Perumusan masalah Tujuan Manfaat Aspek Teknik

untuk melakukan usaha ini. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis menganggap penting dilakukan penilaian terhadap unit penangkapan pancing rumpon di Palabuhanratu agar lebih jelas besar investasi yang dibutuhkan dan keuntungan yang akan diperoleh.

1.2 Perumusan masalah

Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing rumpon dan produksinya, menjadi pertanyaan bagi penulis, apakah keadaan ini akan terus berkembang?, apakah dapat memberikan manfaat bagi nelayan pancing rumpon?. Hal ini dapat diketahui apabila dilakukan penilaian teknis dan ekonomis terhadap kegiatan unit penangkapan pancing rumpon. Sehubungan dengan hal itulah maka terdapat beberapa permasalahan yang perlu dicari jawabannya, antara lain : 1 Bagaimana keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon? 2 Berapakah investasi yang harus ditanam untuk melakukan usaha ini? 3 Berapakah keuntungan yang bisa diperoleh?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah 1 Menggambarkan keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon 2 Menghitung keuntungan yang akan diperoleh dari pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon di perairan Palabuhanratu dan kriteria investasinya.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1 Bagi penulis, hasil penelitian ini akan menambah wawasan tentang kegiatan unit penangkapan pancing rumpon, dapat mengevaluasi atau melakukan penilaian terhadap unit penangkapan pancing rumpon; dan 2 Bagi pemerintah daerah maupun Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai informasi tentang pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar menggunakan unit penangkapan pancing rumpon dengan alat bantu penangkapan rumpon. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda

Unit penangkapan pancing tonda merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pancing tonda dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pancing atau lines. Berikut merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing tonda.

2.1.1 Definisi dan klasifikasi

Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan tongkol yang biasa hidup di dekat permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi Gunarso 1985. Pancing tonda memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya pancing irid atau klewer Jawa, pancing kaladalam atau kabalancam Sepulu-Madura, pancing lohmoloh atau palanggungan atau lemading Pegagan-Madura, pancing pengenser Bawean, Lor bebe Penarukan-Jawa Timur, pancing pengambes Puger-Jawa Timur, pancing pemalesan Bali, dan kakahu atau sela Ambon, Maluku Selatan Subani dan Barus 1989. Pancing tonda dalam klasifikasi von Brandt 2005 digolongkan ke dalam kelompok perikanan pancing lines. Menurut klasifikasi dalam Statistik Perikanan Indonesia yang dikeluarkan Departemen Kelautan dan Perikanan masuk dalam kelompok pancing hook and line.

2.1.2 Alat penangkapan ikan

Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang terdiri atas seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Konstruksi pancing tonda terdiri atas galah, tali pancing utama, kili-kili, tali pancing cabang dan mata pancing. Mata pancing pada pancing tonda ada yang dilengkapi dengan umpan tiruan hook with artificial bait, umpan tiruan yang dilengkapi dengan mata pancing rapala, atau ada juga yang dilengkapi dengan umpan alam Anonim 2010. Pancing tonda dioperasikan pada siang hari, pengoperasian pancing tonda dilakukan dengan cara ditarik di belakang perahu atau kapal yang bergerak maju secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air hingga kedalaman tertentu di wilayah perairan dimana menjumpai kawanan ikan tongkol dan cakalang atau di depan gerombolan ikan sasaran dengan kecepatan kapal antara 2-6 knot Farid et al 1989. Menurut Ayodhyoa 1981, pancing tonda dikelompokkan ke dalam alat tangkap pancing dengan beberapa kelebihan, yaitu : 1. Metode pengoperasian relatif sederhana; 2. Modal yang diperlukan lebih sedikit; 3. Bisa memakai umpan buatan; 4. Dapat bebas memilih fishing ground; 5. Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat terjamin. Beberapa kekurangannya adalah 1. Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lainnya; dan 2. Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat dan waktu. Parameter utama yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan menggunakan pancing tonda adalah ukuran mata pancing. Gambar alat tangkap pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber : www.kp3k.kkp.go.id Gambar 1 Alat tangkap pancing tonda

2.1.3 Kapal

Pada umumnya panjang kapal yang mengoperasikan pancing tonda berkisar antara 5-20 m. Kapal memiliki ruang kemudi di bagian depan atau haluan dan dek tempat bekerja berada di bagian belakang atau di buritan Sainsbury 1971. Perahu yang digunakan oleh nelayan pancing tonda di Palabuhanratu adalah perahu motor tempel dari jenis congkreng dan bercadik memiliki panjang 6 m dan terbuat dari bahan kayu Nugroho 2002. Kapal yang mengoperasikan alat tangkap pancing tonda biasanya memiliki outrigger sebagai tempat tali pancing diikatkan. Biasanya terdapat satu atau lebih outrigger terpasang pada bagian belakang kapal atau buritan Sari 2011.

2.1.4 Nelayan

Pancing tonda umumnya dioperasikan oleh 4-6 orang nelayan, terdiri atas satu orang fishing master, satu orang juru mesin dan 2-4 orang ABK. Masing- masing ABK mengoperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan ikan berlangsung. Pekerjaan juru mudi merangkap sebagai fishing master.

2.1.5 Umpan

Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan buatan. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah bulu ayam chicken feader, bulu domba sheep wools, kain perca yang berwarna-warni, maupun bahan sintetis berbentuk miniatur yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan buatan antara lain berupa miniatur cumi-cumi dan ikan Subani dan Barus 1989.

2.1.6 Metode pengoperasian pancing tonda

Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal yang bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Pancing diberi umpan segar atau umpan buatan. Umpan buatan dapat bergerak seperti ikan asli, karena adanya pengaruh tarikan dari kapal. Oleh karena itu, ikan pemangsa biasanya langsung menyambarnya. Kecepatan kapal dalam menarik pancing tonda bergantung pada ikan target tangkapan. Kecepatan kapal untuk ikan perenang cepat, seperti tuna dan cakalang, biasanya ditarik dengan kecepatan kapal antara 6-8 knot Sainsbury 1971. Operasi penangkapan ikan menggunakan pancing tonda biasa dilakukan pada siang hari. Pada saat operasional, satu kapal pancing tonda tidak hanya terdiri atas satu pancing, namun sekaligus beberapa pancing. Penondaan dilakukan dengan mengulurkan tali sekitar dua per tiga dari seluruh panjang tali pancing yang disediakan. Penangkapan ikan dapat dilakukan dengan cara menduga-duga dengan berlayar ke sana dan ke sini atau manoevre, bisa juga terlebih dahulu mencari kawanan ikan atau dapat juga dilakukan di sekitar rumpon Subani dan Barus 1989.

2.1.7 Hasil tangkapan pancing tonda

Secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang yang sering bergerombol. Ikan pelagis yang memiliki kualitas tinggi seperti yellowfin tuna, skipjack, sword fish, dan ikan pelagis besar lainnya Monintja dan Martasuganda 1994. Tuna besar berdasarkan FAO 1983 digolongkan menjadi tujuh spesies yaitu yellowfin tuna Thunnus albacares, bigeye tuna Thunnus obesus, southern bluefin tuna Thunnus maccoyii, northern bluefin tuna Thunnus thynnus, albacore Thunnus alalunga, longtail tuna Thunnus tonggol dan blackfin tuna.

