Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 29 merupakan sebaran lokasi kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dilakukan oleh 14 kelembagaan di Indonesia. Kegiatan adaptasi perubahan iklim paling banyak dilakukan di Pulau Jawa, hal ini dikarenakan banyak kelembagaan terletak di Pulau Jawa sehingga para pemangku kegiatan lebih mudah melakukan kegiatan adaptasi di daerah-daerah terdekat, yaitu mencakup kegiatan seminar, workshop, dan kegiatan adaptasi berdimensi kapasitas adaptif lainnya. Di samping itu, Pulau Jawa memiliki banyak lahan pertanian dan perikanan yang mana lahan tersebut sangat rawan terkena dampak perubahan iklim, sehingga banyak kelembagaan yang lebih fokus untuk melakukan kegiatan adaptasi perubahan iklim di Pulau Jawa. Faktor lain yang menjadi hambatan bagi kelembagaan para pemangku kegiatan adaptasi perubahan iklim adalah terbatasnya dana untuk menciptakan teknologi yang tepat guna mengurangi dampak perubahan iklim yang telah, sedang, dan akan terjadi. Hal tersebut menjadi faktor pembatas para pemangku kegiatan adaptasi perubahan iklim untuk melakukan kegiatan adaptasi secara aksi langsung. Berdasarkan Gambar 28, selain Pulau Jawa, ada juga Pulau Sumatera, Sulawesi, NTB, NTT, dan Bali merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan terhadap bencana iklim cukup tinggi. Perhatian para pemangku kegiatan adaptasi perubahan iklim pada wilayah tersebut juga cukup tinggi, dibuktikan dengan dilakukannya beberapa kegiatan adaptasi perubahan iklim di pulau- pulau tersebut. Gambar 29 menunjukkan bahwa kegiatan adaptasi perubahan iklim telah tersebar di seluruh Indonesia, walaupun kegiatan yang telah atau sedang dilakukan di Indonesia bagian Timur masih sangat minim. Dengan kondisi seperti ini, harapannya kelembagaan yang tersebar di berbagai pelosok daerah di Indonesia dapat melakukan kegiatan adaptasi perubahan iklim di daerah lainnya, seperti Pulau Kalimantan yang mana sebagian besar wilayahnya adalah hutan, sehingga perlu perhatian khusus dari kelembagaan yang bergerak dalam perubahan iklim agar hutan di Indonesia tidak habis terbakar karena suhu yang terlalu tinggi. Begitu pula untuk Pulau Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Papua.

4.7 Sistem

Informasi Basis data Kegiatan Adaptasi Perubahan Iklim Data yang telah disusun dan diintegrasikan berdasarkan indikator dan kriteria yang ditentukan kemudian ditampilkan ke dalam display berbasis web. Adapun rancangan isi dari website yang akan dijadikan sumber informasi bagi seluruh pemangku kegiatan adaptasi perubahan iklim adalah sebagai berikut:  Halaman muka Home yang berisi latar belakang Gambar 30.  Data kegiatan yang disusun berdasarkan sektor kelembagaan, jenis adaptasi dan dimensi adaptasi Lampiran 2.  Data kegiatan yang dilakukan oleh setiap Kementerian Perguruan Tinggi LSM Lampiran 2  Peta lokasi kegiatan yang telah dipadukan dengan software Google Fussion Table dan Google Map Gambar 31.  Link kelembagaan yang telah bekerjasama memberikan data dan informasi kegiatan adaptasi perubahan iklim.  Galeri foto kegiatan adaptasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait.  Kontak dari pengelola website. Basis data ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk penentuan kebijakan, penelitian, pendidikan, dan hal praktis terkait dengan kegiatan adaptasi perubahan iklim. Tampilan informasi lokasi kegiatan dalam website ini disajikan secara rinci dengan konten peta Indonesia secara keseluruhan disertai dengan titik-titik lokasi kegiatan sehingga ketika salah satu titik lokasi di-klik akan muncul keterangan nama kegiatan, nama lembaga, sektor kelembagaan, waktu pelaksanaan, dan wilayah lokasi kegiatan. Tampilan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pemangku kegiatan terkait kegiatan apa dan dimana saja yang telah dilakukan sehingga para pemangku kegiatan dapat merumuskan merencanakan kegiatan adaptasi di wilayah lainnya yang rentan terhadap perubahan iklim, tentu dengan kegiatan-kegiatan yang tidak duplikatif dengan kegiatan sebelumnya. Gambar 30 Tampilan muka website basis data kegiatan adaptasi perubahan iklim. Gambar 31 Tampilan halaman peta sebaran lokasi kegiatan adaptasi perubahan iklim pada website.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hampir semua sektor kelembagaan di Indonesia memberikan perhatian khusus pada permasalahan perubahan iklim terutama sektor yang terkait yaitu pertanian dan ketahanan pangan, pembangunan wilayah pesisir, kesehatan, sumber daya alam, manajemen risiko bencana, dan sumber daya dan kualitas air. Hal tersebut dapat dilihat dari data dan informasi mengenai kegiatan adaptasi yang telah, sedang dan akan mereka lakukan. Berdasarkan data kegiatan yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh 14 kelembagaan di Indonesia, diperoleh kesimpulan bahwa 38 kegiatan adaptasi termasuk jenis adaptasi terencana dan 36 termasuk jenis adaptasi antisipatif. Sementara jika dilihat berdasarkan dimensinya, 72 kegiatan memiliki dimensi kapasitas adaptif. Adanya informasi mengenai seluruh kegiatan adaptasi perubahan iklim yang telah dan sedang dilakukan oleh suatu kelembagaan dapat membantu melihat implementasi kegiatan adaptasi dari berbagai sektor pembangunan di Indonesia. Data dan informasi yang diperoleh dapat disusun menjadi basis data yang siap dijadikan pedoman kegiatan adaptasi bagi para pemangku adaptasi perubahan iklim di seluruh Indonesia. 5.2 Saran Adanya kerjasama antara pelopor kegiatan dengan kelembagaan kementerian terkait adaptasi perubahan iklim secara simultan dan berkelanjutan sehingga diperoleh data dan informasi yang lengkap dan terkini agar basis data yang tersusun up to date dan dapat dijadikan pedoman bagi para pemangku kegiatan adaptasi lainnya. DAFTAR PUSTAKA Boer R., Khaimuddin, Ratag M A dan Bey A. 2000. Impact of Doubling CO 2 on Forest Productivity. Paper: Thematic Workshop on Vulnerability and Adaptation. 10-12 May 2000: Jakarta. Boer R. 2002. Analisis Risiko Iklim untuk Produksi Pertanian. Paper: Pelatihan