Prinsip Titipan Al-Wadi’ah Prinsip Bagi Hasil

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu; Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Pembiayaan investasi adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta fasilitas- fasilitas yang erat kaitannya dengan investasi Antonio, 2001.

2.2. Produk-Produk Bank Syariah dan Ketentuan-Ketentuannya

Hubungan lembaga keuangan syariah dengan nasabahanggota, bukan merupakan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan partnership antara penyandang dana shohibul maal dengan pengelola dana mudarib. Oleh karena itu, tingkat laba lembaga, tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk pemegang saham, tetapi juga berpengaruh pada bagi hasil yang diberikan nasabahanggota penyimpan dana. Ada enam prinsip pokok dalam akadtransaksi syariah: Tabel 2. Prinsip Pokok dalam AkadTransaksi Syariah No. Prinsip Pokok Akad Jenis Transaksi 1. Prinsip Titipan Al-Wadi’ah a. Wadi’ah Yad-al-amanah b. Wadi’ah Yad adh-Dhomanah 2. Prinsip Bagi Hasil a. Al-Musyarokah b. Al-Mudharabah 3. Prinsip Jual-Beli a. Ba’I Al-Murabahah b. Ba’I As Salam c. Ba’I Al-Istishna 4. Prinsip Jasa Ar-Rahn Ar-RahnGadai 5. Prinsip Sewa Al-Ijarah Al-Ijarahsewa 6. Non Profit Al-Qordh Qardhul Hasan Sumber: Antonio, 2001

2.2.1 Prinsip Titipan Al-Wadi’ah

Prinsip ini berupa penitipan suatu harta kepada seseoranglembaga yang pada suatu saat akan diambil kembali oleh pemiliknya. Prinsip Wadi’ah ini terbagi menjadi dua, yaitu: Wadi’ah Yad-al-Amanah adalah penerima titipan Lembaga Keuangan SyariahLKS tidak diizinkan oleh pemberi titipan nasabahanggota untuk mengelola dananya, LKS hanya menjaganya, maka LKS berhak memungut fee dari nasabah dan LKS tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian 8 atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan. Wadi’ah Yad Adh-Dhomanah adalah nasabah mengizinkan LKS untuk mengelola dananyabarang titipan, dan penerima titipan bertanggung jawab atas rusak atau hilangnya barang titipan. Hasil yang didapat dari pengelolaan dana titipan ini, LKS bisa saja memberikan bonus pada nasabah, tapi bukan kewajiban dan bonus itu besarnya tidak ditentukan di awal akad tapi benar-benar murni kebijaksanaan LKS.

2.2.2 Prinsip Bagi Hasil

Prinsip ini dalam penentuan keuntungan untuk masing-masing pihak dihitung atas dasar hasil usaha yang diperoleh si pengelola dana mudhorib yang besar prosentase masing-masing sesuai kesepakatan dua belah pihak pemilik danashohibul maal dan si pengelola danamudhorib. Prinsip bagi hasil ini dibagi menjadi dua, yaitu Al-Musyarokah dan Al-Mudharabah. Al-Musyarokah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama. Al-Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal 100 sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola mudhorib. Pembagian keuntungan dibagi sesuai kesepakatan bersama, dan apabila terjadi kerugian ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola.

2.2.3 Prinsip Jual Beli Sale and Purchase