2.1.8 Daerah pengoperasian pancing tonda

Daerah penangkapan ikan fishing ground merupakan daerah operasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga sebagai tempat ikan bergerombol. Ikan merupakan organisme yang bersifat mobile, artinya ikan sering berpindah- pindah tempat yang menyebabkan sulitnya menentukan arah dan letak dari perpindahan daerah penangkapan ikan Hetharuca 1983. Jenis ikan yang menjadi target utama penangkapan dengan pancing tonda adalah jenis ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang. Oleh karena itu, kedalaman mata pancing tonda disesuaikan dengan swimming layer dari ikan yang menjadi target penangkapan Handriana 2007. Penangkapan ikan di Perairan Palabuhanratu umumnya dilakukan sepanjang tahun dan dikenal dengan dua musim penangkapan yaitu Musim Timur dan Musim Barat. Musim Timur adalah musim dengan jumlah ikan sangat banyak atau berlimpah yaitu pada Bulan Juni-Oktober. Periode ini ditandai dengan angin yang lemah, keadaan laut yang tenang dan curah hujan sedikit. Musim Barat ditandai dengan sedikitnya hasil tangkapan yang didaratkan akibat keadaan perairan yang cukup membahayakan untuk operasi penangkapan ikan. Musim Barat berlangsung pada Bulan November-April atau Mei Pariwono et al. 1998. Menurut Tampubolon 1980, berdasarkan jumlah hasil tangkapan, di Palabuhanratu dapat digolongkan menjadi tiga musim penangkapan ikan, yaitu : 1. Musim banyak ikan Juni – September; 2. Musim sedang ikan Maret – Mei dan Oktober – November; dan 3. Musim kurang ikan Desember – Februari.

2.2 Unit Penangkapan Pancing Ulur

Unit penangkapan pancing ulur merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pencing ulur dan nelayan yang mengoperasikannya. Pancing ulur ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pancing atau lines. Berikut merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing ulur.

2.2.1 Definisi dan klasifikasi

Pancing ulur adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan yang sudah lama dikenal nelayan dan dioperasikan secara sederhana. Menurut FAO-ISSCFG dan Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia 1989 pancing ulur termasuk dalam klasifikasi pancing BBPPI 2007.

2.2.2 Alat penangkapan ikan

Pancing ulur pada prinsipnya terdiri atas dua komponen utama, yaitu tali line dan mata pancing hook. Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun, nilon atau polyethylene. Mata pancing dibuat dari kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Pada umumnya ujung mata pancing berkait balik, namun ada juga mata pancing yang tidak berkait balik. Jumlah mata pancing bisa tunggal atau lebih, bahkan banyak sekali mencapai ratusan sampai ribuan. Ukuran mata pancing bervariasi disesuaikan dan Barus 1989. Banyaknya menyebabkan banyak setiap perkampungan dapat dilihat pada Gambar

2.2.3 Kapal

Perahu yang digunakan sengon dan berukuran yang digunakan adalah engine. Perahu dilengkapi digunakan terbuat dari panjang 74 cm, lebar 32

2.2.4 Nelayan

Nelayan yang sampai tiga orang terdiri saat pengoperasian dilakukan pancing ulur, juru mudi disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan tertangkap Banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh banyak nelayan menggunakannya dan banyak dit perkampungan nelayan Puspito 2009. Gambar alat tangkap Gambar 2. Sumber : http:jurnal.pdii.lipi.go.id Gambar 2 Alat tangkap pancing ulur digunakan pada pengoperasian pancing ulur terbuat berukuran LxBxD = 10,70 m x 2,87 m x 1,00 m. Tenaga adalah sebuah mesin yang ditempatkan di dalam engkapi dengan jangkar, petromak dan cool box dari styrofoam dengan kapasitas 25 kg dan mempunyai lebar 32 cm dan tinggi 35 cm Handriana 2007. yang mengoperasikan pancing ulur bia sanya terdiri atas nelayan pekerja dan pemilik. Pembagian dilakukan berdasarkan pengalaman. Pada saat mudi berperan sebagai pemancing Rochmawati tertangkap Subani oleh pancing ulur dit emukan pada tangkap pancing ulur terbuat dari kayu Tenaga penggerak dalam atau inboard box. Cool box yang mempunyai ukuran sanya berjumlah dua Pembagian kerja pada saat pengoperasian Rochmawati 2004.

