Makanan Jajanan Efektivitas media promosi dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan

lainnya mungkin perlu jumlah besar untuk dapat menyebabkan keracunan pangan. Orang tua, anak- anak, ibu hamil, dan orang yang baru sembuh dari sakit adalah kelompok yang berisiko tinggi terkena keracunan pangan.

2.8. Makanan Jajanan

Makanan jajanan diartikan sebagai makanan dan minuman siap santap yang telah disiapkan dan atau dijual oleh penjaja makanan terutama di jalanan dan tempat yang sejenis FAO, 1997. Perdagangan makanan jajanan telah tumbuh dan berkembang di berbagai populasi di negara-negara di seluruh wilayah di dunia untuk memenuhi kebutuhan akan makanan yang mudah dibeli. Jenis dan bentuk dari makanan yang dijual tergantung dari besarnya kebiasaan makan di daerah tersebut dan sosial ekonomi lingkungannya. DEPKES 2006, makanan jajanan adalah makanan yang sudah disiapkan, diperjualbelikan dan dihidangkan di jalanan kota. Makanan jajanan merupakan bagian yang penting dalam diet orang di negara-negara berkembang. Diperkirakan bahwa 2,5 milyar orang di seluruh dunia memakan makanan jajanan. Makanan ini memang dirancang untuk keperluan masyarakat yang sibuk di perkotaan besar. Makanan jajanan juga dapat diartikan sebagai makanan yang siap dimakan dan diminum yang biasanya didapat dengan membeli. Makanan ini merupakan makanan yang sangat populer yang sejenisnya bermacam-macam yang dijual oleh 1 penjaja diam yaitu mereka yang berjualan sepanjang hari pada tempat-tempat yang lokasinya tetap di suatu tempat, 2 penjaja keliling yaitu mereka yang berjualan berkeliling dan tidak mempunyai tempat mangkal tertentu serta 3 penjaja setengah diam yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di suatu tempat pada waktu tertentu. Harganya relatif murah dengan mutu gizi yang tidak tinggi. Pada umumnya tingkat kebersihannya rendah tetapi sangat digemari DEPKES, 2004. Makanan jajanan menyediakan kandungan gizi yang signif ikan bagi konsumennya, terutama bagi masyarakat berpendapatan menengah dan rendah yang sangat bergantung pada makanan jajanan. Konsumen memegang peranan penting dalam memilih makanan jajanan, dia ntaranya adalah faktor biaya, kenyamanan, jenis makanan yang tersedia, kesukaan masing-masing individu dan mutu organoleptik dari makanan itu sendiri bau, tekstur, warna, penampakan. Nilai atau kandungan zat gizi makanan jajanan tergantung dari bahan-bahan dasar yang digunakan dan bagaimana cara makanan itu dipersiapkan, disimpan dan dijual. Dengan diketahui tujuan konsumen dalam memilih makanan jajanan diharapkan dapat menjadi tolak ukur untuk mengembangkan teknologi tepat guna untuk menjaga kandungan gizi dari makanan jajanan. Menurut informasi yang tersedia kombinasi pola makanan jajanan dapat memenuhi kebutuhan kecukupan zat gizi konsumen setiap harinya dengan nilai yang tepat FAO, 1997. Selanjutnya menurut FAO 1997 penjual makanan jajanan dapat ditemukan berkumpul di sekitar tempat kerja, sekolah-sekolah, rumah sakit, stasiun kereta api, terminal bus dan lain-lain. Makanan jajanan ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan makanan yang dijual di tempat-tempat resmi, bahkan jika dibandingkan dengan masakan rumah. Makanan ini dapat memenuhi kebutuhan akan pangan di tempat orang bekerja atau berkumpul. Perhatian yang utama adalah saat mereka memainkan peranan sosial ekonomi yang penting, keberadaan pedagang jajanan yang tidak terbatas dan tidak teratur menyebabkan masalah pada sumber daya kota, menambah kepadatan dan mengotori kehidupan. Dalam publikasi FAO 1997, dikatakan bahwa aspek yang penting dari makanan jajanan adalah apabila terdapat pengetahuan akan keamanan makanan jajanan itu. Seperti diketahui bahwa perhatian terhadap makanan jajanan semakin meningkat terutama yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya keracunan makanan akibat kontaminasi mikrobiologi, penggunaan BTP yang tidak tepat seperti penggunaan pewarna yang tidak diperbolehkan dan adanya pemalsuan serta kontaminasi dari lingkungan. Hasil survei di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menyatakan masalah ini memang nyata dan diperlukan tindakan untuk melindungi konsumen. Praktek penanganan makanan yang tidak baik dapat menjadi penyebab utama dari kontaminasi. Masalah juga dapat ditimbulkan akibat penyediaan air minum, kualitas bahan mentah yang digunakan misalnya sayuran yang sudah busuk dan daging yang sudah rusak dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung seperti berjualan di dekat selokan air dan tempat pembuangan sampah. Fasilitas yang tidak memadai untuk pembuangan sampah dapat menjadi bahaya yang lebih jauh. Pedagang makanan di negara-negara berkembang umumnya kurang memiliki tempat penyimpanan yang memadai, terutama peralatan masak dan pendinginan yang diperlukan untuk mengurangi tumbuh dan berkembangnya bakteri yang berbahaya. Dalam beberapa kondisi, satu bakteri dapat tumbuh menjadi 17 juta organisme pembawa penyakit dalam delapan jam. Kurangnya penyaluran air bersih serta sistem pembuangan kotoran juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko infeksi Grow, 2001. Penjual makanan jajanan sering melibatkan seluruh anggota keluarga dalam mendapatkan bahan mentah, penyiapannya dan pemasakan makanan serta penjualannya. Peranan wanita dan potensinya sebagai tenaga kerja dalam sektor makanan jajanan sangatlah signifikan. Arti ekonomis menyeluruh dari makanan jajanan sangat besar sekali. Telah disadari bahwa di beberapa kota di dunia, jutaan dolar telah berpindah tangan setiap harinya sebagai hasil perdagangan makanan jajanan FAO, 1997. FAO dan WHO sudah mengadakan penelitian tentang makanan jajanan di negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Selain kenyamanan dan terbukanya lapangan kerja, segi positif terbesar dari keberadaan makanan jajanan adalah kenyataan bahwa makanan jajanan dapat menyediakan kalori per kapita dan protein yang dibutuhkan hanya dengan sekitar satu dolar Winarno, 1997. Bagaimanapun juga makanan jajanan dapat menjadi masalah yang serius. Seringnya kualitas mikrobiologi makanan jajanan berada di bawah standar, terutama penyiapan masakan dan minuman. Hal ini mengindikasikan kondisi sanitasi dan praktek kesehatan atau higinitas selama penyiapan dan penanganan yang tidak layak. Juga masalah penggunaan pewarna makanan dan zat adiktif lain yang tidak diijinkan serta kontaminasi kimia dari lingkungan. Masalah ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbahaya bagi konsumen. Akibat dari terlibatnya masalah sosial ekonomi, maka usaha untuk membatasi penjualan makanan jajanan menjadi gagal. III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian