Hasil Penelitian Sebelumnya Analisis Efektivitas Subsidi Pupuk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi (Studi Kasus Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

17 dihasilkan oleh perubahan dalam satu masukan produksi. Teori ini sering disebut dengan Marginal Physical Product Produk Fisik Marginal yang pengertiannya adalah keluaran tambahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan yang dapat di produksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut dengan mempertahankan semua masukan lain tetap konstan. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : Produk fisik Marginal dari modal : ............................................................................................ 3.1 Produk fisik marginal dari tenaga kerja : ...............................................................................................3.2 Produk fisik marginal dari sebuah masukan bergantung pada jumlah masukan tersebut yang dipergunakan. Sebagai contoh pupuk tidak dapat ditambahkan secara tidak terbatas untuk sebidang tanah tertentu dengan mempertahakan jumlah peralatan, tenaga kerja, dan sebagainya yang pada akhirnya akan menunjukkan penurunan produktivitas. Hal ini akan dijelaskan pada Gambar 3.1. Kurva pada Gambar 3.1 memperlihatkan produktivitas rata-rata danproduktivitas marginal untuk pupuk dapat diturunkan dari kurva produk total.Kurva TPP dalam a mewakili hubungan antara masukan pupuk dan keluaran, dengan asumsi bahwa semua masukan lain dipertahankan konstan. Pada b diperlihatkan bahwa kurva TPP merupakan produk marginal pupuk MPP, dan kemiringan kurva yang menggabungkan titik asal dengan satu titik di kurva TPPmenghasilkan produk rata-rata pupuk APP. Kurva ini menjelaskan hubungan antara jumlah masukan tertentu pupuk dan keluaran atau output total TP P . Untuk jumlah pupuk yang kecil, keluaran meningkat dengan cepat kemudian pupuk ditambahkan tetapi karena semua masukan lain tetap konstan, pada akhirnya kemampuan pupuk tambahan untuk menghasilkan keluaran tambahan mulai menurun. Pada akhirnya, pada P, keluaran mencapai tingkat maksimum dimana pada setiap pupuk yang ditambahkan akan mengurangi keluaran. 18 Jumlah Per Periode Q 3.1.3Teori Kebijakan Pemerintah dalam Perpupukan Kebijakan pemerintah dalam perpupukan yaitu mengenai kebijakan harga eceran tertinggi. Menurut Manaf 2000, kebijakan ini dilatarbelakangi oleh fungsi pupuk sebagai kebutuhan yang esensial dalam meningkatkan produksi pertanian terutama tanaman bahan makanan. Oleh karena itu pemerintah merasa perlu menetapkan harga eceran tertinggi pupuk untuk melindungi petani sebagai konsumen pupuk. Dalam penetapan harga tersebut, pemerintah mempertimbangkan agar harga pupuk tetap berada dalam kisaran kemampuan petani untuk membeli pupuk dalam dosis yang optimal. Mekanisme pembentukan harga pupuk setelah adanya kebijakan subsidi diperlihatkan oleh gambar berikut ini. Masukan Pupuk Per Periode x P P P a Produk Total Kurva Pupuk MPP, APP MPP APP Masukan Pupuk Per Periode x P P P b Kurva Produk Rata-Rata dan Marginal untuk Pupuk Sumber : Nicholson, 2011 Gambar 3.1 Kurva Hubungan antara Input Pupuk dan Output Total TPP 19 Harga P Sumber : Manaf 2000 Gambar 3.2 Mekanisme Pembentukan Harga Pupuk Setelah Adanya Kebijakan Subsidi. Pada Gambar 3.2, keseimbangan awal sebelum ada kebijakan pemerintah mengenai harga eceran tertinggi berada pada titik E dengan tingkat harga sebesar P E dan jumlah pupuk sebesar Q E . Saat pemerintah melakukan kebijakan dengan menetapkan harga tertinggi, maka harga yang efektif adalah bila ditetapkan sebesar P S , yaitu dibawah harga keseimbangan. Pada tingkat harga P S produsen hanya mau menawarkan sebesar Q S , sementara yang diminta konsumen adalah sebesar Q D , sehingga terjadi excess demand sebesar Q S Q D .Sementara itu titik C menunjukkan keadaan tingkatharga dan jumlah yang seharusnya terjadi dipasar. Campur tangan pemerintah tersebut mendorong peningkatan jumlah penawaran pupuk ke Q D pada tingkat harga sebesar P S dengan membiayainya melalui pemberian subsidi kepada produsen pupuk.

3.1.4 Subsidi dan Elastisitas

Subsidi akan menggeser kurva permintaan ke atas untuk konsumsi bersubsidi subsidized consumption atau kurva penawaran ke bawah untuk produksi bersubsidi subsidized production. Pengaruh kedua jenis subsidi ini P E P S C E S D Q E Q S Q D Harga Tertinggi Pupuk Q 20 pada kurva permintaan dan penawaran dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4. Sumber : Spencer dan Amos 1993 Gambar 3.3 Pengaruh Konsumsi Bersubsidi Pada Gambar 3.3 konsumsi bersubsidi menggeser kurva permintaan D ke atas menjadi kurva permintaan D’. Di mana semakin banyak barang atau jasa dijual dengan harga subsidi akan semakin banyak jumlah permintaan konsumen terhadap barang atau jasa tersebut. Permintaan akan barang bersubsidi bergeser ke kanan atas karena daya beli masyarakat akan barang tersebut menjadi menguat. Harga barang tersebut menjadi lebih murah jika dibandingkan dengan harga tanpa disubsidi. Kecenderungan masyarakat untuk membeli barang tersebut juga meningkat karena harganya yang lebih terjangkau dan ketersediaan barang tersebut di masyarakat. Sumber : Spencer dan Amos 1993 P D’ D S Q P S’ D S Q