2.2.5 Umpan

Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan buatan. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah bulu ayam chicken feader, maupun bahan sintetis berbentuk miniatur hewan yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan buatan antara lain berupa miniatur cumi-cumi dan ikan. Umpan yang telah dimakan ikan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik ke perahu Subani dan Barus 1989.

2.2.6 Metode pengoperasian pancing ulur

Posisi para pemancing pada saat pengoperasian pancing ulur adalah berada di bagian haluan, tengah dan buritan. Umpan yang digunakan akan diganti setiap trip. Pada saat pengoperasian, tali pancing diulur ke dalam perairan hingga pemberatnya menyentuh dasar perairan. Jumlah pengangkatan dan penurunan setiap unit pancing tidak sama, karena bergantung pada ikan yang tertangkap Handriana 2007.

2.2.7 Hasil tangkapan pancing ulur

Hasil tangkapan pancing ulur yang dominan adalah ikan layur Trichiurus spp.. Ikan layur umumnya hidup di perairan dalam dengan dasar lumpur, meskipun tergolong ikan demersal, umumya ikan layur muncul ke permukaan pada waktu senja Astuti 2008.

2.2.8 Daerah pengoperasian pancing ulur

Pengoperasian alat pancing ini di daerah karang-karang, di perairan dangkal, perairan dalam, di rumpon-rumpon maupun rumpon dengan kedalaman 2-3 meter. Penggunaan pancing ulur banyak digunakan di daerah perairan Tanjung Pasir, Banten Subani dan Barus, 1989.

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar

2.3.1 Habitat

Habitat ikan pelagis besar berada di kolom dan lapisan permukaan perairan. Berdasarkan habitatnya, ikan pelagis dibagi menjadi pelagis kecil dan pelagis besar. Ikan pelagis besar terdiri atas berbagai jenis ikan seperti : Tenggiri Scomberomous Commerson, Tongkol Euthynnus spp, Tuna Thunnus spp.

