Pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa saiful

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA (Materi Sifat-sifat Cahaya Pada Siswa Kelas VIII

MTs Negeri Tulung Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Fisika

Oleh SAIFUL AMIN NIM : S831002057

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

commit to user PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA (Materi Sifat-sifat Cahaya Pada Siswa Kelas VIII

MTs Negeri Tulung Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS oleh SAIFUL AMIN NIM : S831002057

Komisi Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001

... ...

Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A.Ph.D NIP. 195209151976032001

... ...

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal ………2012 Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Program Pasca Sarjana UNS

Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001


(3)

commit to user PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA (Materi Sifat-sifat Cahaya pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Tulung Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS oleh SAIFUL AMIN NIM : S831002057

Tim Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001

... ...

Sekretaris Prof. Dr.Ashadi

NIP. 19510102 197501 1 001

... ...

Anggota Penguji

Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001

... ...

Dra Suparmi, MA.Ph.D NIP. 19520915 197603 001

... ...

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal 26 Juli 2012

Ketua Program Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S NIP. 19610717 198601 1 001

Ketua Program Studi Pendidikan Sains,

Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001


(4)

commit to user

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “Pembelajaran Fisika dengan Media Satket dan Media Interaktif di Tinjau dari Motivasi Belajar dan Gaya Belajar” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagaian atau kseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 26 Juli 2012 Mahasiswa

Saiful Amin S831002057


(5)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Apabila selesai mengerjakan sesuatu kerjakan yang lain

2. Berusahalah setiap langkah kakimu dan setiap ucapanmu membawa kebaikan

dan mendapat ridhlo Allah SWT.

PERSEMBAHAN

Tesis ini ku persembahkan kepada

1. Ayahanda Nuh Rianto dan ibunda Isminatun tercinta yang selalu mendoakan aku

2. Istriku Ummi Latifah yang sabar dalam berkorban serta memberi semangat dan dukungan untuk kemajuanku

3. Anak-anakku (Auliya, Ramadhanu, Muza, dan

Gibran) terkasih.

4. Teman-teman Pendidikan Sains-Fisika Program Pascasarjana yang selalu kompak


(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk, kemudahan dan atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pembelajaran Fisika dengan Media Satket dan Media Interaktif Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Gaya Belajar” (Materi Sifat-sifat Cahaya pada Kelas VIII MTsN Tulung Madiun Tahun Pelajaran 2010/2011).

Dalam penyusunan tesis ini, banyak ditemukan hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaiakan. Terkait dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan tesis ini.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Universitas Sebelas Mater Surakarta (UNS).


(7)

commit to user

3. Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dan motivasi selama penulisan dan penelitian tesis ini.

4. Dra.Suparmi, M.A., Ph.D. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dan motivasi selama penulisan dan penelitian tesis ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Fisika Program Pascasarjana atas kerja sama dan kekompakannya.

7. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu penyusunan tesis ini.

Penulis juga menyadari penulisan tesis ini masih jauh dari kriteria kesempurnaan untuk itu segala saran dan kritik senantiasa diterima demi sempurnanya proposal ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2012 Penulis


(8)

(9)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ... i

Persetujuan ... ii

Pengesahan ... iii

Pernyataan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xvi

Abstrak ... xvii

Abstract ... xviii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A.Latar Belakang Masalah…………... 1

B. Identifikasi Masalah………... 7

C.Pembatasan Masalah…………... 9

D.Rumusan Masalah………... 9

E. Tujuan Penelitian………... 10

F. Manfaat Penelitian…………... 11


(10)

commit to user

A. Kajian Teori ……... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Teori Belajar ... 13

3. Media Pembelajaran... 19

4. Media Satket... 23

5. Media Interaktif... 25

6. Motivasi Belajar... ... 29

7. Gaya Belajar……... 31

8. Prestasi Belajar.. ... 34

9. Materi Ajar………... 35

B. Penelitian Yang Relevan…………... 53

C. Kerangka Berpikir………... 54

D. Hipotesis…... 59

BAB III METODE PENELITIAN………... 61

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 61

B. Metode Penelitian……... 61

C. Populasi dan Sampel………... 62

D. Variabel Penelitian………... 63

E. Teknik Pengumpulan Data…………... 67

F. Instrumen Penelitian………... 68

G. Uji Coba Instrumen………... 69

H. Teknik Analisis Data…... 80


(11)

commit to user

A. Deskripsi Data…... 87

1. Prestasi Belajar... 88

2. Motivasi Belajar ... 93

3. Gaya Belajar …... 95

B. Uji Prasarat Analisis ... 98

C. Pengujian Hipotesis ... 101

D. Pembahasan Hasil ... 106

E. Keterbatasan Penelitian ………... 112

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 114 A. Kesimpulan ... ... 114

