Perumusan Masalah Analisis Efektivitas Subsidi Pupuk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi (Studi Kasus Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

7

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis efektivitas kebijakan subsidi pupuk terhadap empat indikator keberhasilan subsidi pupuk. 2. Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi permintaan pupuk Urea di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor?

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan akan diperoleh temuan-temuan tentang informasi mengenai kemampuan membayar HET pupuk bersubsidi , sehingga dapat menjadi masukkan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam menerapkan kebijkan subsidi pupuk di masa yang akan datang dalam usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini juga berguna untuk meningkatkan wawasan penulis serta bagi akademisi diharapkan menjadi salah satu rujukan pustaka dalam membuat penulisan-penulisan ilmiah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Hal-hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, antara lain : Lokasi penelitian yaitu Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis indikator keberhasilan subsidi pupuk. Data yang digunakan adalah data primer yang dilakukan dengan survey lapang. 8 II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Subsidi Subsidi adalah cadangan keuangan dan sumberdaya lainnya untuk mendukung sesuatu kegiatan usaha atau perorangan oleh pemerintah.Subsidi dapat bersifat langsung dalam bentuk uang tunai, pinjaman bebas bunga, dan sebagainya, atau tidak langsung pembebasan penyusutan, potongansewa dan semacamnya. Subsidi dapat bertujuan untuk: 1 subsidi produksi dimana pemerintah menutup sebagian biaya produksi untuk mendorong peningkatan output produk tertentu dan dimaksudkan untuk menekan harga dan memperluas penggunaan produk tersebut, 2 subsidi ekspor, yang diberikan pada produk ekspor yang dianggap dapat membantu neraca perdagangan Negara, 3 subsidi pekerjaan, yang diberikan untuk membayar sebagian dari beban upah perusahaan agar dapat diserap lebih banyak pekerjaan dan mengurangi pengangguran, dan 4 subsidi pendapatan, yang diberikan melalui sistem pembayaran transfer pemerintah untuk meningkatkan standar hidup minimum sebagian kelompok tertentu seperti tunjangan hari tua dan lainnya Pass, 1997. Mengacu pada uraian diatas yang dimaksud dengan subsidi pupuk dalam penelitian ini adalah subsidi produksi yang diberikan oleh pemerintah untuk menanggung sebagian besar biaya produksi pupuk agar bisa dicapai harga jual yang diinginkan.

2.2 Subsidi Pupuk

Pupuk bersubsidi menurut Kepmen Pertanian No: 106KptsSR.130 22004 merupakan pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dan ditetapkan dengan Harga Eceran Tertinggi HET di tingkat petani. Pupuk bersubsidi di Indonesia disalurkan untuk sektor pertanian yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman yang meliputi: tanaman pangan, hortokultura, perkebunan dan hijauan makanan ternak. Usaha budidaya tanaman adalah semua usaha untuk membudidayakan tanaman secara terus menerus. 9 Pupuk bersubsidi diadakan dan didistribusikan untuk kegiatan usaha budidaya tanaman yang dikerjakan oleh petani pekebun dan peternak, bukan untuk perusahaan perkebunan, perusahaan tanaman pangan, perusahaan holtikultura atau perusahaan peternakan. Jenis pupuk bersubsidi yaitu, pupuk Urea, Superphos, ZA, NPK dan pupuk Organik. Pupuk bersubsidi ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2005. Lingkup pengawasan mencakup pengadaan dan penyaluran, termasuk jenis, jumlah mutu, wilayah tanggung jawab, harga eceran tertinggi HET dan waktu pengadaan dan penyaluran. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi diatur oleh Kepmen Perindustrian dan perdagangan No: 356Kep52004, dimana pendistribusian pupk bersubsidi telah diatur mulai dari lini I sampai dengan lini IV. Adapun pengertian Lini I – Lini IV berdasarkan Keputusan Menperindag No: 70MPPKep22003 yaitu, Lini I adalah lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik pupuk dalam negeri atau di wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impor. Lini II adalah adalah lokasi gudang di wilayah ibukota Provinsi dan Unit Pengantoran Pupuk UPP atau diluar wilayah pelabuhan. Lini III adalah lokasi gudang Distributor pupuk dan atau Produsen di wilayah KabupatenKotamadya yang ditunjukditetapkan oleh produsen. Sedangkan Lini IV adalah lokasi gudang pengecer yang ditunjukditetapkan oleh Distributor.Konsep pengawasan terhadap distribusi pupuk bersubsidi disusun secara terpadu dan menyatu dengan konsep perencanaan serta konsep pengadaan dan distribusinya. Pengawasan pupuk bersubsidi dilakukan secara terpadu dan terintegrasi antara unsur petanikelompok tani, unsur pemerintah dan stakeholder lainnya. Dalam implementasinya, KP3, bersama-sama dengan PPNS dibantu oleh penyuluh pertanian di lapangan termasuk Tenaga Harian Lepas THL, Tenaga Bantu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, Pengamat Hama dan Penyakit POPT-PHP. 10

