Hubungan Media Promosi dengan Skor Siswa

dipahami. Dengan indikator seperti ini berarti tulisan, isi pesan maupun bentuk media promosi cukup bagus dan dapat digunakan untuk mensosialisasikan keamanan pangan kepada siswa- siswa sekolah dasar. Menumbuhkan pengetahuan akan pentingnya pengetahuan tentang keamanan pangan memerlukan waktu dan sarana. Media promosi adalah sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima dan dipahami. Siswa sekolah dasar memerlukan waktu yang cukup untuk dapat memahami pesan-pesan yang disampaikan melalui media promosi leaflet, poster dan komik yang tentunya isinya lebih mengarah pada pengetahuan yang mampu diserap dan dimengerti oleh anak-anak seusia sekolah dasar. Oleh karena itu isi pesannya disesuaikan dengan anak-anak yang akan membacanya, sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi maksimal. Apabila isi pesan pada media promosi tidak disesuaikan dengan kata-kata yang mudah dipahami anak usia sekolah dasar, maka sasaran dan harapan agar anak- anak mengerti tentang keamanan pangan tidak akan terwujud, begitu juga dengan sosialisasi yang disampaikan kepada anak- anak, tentunya bahasa yang diberikan disesuaikan dengan bahasa anak-anak. Skor siswa sebelum dan sesudah diberi media promosi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

4.2.4 Hubungan Media Promosi dengan Skor Siswa

Tabel 4 Skor siswa sebelum dan sesudah diberi media promosi Skor seluruh siswa sebelum dan sesudah diberi media promosi menunjukkan adanya perubahan meskipun tidak terlalu signifikan, dilihat dari hasil jawaban kuesioner pretest hampir 80 persen menjawab dengan jawaban yang benar dan sesudah diberi media promosi postest terlihat adanya kenaikan No. Sekolah sebelum sesudah selisih Media 1 SDN 01 TT 171 186 15 Komik 2 SDN 09 JB 200 209 9 Komik 3 SDN 01 JB 175 192 17 Leaflet 4 SDN 29 JB 139 153 14 Poster 5 SDN 17 TT 124 142 18 Poster 6 SDN 21 TT 130 134 4 Leaflet skor yang jawabannya hampir 100 persen benar. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan siswa dengan dibagikan media promosi kepada mereka. Untuk melihat korelasi antara uang jajan dengan selisih skor siswa dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Korelasi antara uang jajan dengan selisih skor siswa Uang jajan siswa sangat berpengaruh terhadap selisih skor. Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah uang jajan siswa semakin tinggi selisih skor. Untuk kesimpulan sementara status sosial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap keamanan pangan. Pada waktu jam istirahat di saat rasa lapar mulai terasa, anak SD mencari alternatif untuk mengatasi rasa lapar dengan cara jajan. Bagi siswa yang uang sakunya banyak mungkin akan membeli jajanan yang lebih mahal yang dapat menghilangkan rasa lapar, namun bagaimana dengan siswa yang uang sakunya kecil ?. Hal ini dapat menjadi masukan mengapa anak yang tingkat sosial lebih tinggi dapat menerima pesan dan pelajaran yang disampaikan sekolah kepadanya sementara pada anak SD yang status sosialnya lebih rendah akan sulit menerima pelajaran dengan kondisi tubuh yang lemah, karena kurang asupan gizi. Menurut Februhartanty 2004, makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36, protein 29 dan zat besi 523. Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut masih dipertanyakan baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi. Persentase selisih skor pengetahuan siswa tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Persentase selisih skor pengetahuan siswa tentang aspek Keamanan Pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda. Untuk media promosi poster selisih skor tertinggi adalah 12.38 untuk sekolah kriteria A dan 19.04 untuk sekolah kriteria B. Untuk media promosi komik selisih skor tertinggi adalah 5.43 untuk sekolah kriteria A dan 12.14 untuk sekolah kriteria B. Untuk media promosi leaflet selisih skor tertinggi adalah 11.48 untuk sekolah dengan kriteria A, dan 3.65 untuk sekolah kriteria B. Poster mendapat nilai persentase tertinggi dalam meningkatkan pengetahuan siswa dibanding leaflet dan komik. Dari data yang terdapat pada Gambar 10 dapat disimpulkan perlunya differensiasi penggunaan media promosi dengan mempertimbangkan kualitas fisik sekolah. Media promosi berupa poster lebih mudah dipahami dibandingkan media promosi leaflet atau komik. Hasil penelitian Saptarini, 2005 menyatakan tingkat pemahaman responden terhadap poster cukup tinggi, dari 160 responden 70 menyatakan bisa memahami pesan yang terdapat pada poster. Media poster yang berukuran besar, lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk lebih memperhatikan dan membaca dibandingkan dengan media leaflet atau komik. Menurut Soehout, 2002 jenis, bentuk dan ukuran tulisan bisa dijadikan faktor daya tarik dalam suatu media poster untuk menarik perhatian orang yang mengamatinya. Tulisan yang banyak dengan font yang kecil pada leaflet membutuhkan waktu yang khusus untuk membaca dan menelaah isi sehingga peluang untuk dibaca siswa lebih sedikit. Hal yang sama juga berlaku untuk media promosi berupa komik. Perbandingan selisih skor siswa sekolah kriteria A dengan siswa dari sekolah kriteria B, disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Perbandingan selisih skor siswa antara sekolah Kriteria A dengan sekolah kriteria B. Media promosi Sekolah A Sekolah B Total Selisih Skor Rata-rata Selisih skor Poster SDN 29 Johar baru 12.38 SDN 17 Tanah tinggi 19.04 31.42 15.71 Komik SDN 09 Mardani 5.43 SDN 01 Tanah tinggi 12.14 17.57 8.79 Leaflet SDN 01 Johar baru 11.48 SDN 21 Johar baru 3.65 15.13 7.57 Media promosi yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang keamanan pangan terdiri dari poster, komik dan leaflet. Dari dua kriteria sekolah yang disurvei, media promosi yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan siswa adalah poster dibandingkan dengan komik atau leaflet. Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai rata-rata selisih skor siswa dengan media promosi poster yaitu 15.71, komik 8.79 dan leaflet 7.57. Berdasarkan hasil perhitungan selisih skor, media promosi poster memiliki nilai lebih dibandingkan komik dan leaflet dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Menurut Jefkins 1997 yang dirujuk dari skripsi Saptarini, bahwa keunggulan poster adalah berukuran besar berisi pesan singkat yang ditulis dengan huruf yang besar dengan corak warna tertentu sehingga mudah diingat. Menurut Fardiaz 2006, Poster termasuk media cetak below the line biaya produksinya tidak terlalu mahal. Semakin banyak jumlah yang dicetak maka biaya satuannya menjadi lebih murah. Beberapa hal yang harus diingat dalam mencetak poster adalah, ukuran huruf tidak terlalu kecil, tidak terlalu padat kata-kata, gunakan gambar yang menarik dan tidak terlalu banyak warna-warni Keberadaan Poster yang ditempel di tempat yang sering terlihat oleh siswa akan menyebabkan siswa terekspos berkali-kali untuk melihat dan membaca dengan tidak sengaja. Penempatan poster yang strategis akan mempengaruhi frekuensi siswa untuk melihat dan membaca pesan lebih sering dibandingkan dengan membaca leaflet atau komik. Hal ini merupakan faktor pendukung yang bagus dalam menyampaikan pesan keamanan pangan kepada masyarakat di sekolah siswa, guru dan pedagang jajanan yang ada di sekolah. Menurut Kennedy 2009, Kelebihan dari media outdoor advertising adalah frekuensi konsumen akan terekspos berapa kali selama kurun waktu pemasangan dan memasukkannya dalam level frekuensi yang tertinggi. Poster media promosi keamanan pangan dapat dimasukkan ke dalam golongan media outdoor advertising. Pendalaman lebih lanjut melalui wawancara dengan responden menunjukkan belum adanya tool yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan. 4.3 Guru dan Media Promosi 4.3.1 keberadaan media promosi di sekolah