Definisi dan klasifikasi Konstruksi dan pemasangannya

2.4 Alat Bantu Penangkapan Rumpon Laut Dalam

2.4.1 Definisi dan klasifikasi

Keberhasilan usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan daerah penangkapan ikan fishing ground, gerombolan ikan dan potensinya untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan ikan. Beberapa cara untuk mendapatkan atau mengumpulkan kawanan ikan sebelum operasi penangkapan ikan dilakukan ialah menggunakan alat bantu penangkapan ikan. Alat bantu penangkapan ikan sering disebut Fish Agregating Device. Bentuk alat bantu penangkapan ikan ini antara lain “Rumpon” dan sinar lampu Light fisheries. Alat bantu penangkapan ikan berfungsi membantu untuk mengumpulkan ikan pada satu titik atau tempat yang kemudian di tempat itu dilakukan operasi penangkapan ikan Handriana 2007. Pada prinsipnya, alat bantu rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan agar mudah tertangkap. Ada beberapa dugaan penyebab ikan berkumpul di sekitar rumpon, diantaranya adalah karena rumpon dijadikan sebagai tempat berlindung dan mencari makan Subani dan Barus 1989. Rumpon adalah suatu bangunan yang menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam di suatu tempat di tengah laut.

2.4.2 Konstruksi dan pemasangannya

Pada umumnya rumpon Gambar 6 terdiri atas empat bagian penting, yaitu pelampung atau float, pemikat atau atraktor berupa daun kelapa atau daun lontar dan pemberat atau sinkeranchor Handriana 2007. Pelampung float berfungsi sebagai penanda keberadaan rumpon, pada pelampung biasanya dipasang bendera tanda. Tali panjang rope berfungsi menghubungkan pelampung dan pemberat, sedangkan pemberat berfungsi sebagai jangkar dengan tujuan agar rumpon menetap pada satu tempat atau tidak berpindah-pindah. Atraktor merupakan bagian yang paling penting karena berfungsi sebagai alat pengumpul ikan. Gambar konstruksi rumpon dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber : www.google.com Gambar 6 Rumpon Menurut kedalamannya, rumpon dibagi dua, yaitu rumpon laut dalam dengan kedalamannya lebih dari 600 m dan rumpon laut dangkal dengan kedalamannya kurang dari 100 m. Rumpon dikenal dengan nama daerah yang berbeda-beda, tendak Jawa, onjen Madura, robo Sumatera Barat, unjang dan ulasan Sumatera Timur, Sumatera Utara Handriana 2007. Rumpon yang dipergunakan sebelumnya sudah berada pada daerah penangkapan ikan yang ditentukan. Metode pengoperasian rumpon sendiri terbilang mudah karena hanya diapungkan saja dalam jangka waktu lama. Menurut Rosana dan Prasita 2008, sebelum melabuhkan rumpon, terlebih dahulu dilakukan survei perairan untuk memperoleh masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi yang sesuai untuk menerjunkan rumpon. Survei perairan di sepanjang landas kontinen Samudera Hindia menggunakan sejumlah peralatan, antara lain: penentuan posisi kapal dan kedudukan rumpon menggunakan GPS dan arah haluan, baringan kapal terhadap benda-benda daratan dilakukan dengan kompas tangan. Penempatan rumpon sebaiknya pada perairan landas kontinen berkisar 1 mil hingga 5 mil dari garis pantai, karena kedalaman perairan pada jarak lebih dari 5 mil di luar garis pantai cenderung berubah tajam memasuki lereng kontinen. Penempatan rumpon pada lereng kontinen sangat riskan bagi rumpon karena beberapa hal, antara lain: jangkar rumpon dapat tergelincir sliding ke dasar perairan yang lebih dalam, tali utama dapat bergesekan langsung dengan tubir karang dan hempasan gelombang pada lereng kontinen lebih besar dibandingkan pada landasan kontinen Rosana dan Prasita 2008. Menurut Rosana dan Prasita 2008 pelaksanaan pemasangan atau penerjunan rumpon sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, sebab pada saat itu kondisi laut umumnya dalam keadaan tenang. Adapun urutan pelaksanaan penerjunan rumpon dapat dijelaskan sebagai berikut: Pangkal tali atraktor dikaitkan dengan pelampung; 1. Ujung tali atraktor dikaitkan dengan pangkal tali pemberat rangkap dua; 2. Bila kapal sudah mendekati posisi lokasi penerjunan, kapal mengambil posisi melawan arus; 3. Pelampung yang diterjunkan, disusul tali atraktor yang diulur dan dilanjutkan dengan rakitan atraktor diterjunkan secara satu persatu agar tidak saling terkait dan melilit; 4. Rangkaian pemberat diterjunkan secara serentak.

2.5 Aspek Teknik