peningkatan kemitraan para pelaku adaptasi perubahan iklim yang bertujuan untuk
mengembangkan jejaring internal Menkes, terkumpulnya data informasi, serta upaya
dan strategi adaptasi perubahan iklim di tiap sektor.
Gambar 15 Diagram persentase jenis adaptasi
kegiatan sektor
kesehatan masyarakat. Gambar 15 menunjukkan bahwa
kegiatan adaptasi terencana dan antisipatif cukup tinggi yaitu masing-masing 60 dan
33. Hal ini menjelaskan bahwa kegiatan adaptasi pada sektor kesehatan masyarakat
cukup antisipatif dalam mengatasi dampak perubahan
iklim yang
akan terjadi.
Sementara kegiatan otonom pada sektor ini hanya sedikit yaitu 7.
4.2.4 Sektor Sumber Daya Alam
Walaupun kegiatan adaptasi pada sektor sumber daya alam cukup sedikit
namun kegiatan yang dilakukan mencakup seluruh jenis adaptasi perubahan iklim yang
ditetapkan oleh McCarthy, yaitu antisipatif, otonom, dan terencana. Kegiatan adaptasi
yang
dilakukan oleh
para pemngku
kepentingan pada sektor sumber daya alam lebih banyak yang fokus pada subsektor
sumber daya hutan, seperti pengembangan sistem sumber daya hutan kabupaten, forest
and climate partnership yang dilakukan di Kalimantan dan Sumatera. Hal tersebut
dilakukan untuk mengantisipasi kebakaran hutan yang dapat menimbulkan bencana
hilangnya ribuan hektar hutan yang dinilai ekonomis tinggi sekaligus berbagai macam
keanekaragaman hayati yang berada di dalamnya BSN 2009.
Gambar 16 Diagram persentase jenis adaptasi
kegiatan sektor
sumber daya alam. Gambar 16 menunjukkan bahwa
kegiatan adaptasi terencana dan otonom memiliki porsi yang sama yaitu 29. Hal ini
menjelaskan bahwa kegiatan adaptasi pada sektor sumber daya alam tidak hanya
memperhatikan pengaruh iklim saja namun juga cukup memperhatikan pengaruh dari
luar iklim. Sementara kegiatan antisipatif pada sektor ini cukup banyak yaitu 42.
Besarnya
nilai persentase
tersebut menunjukkan
bahwa para
pemangku kegiatan adaptasi perubahan iklim pada
sektor sumber daya alam cukup memberikan perhatian pada perubahan iklim dibuktikan
dengan banyaknya kegiatan antisipatif yang dilakukan pada sektor ini.
4.2.5
Sektor Manajemen Risiko Bencana
Banyaknya kegiatan adaptasi pada sektor manajemen risiko bencana terbagi
rata pada setiap jenis adaptasi perubahan iklim yang ditetapkan McCarthy 2001.
Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan persoalan kelangsungan hidup,
sehingga diperlukan langkah-langkah nyata terkait manajemen risiko bencana, dengan
mempertimbangkan kerentanan masyarakat dan
melibatkan masyarakat
dalam menghadapi perubahan iklim sekarang dan
masa mendatang. Masyarakat miskin di negara berkembang membutuhkan perhatian
khusus, karena mereka akan menanggung beban yang berat terkait dampak perubahan
iklim.
Gambar 17 Diagram persentase jenis adaptasi
kegiatan sektor
manajemen risiko bencana. Gambar 17 menunjukkan bahwa
kegiatan adaptasi pada sektor manajemen risiko bencana baik yang bersifat antisipatif,
terencana maupun otonom memiliki nilai yang tidak jauh berbeda yaitu masing-
masing 44, 33, dan 23. Hal ini menjelaskan bahwa kegiatan adaptasi pada
sektor manajemen risiko bencana tidak hanya memperhatikan pengaruh iklim saja
namun juga cukup memperhatikan pengaruh dari luar iklim.
4.2.6
Sektor Sumber Daya dan Kualitas Air
Berbeda dengan
sektor-sektor sebelumnya, kegiatan adaptasi yang paling
banyak dilakukan pada sektor sumber daya dan kualitas air adalah adaptasi otonom.
Contoh kegiatannya
adalah program
penguatan kelembagaan
untuk mengintegrasikan manajemen SDA yang
dilakukan oleh
CCROM bekerjasama
dengan ADB
Citarum. Kegiatan
ini bukanlah kegiatan yang dilakukan khusus
untuk mengantisipasi mengatasi dampak perubahan iklim, namun kegiatan ini
ditujukan agar kelembagaan terkait dapat mengarusutamakan permasalahan perubahan
iklim ke dalam perencanaan dan manajemen sumber daya air di DAS Citarum.
Gambar 18 Diagram persentase jenis adaptasi
kegiatan sektor
sumber daya dan kualitas air. Gambar 18 menunjukkan kegiatan
adaptasi yang paling banyak dilakukan pada sektor sumber daya dan kualitas air
merupakan kegiatan yang bersifat otonom yaitu 57. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor sumber daya dan kualitas air sangat memperhatikan faktor pengaruh dari luar
iklim
namun tetap
mengarusutamakan pengaruh
iklim pada
kegiatan yang
dilakukan. Pada sektor ini, para pemangku kepentingan lebih fokus pada langkah
antisipatif dibandingkan dengan langkah perencanaan. Yaitu memiliki porsi masing-
masing 36 untuk adaptasi antisipatif dan 7 untuk adaptasi terencana. Angka tersebut
diharapkan dapat menjadi perhatian bagi para
pemangku kepentingan
agar melaksanakan
kegiatan yang
bersifat terencana dan antisipatif pada sektor sumber
daya dan kualitas air sehingga dapat mengatasi dampak perubahan iklim yang
diperkirakan akan terjadi.
Gambar 19 Jenis adaptasi perubahan iklim kegiatan a telah dilakukan; b sedang dilakukan; c akan dilakukan; d semua kegiatan.
Secara keseluruhan, sebagian besar kegiatan adaptasi yang telah, sedang, dan
akan dilakukan oleh kelembagaan di Indonesia
termasuk kegiatan
adaptasi terencana 38 dan adaptasi antisipatif
36. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelembagaan
di Indonesia
berupaya sepenuhnya
untuk mengatasi
dampak perubahan iklim yang telah terjadi dan yang
diprediksi akan terjadi dengan persiapan yang baik dan penuh prediksi. Tentunya
semua persiapan tersebut dilakukan dengan harapan tujuan yang diinginkan dapat
tercapai. Sedangkan jenis adaptasi otonom sebesar
26, menunjukkan
bahwa rangsangan faktor luar seperti ekologi, pasar,
atau kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak perubahan iklim cukup mendapat
perhatian dari para pemangku perubahan iklim sehingga terbentuk kegiatan adaptasi
untuk permasalahan yang ada.
4.3 Analisis