perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan pada prinsipnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dan permasalahan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan ini diatur
melalui seperangkat peraturan perundang-undangan yang intinya mengharapkan agar mutu pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin baik. Salah satu usaha
dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menaikkan nilai minimal kelulusan dan nilai rata-rata minimalnya. Namun usaha menaikkan nilai minimal
kelulusan ini pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih dibawah negara lain sesama negara berkembang. Hal ini bisa dilihat dari hasil Ujian
Nasional tahun pelajaran 20072008 yang lalu bahwa dengan standar kelulusan nilai rata-rata 5,00 saja, terdapat 237.644 siswa yang tidak lulus atau 7,24 dari seluruh
peserta UN se-Indonesia, padahal tingkat kesulitan soal tidak terlalu tinggi BSNP, 2008.
Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa yang menjadi barometer pendidikan di Indonesia dan memiliki banyak sekolah baik negeri maupun
swasta, serta memiliki fasilitas pendukung yang lebih memadai dan tenaga pendidik yang berlimpah dibanding daerah diluar pulau Jawa ternyata memiliki mutu
pendidikan yang memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari laporan hasil UN tahun pelajaran 20082009 untuk jenjang SMPMTs yang dikeluarkan oleh BNSP secara
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
umum rata-rata jumlah nilai UN Propinsi Jawa Tengah hanya 28,81 dan menempati peringkat 24 dari 33 propinsi se-Indonesia dengan 10,74 siswa tidak lulus UN.
Keadaan lebih memprihatinkan lagi terjadi di kabupaten Kebumen karena menempati peringkat 35 dari 35 kabupaten se-propinsi Jawa Tengah dengan
persentase siswa yang tidak lulus sebesar 25,21. Secara khusus untuk SMP Negeri 2 Adimulyo yang merupakan salah satu sekolah SSN di kabupaten Kebumen juga
mengalami hal yang sama karena hanya menempati peringkat 33 se-kabupaten dengan rata-rata jumlah nilai UN 24,83 masih jauh dibawah rata-rata jumlah nilai
propinsi namun sedikit di atas rata-rata jumlah nilai kabupaten BSNP, 2008. Khusus untuk nilai UN pada Mapel IPA SMP N 2 Adimulyo menempati
peringkat 56 se-kabupaten Kebumen. Berikut ini adalah tabel nilai rata-rata Ujian SekolahUN IPA SMPN 2 Adimulyo pada 3 tahun terakhir:
Tabel 1.1 Nilai rata–rata Ujian IPA SMP Negeri 2 Adimulyo
No. Tahun Pelajaran
Kelas Nilai Rata – Rata
Ujian Sekolah Ujian Nasional
1. 20052006
IX 5,39
- 2.
20062007 IX
5,66 -
3. 20072008
IX -
5,93
Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.
Dari tabel 1.1 terlihat kecenderungan nilai rata–rata IPA walupun berada di atas nilai minimum 4,25 namun masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang
ditentukan oleh sekolah pada mata pelajara IPA yaitu 64, rendahnya perolehan hasil belajar ujian tersebut mengindikasikan bahwa penguasaan materi esensial atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
konsep–konsep IPA yang dipahami para siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan pula dalam tabel nilai mata pelajaran IPA pada tiap akhir semester seperti yang
diperlihatkan pada tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Nilai rata – rata Ulangan Akhir Semester UAS mata pelajaran IPA SMP Negeri 2 Adimulyo, 3 tiga tahun terakhir
No. Tahun Pelajaran
Kelas Nilai Rata – Rata
Semester 1 Semester 2
1. 20052006
IX 56,8
57,2 2.
20062007 IX
58,2 58,6
3. 20072008
IX 59,2
60,4
Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.