2.3 Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya dengan output realisasi atau sesungguhnya, dikatakan efektif jika output seharusnya lebih besar daripada sesungguhnya Schemerhon John R. Jr, 1986. Menurut Hidayat 1986 efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas, dan waktu telah tercapai.Semakin besar persentase yang dicapai, maka semakin tinggi efektivitasnya. Menurut Gibson 2002, efektivitas adalah sasaran telah disepakati atas usaha bersama. Pengertian efektivitas yang digunakan penelitian mengacu pada pengertian di atas, yaitu suatu ukuran pencapaian target yang menunjukkan output realisasi dari yang seharusnya tercapai.

2.4 Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan variabel tidak bebas Soekartawi, 2002. Dalam model regresi faktor-faktor yang mempengaruhivariabel tak bebasnya harus diketahui terlebih dahulu.Menurut Juanda 2009 untuk menduga parameter dari persamaan regresi digunakan metode kuadrat terkecil atau metode OLS Ordinary Least Square. Prinsip dasar dari terkecil adalah meminimumkan jumlah kuadrat simpangan antara data aktual dengan data dugaannya. Terdapat beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi agar metode OLS dapat menghasilkan estimator yang paling baik pada model-model regresi. Pertama, model regresi linier: linier dalam parameter, terspesifikasi dengan benardan memiliki error term yang bersifat additif. Kedua, nilai rata-rata atau nilai yang diharapkan dari variabel disturbance atau error term adalah nol. Ketiga, kovarian antara variabel disturbance, Ui dengan variabel Xi adalah nol. Keempat, varian dari variabel residu, disturbance adalah sama atau homoskedastisitas. Kelima, tidak ada otokorelasi antar variabel disturbance pada pengamatan satu dengan pengamatan yang lain. Keenam, tidak ada korelasi sempurna antar variabel-variabel bebas.Ketujuh, variabel error term memiliki distribusi normal. 11 Data untuk variabel X independen pada regresi linier dapat berupa data pengamatan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti experimental of fixed data maupun data yang belum ditetapkan sebelumnya oleh peneliti observational data. Perbedaan pada kedua data ini adalah jika menggunaakan fixed data data yang telah ditetapkan maka informasi yang diperoleh lebih kuat dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel X dan variabel Y. Namun, jika menggunakan observational data, informasi yang diperoleh belum tentu merupakan hubungan sebab akibat. Fixed data biasanya diperoleh melalui percobaan laboratorium dimana peneliti telah memilki beberapa nilai variabel X yang ingin diteliti. Pada observational data variabel X yang diamati tergantung keadaan di lapangan dimana biasanya data ini diperoleh dengan menggunakan kuisioner. Pada penelitian ini menggunakan data berupa observational data. Variabel-variabel ini akan dibentuk persamaan regresi untuk dapat merepresentasikan hubungan dari data-data yang diperoleh.

2.5 Penyaluran, Pengadaan, dan Pengawasan Pupuk Bersubsidi

Alokasi pupuk bersubsidi menurut Peraturan Bupati Bogor Nomor 13 Tahun 2010 dihitung berdasarkan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis dengan mempertimbangkan usulan kebutuhan yang diajukan Pemerintah Daerah, serta alokasi anggaran subsidi pupuk tahunan. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan sebagaimana tertuang dalm Peraturan menteri Pertanian No: 40PermentanOT.14042007. Pengadaan pupuk adalah proses penyediaan pupuk bersubsidi yang dilakukan oleh produsen yang berasal dari produksi dalam negeri dan atau impor Peraturan Bupati Bogor Nomor 13 Tahun 2010. Penyaluran pupuk adalah proses pendistribusian pupuk bersubsidi dari produsen sampai dengan petani dan atau kelompok tani sebagai konsumen akhir Peraturan Bupati Bogor Nomor 13 Tahun 2010. Pelaksana pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai ke penyaluran Lini IV pengecer resmi dilakukan sesuai ketentuan peraturan