3. Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas pada para
anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial, ekonomi, dan peran gender. 4.
Dukungan ekonomi. Keluatga menyediakan tempat berlindung, makanan, dan jaminan kehidupan.
5. Dukungan emosipemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman
interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa
aman pada anak.
C. Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok.
18
Kemiskinan berasal dari kata “miskin” dengan mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an”. Miskin diartikan tidak berharta benda; serba kekurangan
berpenghasilan sangat rendah
19
, sedangkan kemiskinan adalah situasi penduduk atau sebagian orang yang hidupnya berada di bawah garis
kemiskinan, yakni orang yang tertutup baginya kesempatan untuk
18
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press, 1999, h. 320
19
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Cet Ke-2, h. 587
mendapatkan nafkah untuk makan dan kebutuhan lainnya seperti pakaian, pendidikan, lapangan kerja dan sebagainya.
20
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.
21
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan, yang disebut garis kemiskinan poverty line atau batas kemiskinan poverty threshold. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan
oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2.100 kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya BPS dan Depsos, 2002:4
22
Menurut Oscar Lewis kemiskinan muncul sebagai akibat adanya nilai –
nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang – orang miskin, seperti: malas,
mudah menyerah pada nasib, kurang memilik etos kerja dan sebagainya. Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti:
birokrasi atau peraturan – peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang
dalam memanfaatkan sumberdaya.
23
20
Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1993 Cet Ke-2, h. 20
21
Departemen Sosial Depsos, Penduduk Fakir Miskin Indonesia Tahun 2002, Jakarta: Depsos, 2002
22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial
, Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, h. 133
23
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial
, h. 135
2. Penyebab – Penyebab Kemiskinan
Dr. Mustopa Husni Assiba’i berpendapat bahwa kemiskinan itu disebabkan sebagai berikut:
24
1 Kemalasan atau keteledoran.
2 Ketidakmampuan bekerja dan kehilangan syarat – syarat untuk
bekerja. Secara mendasar penyebab kemiskinan itu ada dua yaitu: Pertama,
penyebab yang disebabkan oleh individu, dalam hal ini individu tidak memiliki kemampuan dan keahlian untuk berkreasi yang didasari oleh rendahnya
pendidikan sehingga individu tersebut tidak dapat berkreasi. Kedua, penyebab yang disebabkan oleh garis struktural yang ada. Masyarakat miskin memiliki
keterbatasan akses dan kesempatan karena telah terjadinya diskriminatif.
24
Must opa Husni Assiba’I, Kehidupan Sosial Menurut Islam, Bandung: CV,
Diponorogo, 1993, Cet. Ke-4, h. 155