spesies. Kemudian secara berurutan adalah semai 23 spesies, Tiang dan Pohon 22 spesies,dan pancang 18 spesies.
5.1.3 Komposisi tumbuhan berdasarkan habitus
Komposisi tumbuhan yang terdapat di Tahura R. Soerjo berdasarkan habitusnya tersaji pada Gambar 4.
Gambar 4 Komposisi Tumbuhan Berdasarkan Habitusnya di lokasi penelitian Tahura R. Soerjo.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi tumbuhan yang paling mendominasi di dalam kawasan Tahura R. Soerjo adalah spesies yang berhabitus pohon dengan
jumlahnya sekitar 25 spesies 50 . Spesies tumbuhan selanjutnya adalah berhabitus semak dengan jumlah sekitar 12 spesies 24 . Kemudian spesies
berhabitus terna dengan jumlah sekitar 13 spesies 26 .
5.1.4 Dominansi vegetasi
Dominansi adalah proporsi antara luas bidang dasar yang ditempati oleh spesies tumbuhan dengan total luas habitat. Nilai dari dominansi spesies
ditunjukkan dengan nilai INP Indeks Nilai Penting yang merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi tingkat
penguasaan Mukrimin 2011. Menurut Soegianto 1994 diacu dalam Maisyaroh 2010 Indeks Nilai Penting INP digunakan untuk menggambarkan tingkat
penguasaan yang diberikan oleh suatu spesies terhadap komunitas, semakin besar nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan
sebaliknya. Menurut Abdiyani 2008 Indeks Nilai Penting menunjukkan peranan
suatu spesies dalam kawasan. Spesies yang memiliki nilai INP paling besar, maka spesies tersebut mempunyai peranan yang penting di dalam kawasan tersebut.
Selain itu, spesies ini juga mempunyai pengaruh paling dominan terhadap perubahan kondisi lingkungan maupun keberadaan spesies lainnya dalam
kawasan. Semakin tinggi INP suatu spesies maka spesies tersebut adalah yang paling
dominan dari spesies yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang berkaitan dengan persaingan antar spesies yang lain. Persaingan akan
meningkatkan daya juang untuk mempertahankan hidup, spesies yang kuat akan menang dan menekan yang lain sehingga spesies yang kalah menjadi kurang
adaptif dan menyebabkan tingkat reproduksi rendah dan jumlahnya juga sedikit Syamsuri 1993 diacu dalam Maisyaroh 2010. INP tertinggi pada spesies
tumbuhan tingkat pohon, tiang, pancang, dan semai tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai INP tertinggi pada masing-masing tingkat tumbuhan
No. Nama jenis
INP Pohon
Tiang Pancang
Semai 1.
Pasang Quercus sundaica 78,86
- -
- 2.
Dampul Ficus lepicarpa -
42,65 -
- 3.
Kopian Glochidion macrocarpum
- -
34,30 51,40
4. Nyampuh gunung Neonauclea
excels -
- -
- 5.
Endog-endogan Fagraea blumei -
- -
- 6.
Tritih Ficus sp. -
- -
-
Berdasakan data pada Tabel 2 spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada tingkat pohon adalah pasang Quercus sundaica yaitu sebesar 78,86 . Hal
ini menunjukkan bahwa pada tingkat pohon spesies yang mendominasi adalah pasang Quercus sundaica. Sedangkan, spesies yang memliki nilai INP terendah
pada tingkat pohon adalah cemara gunung Casuarina junghuhniana 1,66 ; tutup Macaranga sp. 2,20 ; nangkan Litsea diversifolia 1,53 ; putihan
Buddleja asiantica 1,81 , dan katesan Macropanax dispermus 2,11 . Pada spesies tumbuhan tingkat tiang yang mendominasi adalah dampul
Ficus lepicarpa dengan nilai INP sebesar 42,65 . Spesies yang memiliki INP terendah pada tingkat tiang adalah bima Symplocos lucida dengan nilai INP
sebesar 0,78 ; anggrung Trema Orientalis 0,79 ; baros Prunus cf. arborea 0,87 ; putihan Buddleja asiantica 0,87 ; tutup Macaranga sp. 1,68 .
