buah kapulaga ini kemudian dijual kepada pedagang pengumpul. Dalam usaha budidaya kapulaga ini terdapat sistem bagi hasil antara petani dengan LMDH
Sedyo Rahayu yaitu 60 : 40, dari hasil pendapatan bersih yang diterima. Usaha kapulaga ini merupakan usaha bersama yang dikelola oleh LMDH Sedyo
Rahayu. Perkiraan penjualan kapulaga dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Perkiraan penjualan kapulaga per tahun lahan seluas 25 ha di Desa Sedayu
No. Tahun
Penjualan Kapulaga Per Tahun Rp 1
2 33.600.000
2 3
182.000.000 3
4 343.200.000
4 5
507.200.000 Jumlah
1.066.000.000
5.1.2 Arus Biaya Outflow
a. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal proyek. Biaya investasi berupa peralatan pertanian. Jenis-jenis peralatan yang digunakan oleh
petani adalah cangkul, sabit, pisau, dan timbangan. Peralatan-peralatan tersebut digunakan untuk kegiatan persemaian, pengolahan tanah, penanaman, penyiangan
dan pemanenan timbangan. Sehingga total biaya investasi pengusahaan kapulaga untuk luasan 25 ha adalah sebesar Rp 8.580.000. Perincian biaya investasi dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Perincian penggunaan biaya investasi peralatan per tahun lahan seluas 25 ha di Desa Sedayu
No. Uraian
Satuan Harga satuan
Rp Jumlah
Total Biaya Rp
1 Cangkul
Buah 50.000
50 2.500.000
2 Sabit
Buah 45.000
98 4.410.000
3 Pisau
Buah 15.000
98 1.470.000
4 Timbangan
Unit 100.000
2 200.000
Total 8.580.000
b. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional pengusahaan kapulaga. Biaya operasional terbagi menjadi
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan dalam suatu periode waktu
tertentu. Pada lokasi Desa Sedayu dalam membudidayakan kapulaga tidak terdapat biaya tetap, sehingga dalam penelitian ini tidak menghitung biaya tetap.
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah, terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya
variabel pada pengusahaan kapulaga meliputi biaya persemaian, biaya pengolahan tanah, penanaman, pembelian pupuk, pemupukan, pembelian karung, pemanenan,
dan penyiangan. Setiap kegiatan yang dilakukan mendapatkan upah yang diasumsikan
sebesar Rp 20.000 dikalikan dengan hari orang kerja HOK. Kegiatan pemupukan setelah penanaman dilakukan sebulan sekali pada tahun pertama.
Setelah 1 tahun, pemupukan dilakukan dua bulan sekali, dan kegiatan penyiangan dilakukan 2 kali dalam setahun. Dalam 1 ha pupuk kandang diperlukan 50 kgha
dengan harga Rp 100kg, sedangkan pada saat persemaian menggunakan pupuk kompos diperlukan 100 kgha dengan harga pupuk kompos adalah Rp 1.000kg.
Dalam pembelian karung yang dilakukan 3 bulan sekali dalam setahun dengan jumlah yang berbeda tergantung dari hasil output yang dihasilkan. Biaya variabel
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Biaya variabel pengusahaan kapulaga lahan seluas 25 ha di Desa Sedayu No.
Uraian Biaya Total Operasional Rp
1 Persemaian
1.410.000 2
Pengolahan tanah 12.500.000
3 Bibit kapulaga
41.662.500 4
Penanaman 10.000.000
5 Pupuk kandang
3.375.000 6
Pemupukan 108.000.000
7 Penyiangan
22.500.000 8
Karung 825.000
9 Pemanenan
312.000.000 10
Bagi hasil LMDH 40 426.640.000
Jumlah 938.912.500
5.1.3 Analisis Finansial Pengusahaan Tanaman Kapulaga
Berdasarkan hasil perhitungan cashflow yang dapat dilihat pada lampiran 7 mengenai hasil kelayakan pengusahaan kapulaga, maka hasil analisis kelayakan
pengusahaan kapulaga yang dilakukan dapat dikategorikan layak. Kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai NPV, IRR, BCR, dan PBP. Adapun kriteria
kelayakan finansial pengusahaan kapulaga pada Desa Sedayu adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Kriteria kelayakan finansial pengusahaan kapulaga pada Desa Sedayu Kriteria Kelayakan Finansial
Keadaan Normal NPV Rp
31.885.009 BCR
1,30 PBP Tahun
4,23 4 tahun 3 bulan IRR
22,29 Analisis yang dilakukan menggunakan tingkat diskonto 13 per tahun
BNI, 2009. NPV diperoleh dari hasil kumulatif arus penerimaan yang telah dikonfersi dengan tingkat discount rate yang digunakan selama umur proyek.
Berdasarkan hasil perhitungan cashflow diperoleh NPV sebesar Rp 31.885.009. Hal ini berarti budidaya kapulaga di lokasi penelitian layak untuk diusahakan pada
tingkat suku bunga 13 karena suatu usaha dikatakan layak jika nilai NPV 0 perincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 7.
