dengan memanfaatkan informasi iklim, sehingga
dapat digunakan
sebagai peringatan dini terhadap kejadian penyakit
DDDBD.
Gambar 9 Diagram persentase kegiatan sektor kesehatan masyarakat.
Gambar 9 menunjukkan bahwa 80 kegiatan adaptasi pada sektor kesehatan
merupakan kegiatan yang telah dilaksanakan dan sisanya merupakan kegiatan yang
sedang dilakukan. Sementara data kegiatan adaptasi
yang akan
dilakukan oleh
Kementerian kesehatan tidak disampaikan. Walaupun demikian, kegiatan adaptasi yang
telah dan sedang dilakukan oleh Menkes guna mengatasi dampak perubahan iklim
pada sektor kesehatan telah berjalan dengan cukup baik dibuktikan dengan penyusunan
strategi adaptasi dampak perubahan iklim di bidang kesehatan baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah.
Dalam mengembangkan
dan melaksanakan pelayanan terhadap dampak
perubahan iklim dalam bidang kesehatan masyarakat harus menghadapi beberapa
realitas. Pertama, dampak perubahan iklim akan sangat bervariasi menurut wilayah.
Kedua, mereka akan bervariasi menurut kelompok penduduk, tidak semua orang
sama-sama rentan. Ketiga, efek ini sangat kompleks sehingga perlu perencanaan dan
tindakan yang multidimensi Frumkin et al. 2008.
4.1.4 Sektor Pengelolaan Sumber Daya
Alam Pada sektor pengelolaan sumber daya
alam, CCROM membuat model tata lahan di kelurahan Sukorejo dengan cara pembuatan
model konservasi yang sudah terarah dalam bentuk pilot project untuk konservasi
tanaman, masa tanam, dan terasering, serta model untuk mengurangi kekeringan, banjir,
erosi, dan bencana lainnya. Selain itu juga CCROM membuat sumur tangkapan biopori
dan penghijauan. Sementara itu, RCCCUI melakukan rencana restorasi pasca tambang
timah provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang bertujuan untuk menyusun alternatif
konsep pembangunan dan pengelolaan restorasi lahan pasca penambangan timah
dan lahan kritis lainnya di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung.
Gambar 10 Diagram persentase kegiatan sektor pengelolaan sumber
daya alam. Gambar 10 menunjukkan bahwa 79
kegiatan adaptasi pada sektor pembangunan wilayah pesisir merupakan kegiatan yang
telah dilaksanakan,
14 merupakan
kegiatan adaptasi yang sedang dilaksanakan dan 7 merupakan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Berdasarkan
Gambar 6,
kegiatan adaptasi pada sektor ini masih sedikit dibandingkan dengan sektor lainnya,
sehingga dengan kondisi tersebut seharusnya dapat memperoleh perhatian dari para
pemangku kegiatan adaptasi perubahan iklim.
4.1.5 Sektor Manajemen Risiko Bencana
Pada sektor
manajemen risiko
bencana, kegiatan adaptasi dikaitkan dengan kondisi
ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan edukasi, dan infrastruktur.
Kegiatan adaptasi pada sektor ini banyak dilakukan oleh CCROM, salah satunya yaitu
program Micro-finance
di Kemijen
Semarang yang bekerjasama dengan Iset, URDi,
ACCCRN, dan
MercyCorps. Program
ini bertujuan
untuk mengembangkan model perputaran dana
yang diharapkan
dapat meningkatkan
kondisi sanitasi dan kehidupan kepala rumah tangga wanita yang miskin.
Selain itu,
BMKG melakukan
kegiatan berupa
edukasi mengenai
perubahan iklim dalam bentuk komik, pocket book, iklan masyarakat, sampai acara
TV yaitu “Teropong Si Bolang”. Kegiatan tersebut termasuk bentuk manajemen risiko
bencana berupa pemberian edukasi ringan untuk kalangan petani, nelayan, serta anak-
anak. Ada juga kegiatan yang dilakukan oleh Bintari pada sektor ini yaitu adaptasi dan
mitigasi
perubahan iklim
berbasis masyarakat melalui konsep wanatani yang
berkelanjutan di
Ungaran, Semarang,
Indonesia. Kegiatan
adaptasi pada
sektor manajemen risiko bencana juga menarik
perhatian para
pelaku kepentingan
perubahan iklim di tingkat Kementerian Republik Indonesia, di antaranya KKP
melakukan pengembangan sistem informasi perubahan iklim di Kota Pekalongan yang
bertujuan
untuk memudahkan
akses informasi tentang iklim kepada para nelayan
dan masyarakat
pesisir; KLH
yang menjalankan program Clean Batik Initiative
CBI dengan tujuan untuk menciptakan kesadaran akan penggunaan batik ramah
lingkungan di Indonesia; Menhut yang mendirikan beberapa koperasi hasil hutan
untuk
meningkatkan perekonomian
masyarakat yang berbasis pada pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam;
Menristek melakukan Technology Needs Assesment
untuk mengidentifikasi dan
menentukan teknologi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; serta Menkeu melakukan
pengembangan Clean Technology Fund CTF.
Gambar 11 Diagram persentase kegiatan sektor
manajemen risiko
bencana. Gambar 11 menunjukkan bahwa 77
kegiatan adaptasi pada sektor manajemen risiko bencana merupakan kegiatan yang
telah dilaksanakan,
15 merupakan
kegiatan adaptasi yang sedang dilaksanakan, dan 8 merupakan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Berdasarkan
Gambar 6,
kegiatan adaptasi sektor manajemen risiko bencana merupakan kegiatan yang paling
banyak dilakukan oleh para pemangku kegiatan adaptasi perubahan iklim setiap
tahunnya. Hal ini dikarenakan sektor tersebut memiliki cakupan yang luas di
antaranya yaitu sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, dan infrastruktur.
4.1.6 Sektor Sumber Daya dan Kualitas