B. Implikasi Penelitian………... ... 116

C. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA... 118


(12)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 : Nilai Rata-rata KD Sifat-sifat Cahaya MTsN Tulung 2 Tabel 2.1 : Macam-macam koloid ... 24 Tabel 3.1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 61 Tabel 3.2 : Desain Faktorial Penelitian………. 62 Tabel 3.3 : Rangkuman Hasil Uji Validitas Intrumen Penilaian Tes

Prestasi ... 70 Tabel 3.4 : Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrumen Penilaian

Kognitif... 72 Tabel 3.5 : Indeks taraf Kesukaran ... 73 Tabel 3.6 : Rangkuman Taraf Kesukaran Instrumen Penilaian

prestasi Kognitif…... 73 Tabel 3.7 : Daya Pembeda ... 74 Tabel 3.8 : Rangkuman daya beda Hasil Uji Coba Instrumen

Penilaian prestasi……….. 74 Tabel 3.9 : Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen motivasi

belajar siswa ... 76 Tabel 3.10 : Rangkuman Hasil Uji relibalitas Instrumen motivasi

belajar siswa ... 77 Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji validitas instrumen gaya belajar


(13)

commit to user

Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji reliabelitas instrumen gaya belajar

siswa ... 80

Tabel 3.13 Analisis Varian Hubungan antara Media Pembelajaran (A) terhadap Motivasi belajar (B) dan Gaya Belajar (C).... 82

Tabel 4.1 : Deskripsi Nilai prestasi belajar siswa ... 88

Tabel 4.2 : Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar kelas media satket………... 88

Tabel 4.3 : Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar kelas media Interaktif………... 89

Tabel 4.4 Penyebaran nilai afektif kelas Satket………. 90

Tabel 4.5 Penyebaran nilai afektif kelas Interaktif……… 91

Tabel 4.6 : Deskripsi motivasi belajar dan media terhadap prestasi .... 93

Tabel 4.7 : Prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi ... 94

Tabel 4.8 : Prestasi belajar siswa dengan motivasi belajar rendah... 95

Tabel 4.9 : Deskripsi gaya belajar dan media terhadap prestasi belajar 96 Tabel 4.10 : Penyebaran nilai prestasi belajar gaya belajar visual... 97

Tabel 4.11 : Penyebaran nilai prestasi belajar gaya belajar kinestetik... 98

Tabel 4.12 : Hasil uji normalitas ... 99

Tabel 4.13 : Hasil uji homogenitas ... 101

Tabel 4.14 : Pemetaan analisis menggunakan anava ... 102

Tabel 4.15 : Rangkuman hasil uji anava ... 102


(14)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Kerucut pengalaman Edgar Dale 21

Gambar 2.2 : Penampang sederhana media Satket………... 25 Gambar 2.3 : Pemantulan teratur dan pemantulan baur………. 39 Gambar 2.4 : Hukum Pemantulan……….. 40 Gambar 2.5 : Pembentukan bayangan pada cermin datar………….. 41 Gambar 2.6 : Sinar-sinar sejajar pada cermin cekung………... 41 Gambar 2.7 : Tiga sinar istimewa pada cermin cekung………. 42 Gambar 2.8 : Bayangan yang terbentuk pada cermin cekung………

