Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Efektivitas Subsidi Pupuk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi (Studi Kasus Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)
26 ∆Q
= Q
r
– Q
p
....................................................................................... 4.2 Dimana :
ΔQ = perbedaan jumlah kgha Q
r
= jumlah pupuk yang digunakan responden kgha
Q
p
= jumlah pupuk yang disarankan oleh pemerintah kgha
Ketepatan harga dalam indikator efektivitas subsidi pupuk diukur berdasarkan rumus 4.1. Berdasarkan rumus tersebut dilihat selisih antara harga
aktual dengan HET. Setelah itu dilakukan perbandingan antara responden yang memperoleh harga aktual sama dengan HET dengan responden yang memperoleh
harga aktual tidak sama dengan HET. Hasil dari perbandingan responden tersebut ditransformasi dalam bentuk persen. Adapun Tabel Indikator Empat tepat untuk
mengukur efektivitas subsidi pupuk disa dilihat di bawah ini. Tabel 4.2. Tabel Kriteria Indikator Empat Tepat
No Indikator
Kriteria 1.
Tepat Harga -
Harus sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi HET. 2.
Tepat Jumlah -
Harus sesuai dengan anjuran penggunaan pupuk oleh pemerintah.
- Urea sebanyak 200 kgha, SP36 sebanyak 75-100
kgha, dan KCL sebanayak 75-100 kgha.
3. Tepat Tempat
- Responden harus membeli di tempat pengecer
resmi. -
Pengecer resmi adalah perseorangan, kelompok tani, dan badan usaha baik yang berbentuk badan
hukum atau
bukan badan
hukum yang
berkedudukan di Kecamatan danatau Desa, yang ditunjuk oleh Distributor dengan kegiatan pokok
melakukan penjualan pupuk bersubsidi di wilayah tanggungjawabnya secara langsung.
4. Tepat Waktu
- Selalu ada setiap petani membutuhkannya.
Sumber : Deptan 2010
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kriteria yang digunakan pada setiap indikator. Untuk mengukur tingakat efektivitas menurut Sari 2007
Apabila presentasi tepat harga sama dengan atau lebih besar dari 80 persen maka indikator tepat harga dikategorikan efektif. Ketepatan tempat dalam indikator
efektivitas kebijakan subsidi pupuk diukur berdasarkan kios tempat responden membeli pupuk yaitu di pengecer resmi atau bukan pengecer resmi. Selanjutnya
dilakukan perbandingan antara responden yang membeli pupuk di pengecer resmi dengan bukan pengecer resmi dalam bentuk persen. Apabila persentase yang
27 membeli pupuk di pengecer resmi sama dengan atau lebih besar dari 80 persen
maka dapat dikategorikan efektif pada indikator tepat tempat. Indikator selanjutnya pada kebijakan subsidi pupuk adalah indikator tepat
waktu. Indikator ini diukur berdasarkan pendapat responden tentang tersedia atau tidaknya pupuk ketika dibutuhkan oleh responden atau dapat dikatakan bahwa ada
atau tidaknya kelangkaan pupuk. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara responden yang berpendapat bahwa pupuk selalu ada setiap dibutuhkan dengan
responden yang berpendapat bahwa masih ada kelangkaan pupuk dalam bentuk persen. Apabila presentase tingkat ketepatan atau persentase responden yang
menyatakan bahwa pupuk selalu ada ketika dibutuhkan sama dengan atau lebih besar dari 80 persen maka dapat dikategorikan bahwa tepat waktu sudah efektif.
Indikator terakhir dalam penentuan efektivitas kebijakan subsidi pupuk adalah indikator tepat jumlah. Pengukuran tepat jumlah ini berdasarkan selisih
antara jumlah aktual dengan jumlah seharusnya yang dijelaskan pada rumus 4.2. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara responden yang menggunakan pupuk
sesuai dengan anjuran dengan responden yang menggunakan pupuk tidak sesuai anjuran dalam bentuk persen. Apabila persentase responden yang menggunakan
pupuk sesuai anjuran sama dengan atau lebih besar dari 80 persen maka dapat dikategorikan efektif pada indikator tepat jumlah. Dari keseluruhan persentase
indikator dibuat rata-ratanya dalam bentuk persen. Apabila rata-rata tingkat ketepatan sama dengan atau lebih dari 80 persen maka dapat dikategorikan bahwa
kebijakan subsidi pupuk sudah efektif.