Kriteria lain yang dianalisis adalah BCR, dalam pengusahaan kapulaga ini diperoleh BCR 1 yaitu 1,30 yang menyatakan bahwa pengusahaan kapulaga ini
layak untuk diusahakan. Nilai BCR ini menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp 1 dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,30. Nilai Payback Period yang
diperoleh sebesar 4,23, yang berarti pengusahaan kapulaga pada lahan seluas 25 ha memiliki waktu pengembalian modal selama 4 tahun 3 bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha kapulaga layak untuk diusahakan karena pengembalian biaya modal atau investasi kurang dari umur proyek. Kriteria
berikutnya adalah IRR sebesar 22.29, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga discount rate sebesar 13 yang menyatakan pengusahaan kapulaga
ini layak untuk diusahakan. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan kapulaga layak untuk
diusahakan.
5.1.4 Analisis Sensitivitas
Analisis kepekaan sensitivitas dilakukan untuk melihat perubahan iklim ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang yang dapat mengubah
keadaan kelayakan suatu usaha menjadi tidak layak. Analisis sensitivitas juga digunakan untuk mengetahui sampai pada titik berapa peningkatan atau
penurunan suatu komponen dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi. Dalam penelitian ini dilakukan dua skenario yaitu :
1 Jika harga kapulaga turun sebesar 8,5 2 Jika sistem bagi hasil dengan LMDH naik sebesar 5,5
Tujuan digunakannya kedua skenario di atas adalah untuk melihat pengaruhnya terhadap kelayakan usaha kapulaga. Jika hasil perhitungan yang
menyebabkan NPV negatif berarti usaha kapulaga tidak layak. Begitu pula sebaliknya jika hasil perhitungan menyebabkan nilai NPV positif maka usaha
kapulaga tersebut layak untuk diusahakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Hasil sensitifitas dari kedua skenario Kriteria Kelayakan
Finansial Penurunan Harga
Sebesar 8,5 Kenaikan Sistem Bagi Hasil
LMDH Sebesar 5,5 NPV Rp
-685.810 -3.240.385
BCR 0,99
0,97 PBP Tahun
4,37 4 tahun 4 bulan 4,52 4 tahun 6 bulan
IRR 12,79
11,95 Pada kedua skenario yaitu penurunan harga kapulaga sebesar 8,5 dan
kenaikan sistem bagi hasil LMDH sebesar 5,5 menghasilkan nilai NPV yang negatif. Selain itu, pada kondisi kedua skenario tersebut diperoleh nilai BCR yang
kurang dari 1 dan nilai IRR yang kurang dari suku bunga yang digunakan yaitu 13 per tahun. Hasil nilai perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada
penurunan harga sebesar 8,5 dan kenaikan bagi hasil LMDH sebesar 5,5 terjadi perubahan secara signifikan. Berdasarkan perhitungan sensitivitas pada
skenario 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa usaha kapulaga ini tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak memenuhi kriteria kelayakan investasi.
5.1.5 Aspek Teknis a. Lokasi Usaha
Lokasi usaha budidaya kapulaga lokal yang berada di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo yang merupakan dataran rendah.
Berikut ini tabel 9 mengenai ketinggian, suhu, dan kemiringan pada lokasi usaha
dan syarat tumbuh tanaman kapulaga.
Tabel 9 Ketinggian, suhu, dan kemiringan pada lokasi usaha dan syarat tumbuh tanaman kapulaga
No. Uraian
Satuan Lokasi Usaha
Syarat Tumbuh 1
Ketinggian mdpl
504 0-700
2 Suhu
C 20-32
23-28 3
Kemiringan Kemiringan 2
–15 meliputi sebagian Kecamatan Kemiri,
Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen
Tumbuh pada topografi rata
sampai miring
Sumber : Anonim 2009, Anonim 2010, BAPERMADES 2009, dan BAPPEDA 2010
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa lokasi pengusahaan kapulaga memiliki syarat tumbuh berdasarkan ketinggian, suhu, dan kemiringan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman kapulaga ini cocok dibudidayakan pada lokasi Desa Sedayu.
Gambar 1 Lokasi usaha kapulaga di Desa Sedayu
b. Teknik Produksi
Teknik produksi tanaman sangat mempengaruhi suatu tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Jika teknik produksi yang dilakukan tepat, maka akan
menghasilkan hasil yang optimal. Teknik produksi yang dilakukan terhadap tanaman kapulaga tidak terlalu rumit. Teknik produksi tanaman kapulaga
mencakup pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Dari semua tahapan kegiatan tersebut petani telah melakukan teknik produksi dengan
baik. Mulai dari kegiatan persemaian, pengolahan tanah sampai kegiatan pemanenan.
1 Budidaya Tanaman Kapulaga
a. Persemaian
Pada kegiatan pesemaian, bedengan dibuat pada tanah yang subur berdekatan dengan sumber air agar lebih mudah menyiramnya. Membuat petak-
petak persemaian memerlukan persiapan yang berhati-hati. Petak bedengan dibuat bervariasi. Tanah harus dicangkul halus-halus hingga gembur, setelah itu
dicampur dengan pupuk kompos Madjo 1989. Petani Desa Sedayu melakukan
kegiatan persemaian di lahan milik yaitu di lahan perkarangan. Petani membeli 7.000 biji kapulaga dengan harga satuan Rp 150. Biji-bji yang akan di tabur
berasal dari benih kapulaga yang telah masak. Biji-biji disebarkan di atas petakan kemudian ditutup dengan sedikit tanah yang gembur. Penyiraman dilakukan
sehari sekali sedangkan kegiatan penyiangan dilakukan sekali dalam 6 bulan. Setelah 6 bulan, bibit kapulaga dipindahkan ke lahan perhutani.
b. Pengolahan Tanah