jumlah yang cukup dan tersedia sepanjang siklus hidup
akan mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman. Atas dasar kenyataan tersebut di atas, maka disusunlah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui: apakah hormon Gibberelin dapat menurunkan jumlah bunga dan buah yang gugur dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman cabai; dosis pupuk NPK yang tepat pada sistim irigasi tetes; serta melihat
Universitas Sumatera Utara
pengaruh media terhadap pengguguran bunga maupun pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh hormon Gibberelin GA
3
, dosis pupuk NPK, terhadap pertubuhan dan hasil tanaman cabai merah, terutama pada pengurangan
gugurnya bunga dan buah pada berbagai media tumbuh.
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian GA
3
dapat mengurangi gugurnya bunga dan buah serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah.
2. Perbedaan tingkat dosis pupuk NPK akan mempengaruhi gugur bunga dan
buah serta pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. 3.
Perbedaan media tumbuh akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah.
4. Pemberian GA
3
Dosis pupuk NPK dan media tumbuh akan saling mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah.
Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi ilmu
pengetahuan terutama untuk petani dan pelaku agribisnis cabai merah. 2.
Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pertanian pada Sekolah Pasca Sarjana USU
Medan.
Universitas Sumatera Utara
II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Morfologi Cabai Merah