2.3.2 Jenis sasaran tangkap

1 Tuna Sirip Kuning - Madidihang Madidihang Thunnus albacares Gambar 3 termasuk dalam ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Thunnus. Ciri-cirinya yaitu bentuk badan yang memanjang, bulat seperti cerutu. Tapisan 26-34 pada busur insang pertama. Memiliki dua cuping atau lidah di antara kedua sirip perutnya. Jari-jari keras sirip punggung pertama 13-14, dan 14 jari-jari lemah pada sirip punggung kedua, diikuti 8-10 jari sirip tambahan. Kemudian sirip dubur berjari-jari lemah 14-15, lalu 7-10 jari-jari sirip tambahan. Satu lunas kuat pada batang sirip ekor diapit dua lunas kecil pada ujungnya. Untuk jenis-jenis dewasa, sirip punggung kedua dan dubur tumbuh sangat panjang, sirip dada cukup panjang. Badan bersisik kecil-kecil, korselet jalur sisik khusus yang mengelilingi badan di daerah sekitar sirip dada bersisik agak besar tetapi tidak nyata. Madidihang termasuk ikan buas, predator, karnivor, dapat mencapai 195 cm, umumnya 50-150 cm, hidup bergerombol kecil Ditjen Perikanan 1990. Sumber: Saanin 1984 Gambar 3 Madidihang - Yellowfin Tuna Thunnus albacares Warna tubuh madidihang bagian atas berpadu antara hitam dan keabu- abuan, kuning perak pada bagian bawah, sirip punggung dan sirip perut. Sirip tambahan berwarna kuning cerah berpinggiran gelap. Pada perut terdapat kurang lebih 20 garis putus-putus warna putih pucat melintang Ditjen Perikanan 1990. Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna menurut Saanin 1984 : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Pisces Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidei Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Thunnus Species : Thunnus albacares 2 Tuna Mata Besar Bigeye Tuna Bigeye Tuna Thunnus obesus Gambar 4 termasuk ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Thunnus dan juga termasuk jenis tuna besar, sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan menjadi sangat panjang pada individu yang sangat kecil. Warna bagian bawah dan perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan, sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan finlet berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya. Menurut Fukofuka dan Itano 2006 vide Faizah 2010 ikan tuna mata besar mempunyai ciri-ciri luar seperti sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor, pada ikan dewasa matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain, profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata, sirip dada pada ikan dewasa 14 - 13 kali fork lenght FL, ikan tuna mata besar dengan ukuran lebih dari 75 cm dengan berat 10 kg mempunyai sirip dada yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang sebanding. Sumber: Saanin 1984 Gambar 4 Tuna Mata Besar - Bigeye Tuna Thunnus obesus Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna mata besar menurut Collette dan Nauen 1983 vide Faizah 2010 : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidei Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Thunnus Species : Thunnus obesus 3 Cakalang Cakalang Katsuwonus pelamis Gambar 5 termasuk ke dalam ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Katsuwonus. Ciri-ciri ikan cakalang adalah badan memanjang seperti cerutu atau torpedo fusiform dan bentuk tubuh padat agak membulat, memiliki tapis insang gill raker 53-62 buah. Cakalang mempunyai dua sirip dorsal yang terpisah, sirip yang pertama mempunyai 14-16 jari-jari keras, sedangkan sirip kedua mempunyai 7-8 jari-jari lunak. Sirip dada pendek dan pada sirip perut terdapat 7-8 finlet dan terdapat rigi-rigi kedua lebih kecil pada masing-masing sisi perut dan sirip ekor. Pada sirip punggung terdapat 12-16 duri lemah, serta mempunyai 7-9 finlet pada bagian perut. Ikan cakalang tergolong ikan pelagis dan perenang cepat yang mencapai lebih dari 25 mil per jam. Sumber: Saanin 1984 Gambar 5 Cakalang Katsuwonus pelamis Penyebaran cakalang dapat meliputi skala ruang yang luas. Penyebarannya di Indonesia meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat suatu perairan seperti : suhu, makanan, massa air, salinitas dan arus. Kisaran suhu optimum untuk ikan cakalang sekitar 14,7 o C-30 o C. Cakalang merupakan perenang cepat dan melawan arus, mencari makan berdasarkan penglihatan dan sifatnya rakus terhadap makanan. Dalam gerakannya, cakalang mengandalkan loncatan lamban dan membentuk lengkungan Tampubolon 1980. Klasifikasi cakalang menurut Saanin 1984 : Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Class : Pisces Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidea Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Katsuwonus Species : Katsuwonus pelamis

2.4 Alat Bantu Penangkapan Rumpon Laut Dalam

2.4.1 Definisi dan klasifikasi

Keberhasilan usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan daerah penangkapan ikan fishing ground, gerombolan ikan dan potensinya untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan ikan. Beberapa cara untuk mendapatkan atau mengumpulkan kawanan ikan sebelum operasi penangkapan ikan dilakukan ialah menggunakan alat bantu penangkapan ikan. Alat bantu penangkapan ikan sering disebut Fish Agregating Device. Bentuk alat bantu penangkapan ikan ini antara lain “Rumpon” dan sinar lampu Light fisheries. Alat bantu penangkapan ikan berfungsi membantu untuk mengumpulkan ikan pada satu titik atau tempat yang kemudian di tempat itu dilakukan operasi penangkapan ikan Handriana 2007. Pada prinsipnya, alat bantu rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan agar mudah tertangkap. Ada beberapa dugaan penyebab ikan berkumpul di sekitar rumpon, diantaranya adalah karena rumpon dijadikan sebagai tempat berlindung dan mencari makan Subani dan Barus 1989. Rumpon adalah suatu bangunan yang menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam di suatu tempat di tengah laut.

