cxxii untuk mengembangkan KTSP, 4 menggiatkan kegiatan KKKS untuk kepala
sekolah maupun KKG dalam pengembangan KTSP, di antaranya adalah pengembangan silabus dan RPP.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, dukungan yang berasal dari pemerintah adalah adanya dana BOS dan dana APBD II untuk
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Ada juga dana BOS buku yang diperuntukkan khusus untuk pengadaan buku-buku pelajaran bagi siswa.
Menurut Sdr pengawas TKSD adanya dana BOS dan APBD II untuk sekolah ini sangat membantu sekolah dalam hal pembiayaan kegiatan
pendidikan di sekolah, serta pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Dengan dana yang memadai serta sarana dan prasarana yang cukup diharapkan KTSP
yang dikembangkan di setiap satuan pendidikan dapat diimplementasikan dengan baik, dan dapat efisien mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.
Pernyataan Sdr ini juga didukung oleh keterangan SM KS, S dan ER guru selaku pelaksana pengembangan KTSP di SD Negeri Pondok 03.
Mereka mengatakan bahwa dengan dukungan, pembinaan, dan supervisi dari Dinas Pendidikan, sekolahnya dapat menyusun KTSP sesuai prosedur yang
berlaku.
4. Kendala-kendala yang Dihadapi Sekolah dalam Pengembangan KTSP
Sebagai hal yang baru, pengembangan KTSP yang dilakukan oleh satuan pendidikan sekolah tentunya mengalami hambatan dan juga kendala-kendala
yang dihadapi sekolah. Menurut penjelasan dari Sdr Pengawas TKSD
cxxiii Kecamatan Nguter bahwa kendala-kendala yang dihadapi oleh sekolah maupun
Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Nguter dalam pengembangan KTSP ini adalah: 1 Kurangnya sosialisasi KTSP secara serentak dan menyeluruh kepada
guru, kepala sekolah termasuk pengawas; 2 Tidak ada dana khusus untuk sosialisasi KTSP secara menyeluruh; 3 Kertelambatan buku-buku pedoman
penyusunan KTSP dan refernsi lain yang mendukung; 4 Buku-buku perangkat KTSP yang ada belum menyeluruh dan belum merata untuk semua SD.
Kurangnya sosialisasi KTSP secara menyeluruh, menyebabkan kurangnya persepsi dan pemahaman guru terhadap KTSP. Tidak semua guru memahami
hakikat KTSP dan bagaimana proses pengembangannya, karena sebagian guru tidak mengikuti sosialisasi KTSP. Hanya guru-guru tertentu yang mengikuti
sosialisasi yang memahami proses pengembangan KTSP tersebut. Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional tidak
menyediakan dana khusus bagi sekolah maupun Dinas Pendidikan Kabupaten atau Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan untuk pelaksanaan pengembangan
KTSP. Dalam kenyataannya pengembangan KTSP di sekolah-sekolah dibiayai dengan dana BOS dan dana APBD, yang sekaligus sebagai dana penyelenggara
pendidikan. Buku-buku pedoman maupun penyusunan KTSP yang diterbitkan oleh
BNSP. Menurut penjelasan Sdr pengawas TKSD buku-buku pedoman tersebut pada awalnya hanya tebatas untuk dinas pendidikan, sehingga dinas pendidikan
harus menggandakan dan memperbanyak untuk sekolah-sekolah pada saat
cxxiv sosialisasi dilaksanakan. Buku-buku pedoman itu pun tidak bisa merata setiap
SD-nya, sehingga hal ini menjadi kendala dalam pengembangan KTSP. Khususnya di SD Negeri Pondok 03, kendala yang dihadapi sekolah
dalam pengembangan KTSP ini adalah masalah guru dan sarana prasarana. Menurut SM KS, S dan ER guru dalam wawancara maupun angketnya
menyatakan kendala yang dihadapi dalam pengembangan KTSP di sekolah adalah masalah masalah guru dan sarana pasarana.
Tidak semua guru mengikuti sosialisasi KTSP yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kecamatan Nguter, hanya satu orang guru, Kepala sekolah dan
seorang pengurus komite sekolah untuk setiap SD. Hal ini menyebabkan kurangnya presepsi guru terhadap KTSP dan proses pengembangannya. Selain itu
belum semua guru di SD Pondok 03 memiliki kualifikasi pendidikan S1 sarjana, sebagian dari mereka baru memiliki ijazah D2 bahkan ada yang baru berijazah
SPG. Di SD Pondok 03 dalam dua tahun terakhir terjadi kekurangan guru
negeri, beberapa di antara mendapatkan promosi jabatan kepada sekolah dan seorang guru lagi pensiun, sehingga selama dua terakhir guru negeri di SD
Pondok 03 hanya berjumlah 4 orang dan guru bantu satu orang. Oleh karena itu SM KS menerima guru-guru wiyata bakti sebanyak 4 orang dalam dua tahun
terakhir untuk memenuhi kekurangan tersebut. Kendala yang kedua adalah tentang sarana dan prasarana. Sarana yang
dimaksudkan dalam pengembangan KTSP adalah kurangnya buku-buku pedoman dan referensi yang digunakan sebagai acuan dan pedoman
cxxv pengembangan KTSP ini. Selain itu keberadaan sarana fisik gedung serta sarana
yang lain seperti alat peraga yang terbatas serta buku-buku pelajaran yang belum mencukupi, juga menjadi kendala. Dengan sarana dan prasarana yang terbatas
tersebut SD Pondok 03 hanya bisa mengembangkan KTSP yang sesuai dengan kondisi dan kompetensi dari lingkungan setempat.
5. Upaya-upaya yang Dilakukan Sekolah dalam Mengatasi Kendala-kendala