b. Teori belajar kognitif
Berdasarkan teori ini menyatakan bahwa “belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks” Asri Budiningsih, 2005 :
34. Teori ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasilnya. Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur
kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya.
Teori psikologi kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang
ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu
manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Beberapa tokoh penganut teori belajar psikologi kognitif:
1. Teori belajar Jean Piaget
Salah satu tokoh penganut aliran psikologi kognitif adalah Jean Piaget. Menurut Piaget dalam Suparno 1997 : 119 “Semua pengetahuan adalah suatu
konstruksi bentukan kegiatantindakan seseorang”. Pemikiran ilmiah merupakan
proses konstruksi dan reorganisasi yang terus-menerus. Prinsip utama pembelajaran piaget adalah belajar aktif yang bertujuan untuk membantu
perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan. Manipulasi
symbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya. Ada tiga prinsip
belajar Jean Piaget yaitu:
a Belajar aktif : pada pembelajaran aktif akan menghindarkan siswa dari
kebosanan. b
Belajar lewat interaksi sosial: manusia adalah mahluk sosial sehingga
cenderung menyukai sosialisasi. Tanpa intraksi sosial, perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial,
perkembangan kognitif anak akan mengarah pada banyak pandangan dengan
macam-macam sudut pandang dari alternatif tindakan. c
Belajar lewat pengalaman sendiri: pada pembelajaran ini proses mencari ilmu
dilakukan secara tidak sengaja, jadi siswa merasa tidak terpaksa untuk belajar sehingga apabila teori ini dibandingkan dengan teori belajar lain, teori ini
bersifat lebih demokratif.
Menurut piaget dalam Asri Budiningsih 2005 : 35 diungkapkan bahwa “perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik” artinya adalah semakin
tua umur seseorang maka susunan sarafnya semakin kompleks dan makin meningkat pula kemampuannya. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget
dalam Suparno 1997 : 34 diungkapkan bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu tahap perkembangan kognitif :
a Periode sensorimotor usia 0–2 tahun. Bayi mengenal dunianya melalui
tindakan dan informasi inderawi. Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik
seperti menggenggam dan memukul. b
Periode praoperasional 2-3 tahun sampai 7-8 tahun. Anak mulai bertindak ke
berfikir dengan cara menginternalisasikan tindakan, tetapi pikiran masih tidak
sistematis dan tidak logis. Anak pada fase ini mulai memahami percakapan. c
Periode operasional konkrit 7-8 tahun sampai 11 tahun. Anak-anak mulai mengembangkan kemampuan berfikir sistematis.
d Periode operasional formal usia 11 tahun sampai dewasa. Orang muda yang
sudah mengembangkan kemampuan sistematisnya.
Menurut teori ini, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Menurut Piaget dalam William Crain
2003 : 173 “Perkembangan adalah suatu proses konstruktif yang aktif” yang artinya adalah peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Teori ini jika dikaitkan dengan judul penelitian ini sangat relevan. Teori ini mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif individu itu melalui empat
tahap. Siswa SMA dengan umur 14 tahun termasuk ke dalam periode operasional formal dimana mereka sudah mulai :a Dapat berpikir adolensi, yaitu masa
dimana ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, tetapi ia belum mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak
hipotesis, b Mulai mampu berpikir proporsional, yaitu berpikir yang tidak hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa konkret saja, c Mampu berpikir kombinatorial,
yaitu berpikir yang meliputi kombinasi benda-benda, gagasan-gagasan yang abstrak dan konkret dengan menggunakan pola pikir kemungkinan, d Mampu
berpikir reflektif, yaitu berpikir kembali pada satu seri operasional mental, atau sudah mampu berpikir tentang ” berfikirnya”.mengembangkan kemampuan
sistematisnya, tetapi dalam proses tersebut memerlukan suatu media tertentu.
2. Teori Gagne