Kondisi Kependudukan METODOLOGI KAJIAN

Sementara itu, laju inflasi di Kabupaten Bogor dari tahun 2006-2010 berfluktuasi dengan laju tertinggi terjadi pada tahun 2008. Secara rata-rata, laju inflasi di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010 mencapai sebesar 6,14 persen. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 15. Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011 Gambar 15. Laju Inflasi di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010

4.4 Kondisi Sosial

Keberhasilan pembangunan di Kabupaten Bogor dari sudut pandang sosial dapat dilihat dari berbagai hal, diantaranya adalah capaian Indeks Pembangunan Manusia IPM terutama pada aspek kesehatan dan pendidikan. Hingga tahun 2010 IPM Kabupaten Bogor mencapai 72,16 poin. Perkembangan capaian IPM tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Capaian IPM Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010 Tahun IPM Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Kemampuan Daya Beli IPM 2007 67,63 93,59 7,20 623,09 70,08 2008 68,03 93,59 7,20 627,74 70,66 2009 68,44 94,29 7,54 628,34 71,35 2010 68,86 95,02 7,98 629,62 72,16 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011 Besarnya harapan hidup masyarakat Kabupaten Bogor semakin lama semakin meningkat hingga pada tahun 2010 mencapai usia hampir 69 tahun. Pada bidang pendidikan, masih terdapat 4,98 persen penduduk diatas usia 15 tahun yang buta huruf, dan rata-rata pendidikan masyarakat Kabupaten Bogor baru menamatkan jenjang pendidikan dasar tingkat SDsederajat dan baru menyelesaikan jenjang pendidikan SMPsederajat pada kelas tujuh. Sementara itu, kemampuan daya beli masyarakat baru mencapai Rp 629.620,00 pertahun. Apabila dilihat dari laju peningkatan IPM dan komponen-komponennya, maka dari tahun 2007 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan IPM dengan laju peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata lama sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan dibidang pendidikan lebih besar terlihat hasilnya dibandingkan dengan pembangunan di bidang kesehatan maupun ekonomi. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Laju Peningkatan Capaian IPM Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010 Tahun IPM Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Kemampuan Daya Beli IPM 2007-2008 0,59 0,00 0,00 0,75 0,83 2008-2009 0,60 0,75 4,72 0,10 0,98 2009-2010 0,61 0,77 5,84 0,20 1,14 Rata-Rata Peningkatan 0,60 0,51 3,52 0,35 0,98 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011 Dekatnya wilayah Kabupaten Bogor dengan ibukota negara memberikan dampak positif dan negatif terhadap kondisi sosial masyarakat. Dampak positif terutama dirasakan dari tingginya aksesibilitas dan kemudahan pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat, sedangkan dampak negatif yang muncul adalah tingginya kasus kriminalitas, kecelakaan lalu lintas, dan masalah sosial lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan Kasus Masalah Sosial di Kabupaten Bogor Tahun 2007 dan Tahun 2010 Masalah Sosial Tahun Kenaikan Kasus 2007 2010 Kecelakaan Lalu Lintas 162 518 219,75 Kriminalitas 2.455 4.864 98,13 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2007 dan 2011 Berdasarkan data pada Tabel 18, persentase peningkatan kasus kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Bogor sangat tinggi hingga mencapai 219,75 persen pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2007, sedangkan kasus kriminalitas meningkat sebesar 98,13 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor rawan kecelakanaan lalu lintas dan kriminalitas. Di samping itu, masalah kesejahteraan sosial juga banyak terjadi di Kabupaten Bogor, baik berlatar belakang korban, anak, maupun latar belakang sosial lainnya. Masalah kesejahteraan keluarga yang terjadi di Kabupaten Bogor 90,62 persen disebabkan oleh latar belakang keluarga. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 16. Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011 Gambar 16. Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bogor Tahun 2010

4.5 Kondisi Pemerintahan Kabupaten Bogor

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013 bahwa Rencana Strategis atau disebut Renstra adalah rencana lima tahunan yang menggambarakan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, program dan kegiatan daerah. Sejak tahun anggaran 2009 sampai saat ini, istilah Renstra hanya digunakan untuk tataran SKPD, sedangkan pada tataran Pemerintah Kabupaten Bogor telah diganti dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD sebagaimana ketentuan yang berlaku. Visi Pemerintah Kabupaten Bogor adalah perpaduan dari visi kepala daerah dengan perangkat daerahnya untuk tahun 2009-201 3, yaitu : “Mewujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang berdaya, berbudaya menuju sejahtera berdasar kan iman dan Takwa”. Pernyataan visi di atas, kemudian dijabarkan lagi kedalam pernyataan misi yang terdiri dari 6 enam misi, yaitu : 1. Meningkatkan kesolehan sosial anggota masyarakat dalam kehidupan kemasyarakatan 2. Meningkatkan perekonomi daerah yang berdaya saing dengan titik berat pada revitalisasi pertanian 3. Meningkatkan infrastruktur dan aksesibilitas daerah yang berkualitas dan integritas secara berkelanjutan 4. Meningkatkan pemerataan dan kualitas penyelenggaraan pendidikan 5. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas 6. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan kinerja penyelenggaraan pmemerintahan daerah 7. Meningkatkan kerjasama pembangunan daerah Ketujuh misi diatas, kemudian diimplementasikan kedalam prioritas pembangunan daerah yang terdapat dalam dokumen RKPD, KUA dan PPAS pada setiap tahun anggaran. Rumusan prioritas pembangunan daerah yang terdapat dalam dokumen tersebut, seringkali jumlah prioritas dan rumusan prioritasnya berbeda-beda pada setiap tahun anggaran, Hanya saja, fokus dari masing-masing prioritas pembangunan tidak konsisten urutannya dan tidak berkesinambungan di masing-masing prioritas pembangunan.