Kriteria lain yang dianalisis adalah BCR, dalam pengusahaan kapulaga ini diperoleh BCR 1 yaitu 1,30 yang menyatakan bahwa pengusahaan kapulaga ini
layak untuk diusahakan. Nilai BCR ini menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp 1 dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,30. Nilai Payback Period yang
diperoleh sebesar 4,23, yang berarti pengusahaan kapulaga pada lahan seluas 25 ha memiliki waktu pengembalian modal selama 4 tahun 3 bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha kapulaga layak untuk diusahakan karena pengembalian biaya modal atau investasi kurang dari umur proyek. Kriteria
berikutnya adalah IRR sebesar 22.29, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga discount rate sebesar 13 yang menyatakan pengusahaan kapulaga
ini layak untuk diusahakan. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan kapulaga layak untuk
diusahakan.
5.1.4 Analisis Sensitivitas
Analisis kepekaan sensitivitas dilakukan untuk melihat perubahan iklim ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang yang dapat mengubah
keadaan kelayakan suatu usaha menjadi tidak layak. Analisis sensitivitas juga digunakan untuk mengetahui sampai pada titik berapa peningkatan atau
penurunan suatu komponen dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi. Dalam penelitian ini dilakukan dua skenario yaitu :
1 Jika harga kapulaga turun sebesar 8,5 2 Jika sistem bagi hasil dengan LMDH naik sebesar 5,5
Tujuan digunakannya kedua skenario di atas adalah untuk melihat pengaruhnya terhadap kelayakan usaha kapulaga. Jika hasil perhitungan yang
menyebabkan NPV negatif berarti usaha kapulaga tidak layak. Begitu pula sebaliknya jika hasil perhitungan menyebabkan nilai NPV positif maka usaha
kapulaga tersebut layak untuk diusahakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Hasil sensitifitas dari kedua skenario Kriteria Kelayakan
Finansial Penurunan Harga
Sebesar 8,5 Kenaikan Sistem Bagi Hasil
LMDH Sebesar 5,5 NPV Rp
-685.810 -3.240.385
BCR 0,99
0,97 PBP Tahun
4,37 4 tahun 4 bulan 4,52 4 tahun 6 bulan
IRR 12,79
11,95 Pada kedua skenario yaitu penurunan harga kapulaga sebesar 8,5 dan
kenaikan sistem bagi hasil LMDH sebesar 5,5 menghasilkan nilai NPV yang negatif. Selain itu, pada kondisi kedua skenario tersebut diperoleh nilai BCR yang
kurang dari 1 dan nilai IRR yang kurang dari suku bunga yang digunakan yaitu 13 per tahun. Hasil nilai perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada
penurunan harga sebesar 8,5 dan kenaikan bagi hasil LMDH sebesar 5,5 terjadi perubahan secara signifikan. Berdasarkan perhitungan sensitivitas pada
skenario 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa usaha kapulaga ini tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak memenuhi kriteria kelayakan investasi.
5.1.5 Aspek Teknis a. Lokasi Usaha
Lokasi usaha budidaya kapulaga lokal yang berada di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo yang merupakan dataran rendah.
Berikut ini tabel 9 mengenai ketinggian, suhu, dan kemiringan pada lokasi usaha
dan syarat tumbuh tanaman kapulaga.
Tabel 9 Ketinggian, suhu, dan kemiringan pada lokasi usaha dan syarat tumbuh tanaman kapulaga
No. Uraian
Satuan Lokasi Usaha
Syarat Tumbuh 1
Ketinggian mdpl
504 0-700
2 Suhu
C 20-32
23-28 3
Kemiringan Kemiringan 2
–15 meliputi sebagian Kecamatan Kemiri,
Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen
Tumbuh pada topografi rata
sampai miring
Sumber : Anonim 2009, Anonim 2010, BAPERMADES 2009, dan BAPPEDA 2010
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa lokasi pengusahaan kapulaga memiliki syarat tumbuh berdasarkan ketinggian, suhu, dan kemiringan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman kapulaga ini cocok dibudidayakan pada lokasi Desa Sedayu.
Gambar 1 Lokasi usaha kapulaga di Desa Sedayu
b. Teknik Produksi