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai INP untuk tingkat pancang yang tertinggi yaitu kopian Glochidion macrocarpum dengan nilai sebesar 34,3
. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat pancang, spesies kopian Glochidion macrocarpum adalah spesies yang paling dominan. Spesies yang memiliki nilai
INP terendah yaitu tutup Macaranga sp. 1 , genitri Elaeocarpus sphaericus 1 , kukrup Engelhardia spicata 2 , kupu ketek Astronia spectabilis 4 , dan
ketupuk Claoxylon longifolium dengan nilai INP 4,4 . Menurut Kade et al. 2006 tingkat pancang dapat dikatakan sebagai komponen permudaan yang
sangat penting karena kunci sukses tidaknya proses permudaan tersebut berlangsung dapat dilihat pada fase ini. Banyak jenis pohon sangat sukses dalam
memproduksi semai namun secara lambat-laun semai tersebut akan mati karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung
.
Nilai INP tertinggi untuk tingkat semai dimiliki oleh spesies kopian Glochidion macrocarpum dengan nilai 51,40 , hal ini menunjukkan bahwa
spesies tersebut yang mendominasi pada tingkat semai. Selain itu, hal tersebut juga berarti bahwa frekuensi perjumpaan yang sering serta jumlah individu yang
lebih banyak dibandingkan spesies yang lain. Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui dominansi spesies pada tingkat semai berbeda dengan tingkat pohon.
Spesies yang dominan pada tingkat pohon adalah pasang Quercus sundaica sedangkan pada tingkat semai adalah kopian Glochidion macrocarpum. Keadaan
ini dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap regenerasi dari spesies pasang Q. Sundaica karena jumlah semainya yang sedikit. Hal tersebut akan
mengakibatkan kelangkaan spesies pasang Q. Sundaica di Tahura R. Soerjo. Spesies tumbuhan yang mempunyai nilai INP terendah pada tingkat semai
adalah kukrup Engelhardia spicata dengan nilai 0,9 . Menurut Abdurrohim et al. 2004 permudaaan untuk spesies kukrup Engelhardia spicata di alam jarang
dan tersebar jauh dari pohon induknya oleh karena itu dapat dilakukan permudaan buatan dengan cara menyemaikan biji-biji dari spesies ini. Selanjutnya, spesies
yang memiliki INP terendah yaitu nangkan Litsea diversifolia Blume, lembayungan Turpinia montana, dan kebek Ficus padana dengan nilai 0,9 .
Selanjutnya, putihan Buddleja asiantica dan baros Prunus cf. arborea dengan nilai 1,9 .
Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah berhabitus semak dan terna diketahui bahwa spesies yang mempunyai nilai INP tertinggi adalah seperti yang
tercantum pada Tabel 6. Tabel 3 Nilai INP tertinggi pada tingkat tumbuhan bawah di lokasi penelitian
No Nama Spesies
Nama Ilmiah INP
1 Remejun
Euphatorium riparium 74,91
2 Urang-rangan merah
Elatostema latifolium 36,78
3 Paku-pakuan
Pteris sp. 14,23
4 Jengkon merah
Pilea sp. 14,04
5 Suruhan
Piper miniatum 12,26
Spesies remejun Euphatorium riparium yang berhabitus semak memiliki nilai INP yang paling tinggi yaitu sebesar 74,91 . Hal ini menunjukkan bahwa
spesies tersebut adalah yang paling dominan dengan jumlah individu lebih banyak dibandingkan spesies tumbuhan bawah lainnya. Setiap spesies tumbuhan
mempunyai suatu kondisi minimum, maksimum dan optimum terhadap faktor lingkungan yang ada. Spesies yang mendominasi berarti memiliki batasan kisaran
yang lebih luas jika dibandingkan dengan spesies yang lainnya terhadap faktor lingkungan, sehingga kisaran toleransi yang luas pada faktor lingkungan
menyebabkan spesies ini akan memiliki sebaran yang luas. Adanya spesies yang mendominasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain persaingan antara
tumbuhan yang ada yaitu berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan. Apabila iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies tersebut
akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan Syafei 1990 diacu dalam Maisyaroh 2010.
Tumbuhan bawah yang memiliki nilai INP terendah adalah temu ireng Curcuma aeruginosa, codo Elaeagnus latifolia, anggrek Macodes sp. dengan
nilai INP sebesar 0,32. Selanjutnya yaitu piji Pinanga sp. dengan nilai INP 0,67 dan patikan emas Euphorbia hirta dengan nilai INP 0,96 .
5.5 Keanekaragaman spesies H’