Prestasi belajar dalam materi pembelajaran listrik dinamis juga mengalami hal
yang sama karena berdasarkan dokumen di SMP Negeri 2 Adimulyo, nilai ulangan pada materi listrik dinamis pada tiga tahun terakhir yaitu pada tahun pembelajaran
20062007 sampai dengan tahun pembelajaran 20082009 masing-masing diperoleh rata-rata 58,5, 60,4, dan 59,3. Perolehan nilai ini masih jauh dari KKM yang di
tentukan sekolah pada Komptensi Dasar Listrik Dinamis yaitu sebesar 67. Rendahnya minat siswa untuk belajar IPA juga ikut berpengaruh terhadap
rendahnya prestasi belajar siswa, terlebih lagi untuk mata pelajaran fisika, karena selama ini fisika merupakan salah satu momok yang ditakuti siswa selain matematika,
apalagi sejak tahun pelajaran 20082009, IPA termasuk di dalamnya fisika merupakan mata pelajaran yang diujikan secara nasional melalui UN dan menjadi penentu
kelulusan. Motivasi siswa untuk belajar fisika pun rendah, hal ini diperparah lagi karena dalam mengajar di kelas, guru jarang memberikan motivasi kepada siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
Metode mengajar guru yang monoton dan kurang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran juga memberikan andil pada rendahnya prestasi belajar siswa karena
dalam hal ini guru sering memposisikan dirinya sebagai “Teacher Centered Learning”. Ini bisa dilihat dalam pengajaran menggunakan metode ceramah dan
mencatat. Siswa kurang diajak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, interaksi antar siswa kurang diperhatikan, padahal banyak penelitian menunjukkan
bahwa siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainnya dari pada belajar dengan guru. Apalagi dalam pembelajaran materi listrik dinamis yang merupakan
materi aplikatif, memerlukan metode yang tepat dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang terpusat pada guru tidak tepat dilaksanakan pada materi pembelajaran listrik dinamis.
Sesuai dokumentasi SMP Negeri 2 Adimulyo tahun 2008 menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada materi pembelajaran listrik dinamis mempunyai
standar deviasi yang tinggi yaitu sebesar 19,7, ini menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan yang terlalu ekstrim antara siswa dengan nilai tinggi dengan siswa
dengan nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap kelas terdapat siswa yang tergolong superior dan siswa yang tergolong cacat akademik ringan yang kinerja
akademiknya dibelakang para siswa yang taraf perkembangannya normal. Kesenjangan ini juga menunjukkan bahwa selama ini siswa tidak saling bekerjasama
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. Metode mengajar guru juga turut andil dalam hal ini, karena selama ini guru jarang menggunakan
metode yang memungkinkan siswa untuk saling bekerjasama mempelajari materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
pembelajaran secara berkelompok, metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin 2009:9, “ide yang melatarbelakangi
bentuk pembelajaran kooperatif ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya berhasil, mereka akan mendorong timnya untuk lebih baik dan akan membantu
mereka melakukannya”. Jadi dalam metode kooperatif siswa dalam kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil duduk bersama saling membantu dalam
mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dengan kemampuan rendah akan belajar banyak dari rekan yang lebih tinggi kemampuannya dalam
kelompoknya. Kesenjangan prestasi belajar IPA di SMP Negeri 2 Adimulyo yang ekstrim ini
terjadi pada hampir pada semua materi pembelajaran yang diajarkan, padahal dalam IPA terdapat materi pembelajaran yang saling berhubungan satu sama lain, bahkan
terdapat suatu materi pembelajaran yang merupakan prasyarat pada materi pembelajaran yang lain. Seperti halnya materi pembelajaran listrik statis merupakan
materi prasyarat pada listrik dinamis. Hal ini bisa dikatakan bahwa tingkat penguasaan materi pembelajaran listrik statis siswa merupakan kemampuan awal
siswa tersebut pada materi pembelajaran listrik dinamis. Menurut Winkel 1996:134, “pada setiap awal proses belajar mengajar, guru seharusnya meneliti terlebih dahulu
tingkah laku awal siswa, karena dari tingkah laku inilah tergantung bagaimana proses belajar mengajar sebaiknya diatur dan apakah tujuan instruksional khusus yang mula-
mula ditetapkan harus mengalami perubahan”. Uraian tersebut mengeaskan bahwa kemampuan awal siswa harus mendapatkan perhatian dari guru karena akan
mempengaruhi proses belajar mengajar dan pencapaian prestasi belajar siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
materi pembelajaran lain yang relevan. Selama ini guru di SMP Negeri 2 Adimulyo tidak memperhatikan kemampuan awal siswa, dalam arti siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah diperlakukan sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, ini dibuktikan dengan tidak adanya materi tambahan untuk
siswa yang kemampuan awalnya rendah. Akibatnya siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah semakin tertinggal dalam mengikuti pembelajaran dari
siswa lain yang mempunyai kemampuan awal tinggi. Selama ini guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo juga kurang
memperhatikan potensi dan gaya belajar siswanya. Gaya belajar menurut DePorter dan Hernacki 1999:109-124 dibagi menjadi tiga macam yaitu, visual belajar
dengan cara melihat, auditorial belajar dengan cara mendengar, dan kinestetik belajar dengan bergerak, banyak melakukan aktivitas fisik, interaksi kelompok.
