Undang –Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan

Pesan komunikasi, mencakup antara lain pesan. Pesan adalah “produk fisik yang nyata dari komunikator” Berlo, 1960 ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam penyajian pesan yaitu 1 lambang atau bahasa yang digunakan, 2 isi pesan dan 3 cara penyajian pesan tersebut. Selain itu, pesan juga harus disesuaikan dengan latar belakang publik penerima pesan, baik sumber rujukan mereka frame of references maupun pengalaman mereka field of experiences. Pesan yang disampaikan harus memiliki intensitas, yaitu 1 durasi atau lamanya kegiatan itu berlangsung, 2 frekuensi atau kekerapan berlangsungnya kegiatan tersebut dan 3 kontinuitas atau kesinambungan dari kegiatan itu sendiri Perangin-angin, 2007. Media secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak adalah suatu media yang statis dan menggunakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar dan foto, dalam tata warna dan halaman putih. Dalam pengertian ini media cetak terdiri dari surat kabar, majalah, brosur, poster dan buklet. Media elektronik meniadakan jarak dan waktu, karena memiliki jangkauan wilayah yang sangat luas. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar dan nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Dalam pengertian ini media elektronik terdiri dari radio, televisi dan internet.

2.6 Undang –Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan

Pembangunan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Pasal 2. Tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalah : a. Tersedianya pangan yang memenuhi persyaraan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia, b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab, c. Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat Pasal 3. Menurut UU Pangan No.7 Tahun 1996, Pangan adalah sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Menurut pasal 1 ayat 2 UU Pangan No. 7 1996 tersebut yang dimaksud dengan pangan olahan adalah makanan dan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan ini mencakup baik pangan olahan yang siap untuk dikonsumsi manusia maupun pangan olahan setengah jadi, yang digunakan selanjutnya sebagai bahan baku pangan. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi :

1. Sanitasi Pangan

a. Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan dan minuman, peralatan, dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan kesehatan manusia. b. Kewajiban bagi sarana dan atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpangan, pengangkutan dan atau peredaran untuk memenuhi persyaratan sanitasi. c. Kewenangan pemerintah untuk menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan. d. Kewajiban dipenuhinya persyaratan sanitasi bagi sarana atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan. Sarana dan prasarana dalam ketentuan ini antara lain meliputi kelaikan disain dan konstruksi, peralatan dan instalasi, fasilitas lainnya yang secara langsung atau tidak langsung digunakan dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan. e. Kewajiban setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan untuk memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan dan atau keselamatan manusia.

2. Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai gizi, antara lain : bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Ketentuan yang mengatur Bahan Tambahan Pangan adalah : a. Larangan bagi setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan, menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau menggunakan bahan tambahan pangan yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. b. Pemerintah berwenang untuk menetapkan bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal penggunaanya. c. Memeriksa terlebih dahulu keamanan dan penggunaan bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pangan yang belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, dalam kegiatan atau proses produksi pangan.

2.7. Nilai Pangan, Kebutuhan Gizi dan Penilaian Gizi