Sistem Kesehatan Nasional TINJAUAN PUSTAKA

Rasio alokasi belanja aparatur dan belanja publik terhadap APBD Kota Bekasi periode 1983-2005 masing-masing 49,33 persen dan 50,67 persen. Yuanita 1992, menyatakan faktor- faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu adalah, tingkat pendidikan dan aksesibilitas pelayanan kesehatan, wanita dengan tingkat pendidikan rendah cenderung nikah diusia muda, hal ini berdampak pada kematian ibu karena rendahnya tingkat kesadaran terhadap pentingnya menjaga kesehatan sewaktu hamil. Faktor kesulitan mengakses fasilitas kesehatan berakibat penanggulangan terhadap kematian ibu sulit dilakukan karena masyarakat sulit menjangkau pusat layanan kesehatan yang telah disediakan, ketika masyarakat membutuhkan. Aryastami2006, menyatakan bahwa alokasi dan realisasi anggaran Kesehatan Ibu dan Bayi tahun 2005 di Kota Kupang, proporsi dana untuk kegiatan program Kesehatan Ibu dan Bayi terhadap total anggaran kesehatan. Dengan menggunakan metode analis data District Health Account DHA. Hasilnya Pengalokasian anggaran untuk kegiatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi perlu dihitung secara benar, ditambah dan atau direlokasi dalam upaya mempercepat penurunan angka kematian Ibu dan Bayi. Sebagai program prioritas, perlu dialokasikan anggaran secara cukup, tepat sasaran serta dihitung berdasarkan kebutuhan. Huda 2007, memperlihatkan proporsi ibu yang melahirkan tidak disarana kesehatan lebih besar daripada ibu yang melahirkan di sarana kesehatan, yang potensial berdampak pada kematian ibu. Prinsip dasar pelayanan kesehatan ibu adalah setiap persalinan baik yang terjadi di rumah ataupun di sarana kesehatan harus mendapat pertolongan oleh petugas kesehatan yang terlatih sehingga tidak terjadi komplikasi obstetri. Manalu 2007, menyatakan bahwa APBD Kesehatan berpengaruh kuat terhadap perubahan indikator-indikator derajat kesehatan. Artinya semakin besar alokasi dana APBD Dinas Kesehatan semakin tercapai indikator-indikator derajat kesehatan secara optimum dan sebaliknya apabila semakin rendah alokasi dana APBD untuk Dinas Kesehatan semakin lambat pula tercapainya indikator derajat kesehatan. Ternyata alokasi dana APBD untuk Dinas kesehatan Kabupaten Bengkalis rata-rata selama lima tahun 2001-2006 hanya mencapai 1,28 persen. Suhendrawati 2009 menyatakan bahwa Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi angka kematian ibu adalah pendapatan per kapita dan puskesmas bernilai negatif yang berarti setiap kenaikan pendapatan per kapita masyarakat dan penambahan jumlah puskesmas akan menurunkan angka kematian ibu. Sedangkan posyandu, secara statistik signifikan mempengaruhi angka kematian ibu, namun koefisien regresi bernilai positif di mana hasilnya berlawanan dengan harapan yaitu setiap penambahan posyandu akan terjadi peningkatan kematian ibu. Hal ini diduga disebabkan oleh menurunkannya kinerja posyandu karena keterbatasan peralatan dan tempat yang memadai. Abdur Rofi‟ 2007,Variabel pada faktor-faktor eksogen dan endogen yang memiliki keterkaitan atau pengaruh terhadap kematian bayi adalah usia kawin pertama ibu, munisasi PIN pada bayi dan imunisasi BCG pada bayi, sedangkan yang tidak berpengaruh adalah pemeriksaan kesehatan ibu hamil, perilaku ibu merokok, imunisasi tetanus pada saat ibu hamil, pendidikan ibu, imunisasi polio pada bayi, imunisasi DPT pada bayi, imunisasi campak pada bayi, imunisasi hepatitis B pada bayi dan morbiditas atau kesakitan pada bayi dan yang memiliki keterkaitan paling kuat adalah PIN dan imunisasi BCG pada bayi. Sunyoto 2007 menyatakan bahwa pembangunan pusat-pusat pelayanan kesehatan di Kabupaten Gunungkidul masih mengikuti sistem fix facility. Sistem semacam itu melembagakan relasi sosial yang menempatkan tenaga-tenaga medis maupun paramedis kurang pro-aktif memberikan pelayanan kesehatan. Kedua, lokasi fasilitas-fasilitas kesehatan berhubungan erat dengan tingkat adaptasi masyarakat terhadap kebijakan atau program pelayanan kesehatan. Akses penduduk pada fasilitas kesehatan yang bertempat tinggal atau berdomisili di desa-desa yang tergolong prasejahtera kebanyakan penduduk miskin lebih rendah daripada mereka yang berdomisili di desa-desa yang tergolong sejahtera. Ketiga, variabel kesenjangan spasial spatial inequality memiliki implikasi penting terhadap tingkat aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan tidak dapat diberikan secara optimal apabila kebijakan diimplementasikan mengabaikan masalah kesenjangan spasial tersebut.