Metode mengajar guru selama ini yang memposisikan guru sebagai “Teacher Centered learning” tentu saja hanya cocok bagi salah satu gaya belajar saja.
Sedangkan bagi gaya belajar yang lain akan membuat siswa kurang berminat pada pelajaran tersebut. Padahal menurut DePorter dan Hernacki 1999:50, menciptakan
minat merupakan jalan untuk menciptakan motivasi demi mencapai tujuan. Apalagi selama ini banyak yang menganggap bahwa anak yang gaduh di kelas, banyak
bergerak, dan mengganggu proses belajar mengajar adalah anak yang nakal sehingga harus dikeluarkan dari kelas. Padahal sebenarnya anak tersebut adalah anak dengan
gaya belajar kinestetik, namun metode mengajar guru tidak memuaskan anak untuk memahami materi sehingga anak menjadi bosan. Efeknya siswa merasa tidak
diperhatikan guru, sehingga berusaha mencari perhatian dengan caranya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
Penyebab lain adalah guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif dalam penggunaan media, padahal mata pelajaran fisika selain menuntut keaktifan
siswa, guru juga dituntut untuk menggunakan media yang bisa menjembatani pengetahuan fisika yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkret. Dengan media
sesuatu yang dilihat, dibaca, didengar, dirasa, dan dikerjakan bisa sekaligus dilakukan oleh siswa. Menurut Rose dan Nicholl 2002:192 “pelajaran diingat rata-rata 20
dari yang dibaca, 30 dari yang didengar, 40 dari yang dilihat, 50 dari yang dikatakan, 60 dari yang dikerjakan dan 90 dari yang dilihat, didengar, dikatakan,
dan dikerjakan sekaligus”. Dalam pembelajaran listrik dinamis, selama ini guru hanya memakai laboratorium riil saja, itupun tidak maksimal, praktikum hanya dilaksanakan
pada beberapa sub komptensi saja sehingga pelaksanaan yang tidak kontinyu ini mengakibatkan pengetahuan siswa tidak terbangun secara runut dan teratur.
Praktikum yang menggunakan lab riil saja juga menyebabkan kurang bervariasinya kegiatan praktikum, padahal ada media lain yang bisa dijadikan media interaktif
seperti halnya lab riil yang biayanya murah, aman, variatif, dan menyenangkan. Media yang dimaksud diantaranya adalah media komputer. Media komputer yang
dimiliki SMP Negeri 2 Adimulyo yang berjumlah 20 unit dapat dijadikan sebagai laboratorium virtuil, namun selama ini guru tidak memanfaatkannya sebagai
laboratorium alternatif dalam pembelajaran, padahal dengan adanya lab virtuil ini diharapkan siswa menjadi tertarik dan berminat untuk belajar fisika.
B. Identifikasi Masalah