2.4.2 Konstruksi dan pemasangannya

Pada umumnya rumpon Gambar 6 terdiri atas empat bagian penting, yaitu pelampung atau float, pemikat atau atraktor berupa daun kelapa atau daun lontar dan pemberat atau sinkeranchor Handriana 2007. Pelampung float berfungsi sebagai penanda keberadaan rumpon, pada pelampung biasanya dipasang bendera tanda. Tali panjang rope berfungsi menghubungkan pelampung dan pemberat, sedangkan pemberat berfungsi sebagai jangkar dengan tujuan agar rumpon menetap pada satu tempat atau tidak berpindah-pindah. Atraktor merupakan bagian yang paling penting karena berfungsi sebagai alat pengumpul ikan. Gambar konstruksi rumpon dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber : www.google.com Gambar 6 Rumpon Menurut kedalamannya, rumpon dibagi dua, yaitu rumpon laut dalam dengan kedalamannya lebih dari 600 m dan rumpon laut dangkal dengan kedalamannya kurang dari 100 m. Rumpon dikenal dengan nama daerah yang berbeda-beda, tendak Jawa, onjen Madura, robo Sumatera Barat, unjang dan ulasan Sumatera Timur, Sumatera Utara Handriana 2007. Rumpon yang dipergunakan sebelumnya sudah berada pada daerah penangkapan ikan yang ditentukan. Metode pengoperasian rumpon sendiri terbilang mudah karena hanya diapungkan saja dalam jangka waktu lama. Menurut Rosana dan Prasita 2008, sebelum melabuhkan rumpon, terlebih dahulu dilakukan survei perairan untuk memperoleh masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi yang sesuai untuk menerjunkan rumpon. Survei perairan di sepanjang landas kontinen Samudera Hindia menggunakan sejumlah peralatan, antara lain: penentuan posisi kapal dan kedudukan rumpon menggunakan GPS dan arah haluan, baringan kapal terhadap benda-benda daratan dilakukan dengan kompas tangan. Penempatan rumpon sebaiknya pada perairan landas kontinen berkisar 1 mil hingga 5 mil dari garis pantai, karena kedalaman perairan pada jarak lebih dari 5 mil di luar garis pantai cenderung berubah tajam memasuki lereng kontinen. Penempatan rumpon pada lereng kontinen sangat riskan bagi rumpon karena beberapa hal, antara lain: jangkar rumpon dapat tergelincir sliding ke dasar perairan yang lebih dalam, tali utama dapat bergesekan langsung dengan tubir karang dan hempasan gelombang pada lereng kontinen lebih besar dibandingkan pada landasan kontinen Rosana dan Prasita 2008. Menurut Rosana dan Prasita 2008 pelaksanaan pemasangan atau penerjunan rumpon sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, sebab pada saat itu kondisi laut umumnya dalam keadaan tenang. Adapun urutan pelaksanaan penerjunan rumpon dapat dijelaskan sebagai berikut: Pangkal tali atraktor dikaitkan dengan pelampung; 1. Ujung tali atraktor dikaitkan dengan pangkal tali pemberat rangkap dua; 2. Bila kapal sudah mendekati posisi lokasi penerjunan, kapal mengambil posisi melawan arus; 3. Pelampung yang diterjunkan, disusul tali atraktor yang diulur dan dilanjutkan dengan rakitan atraktor diterjunkan secara satu persatu agar tidak saling terkait dan melilit; 4. Rangkaian pemberat diterjunkan secara serentak.

2.5 Aspek Teknik

Aspek teknik meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek Kadariah et al. 1999. Menurut Umar 2003, analisis teknis digunakan dalam penentuan strategi produksi dan perencanaan produk. Tujuan studi aspek ini adalah untuk meyakini apakah secara teknik suatu usaha dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional. Analisis teknis untuk melihat hubungan faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi. Aspek teknik diperlukan untuk mengetahui produktivitas dari unit penangkapan. Oleh sebab itu, penilaian aspek teknik meliputi produktivitas per alat tangkap, per trip, per nelayan, per biaya operasional dan per biaya investasi Sparre dan Venema 1999.

2.6 Aspek Finansial