43 Gambar 2.9 : Sinar-sinar sejajar pada cermin cembung………

44 Gambar 2.10 : Tiga sinar istimewa pada cermin cembung………….

45 Gambar 2.11 : Pembentukan bayangan pada cermin cembung……. 45 Gambar 2.12 : Hukum Pembiasan cahaya……….. 47 Gambar 2.13 : Lensa cembung dan lensa cekung……… 48 Gambar 2.14 : Diagram sinar sejajar pada lensa cembung…………. 49 Gambar 2.15 : Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung………… 49 Gambar 2.16 : Diagram pembentukan bayangan lensa cembung….. 50 Gambar 2.17 : Penyebaran sinar pada lensa cekung………. 51 Gambar 2.18 : Tiga sinar istimewa pada lensa cekung……….. 51 Gambar 2.19 : Pembentukan bayangan pada lensa cekung…………. 52 Gambar 4.1 : Grafik prestasi belajar kognitif kelas Satket………. 89


(15)

commit to user

Gambar 4.2 : Grafik prestasi belajar kognitif kelas Interaktif….…. 90 Gambar 4.3 : Grafik prestasi belajar afektif kelas Satket………. 91 Gambar 4.4 : Grafik prestasi belajar afektif kelas Interaktif……… 92 Gambar 4.5 : Grafik perbandingan nilai afektif kelas satket dan

kelas interaktif……….. 92 Gambar 4.6 : Grafik prestasi belajar motivasi belajar tinggi….…… 94 Gambar 4.7 : Grafik prestasi belajar motivasi belajar rendah…… 95 Gambar 4.8 : Grafik prestasi belajar gaya belajar visual…….……. 97 Gambar 4.9 Grafik prestasi belajar gaya belajar kinestetik.…….. 98


(16)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus ... 121

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 123

Lampiran 3 : Lembar Kegiatan Siswa (LKS)... 130

Lampiran 4 : Kisi-kisi angket motivasi belajar... 146

Lampiran 5 : Angket motivasi belajar ... 147

Lampiran 6 : Pedoman penskoran motivasi belajar ... 150

Lampiran 7 : Analisis angket motivasi belajar ... 151

Lampiran 8 : Kisi-kisi intrumen gaya belajar ... 153

Lampiran 9 : Insrumen gaya belajar ... 155

Lampiran 10 : Pedoman penskoran intrumen gaya belajar ... 159

Lampiran 11 : Analisis intrumen gaya belajar Visual... 160

Lampiran 12 : Analisis intrumen gaya belajar Kinestetik... 161

Lampiran 13 : Kisi-kisi tes prestasi belajar ... 162

Lampiran 14 : Instrumen uji coba prestasi belajar ... 164

Lampiran 15 : Kunci Jawaban uji coba prestasi belajar ... 170

Lampiran 16 : Analisis Instrumen uji coba prestasi belajar ... 171

Lampiran 17 : Instrumen angket penilaian afektif ... 173

Lampiran 18 : Rubrik Penilaian afektif ... 175

Lampiran 19 : Data induk penelitian ... 177


(17)

commit to user

Lampiran 21 : Hasil uji homogenitas prestasi belajar ………... 192

Lampiran 22: Deskripsi statistik prestasi belajar terhadap Media belajar , motivasi belajar dan Gaya belajar,... 196

Lampiran 23: Grafik interaksi antar variabel………... 197

Lampiran 24: Prosentase Penilaian Afektif…………..……... 199

Lampiran 25: Foto-foto Media Satket... 200

Lampiran 26: Foto-foto penelitian ... 204

Lampiran 27: Ijin Melakukan penelitian ... 208


(18)

commit to user

Saiful Amin, S831002057, 2012 “Pembelajaran Fisika dengan Media Satket dan Media Interaktif di Tinjau dari Motivasi Belajar dan Gaya Belajar (Materi Sifat-sifat Cahaya untuk Kelas VIII MTsN Tulung Madiun Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis:Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. dan Pembimbing II: Dra.Suparmi, M.A., Ph.D.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif, motivai belajar, gaya belajar dan ienteraksinya terhadap prestasi belajar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2011. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Tulung, Madiun tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 95 siswa yang terbagi menjadi tiga rombongan belajar (Rombel). Sampel diambil dengan teknik

Cluster random sampling, sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VIIIA dan VIIIC.

Kelas VIIIA menggunakan media Satket dan kelas VIIIC menggunakan media interaktif. Teknik pengumpulan data untuk prestasi belajar menggunakan tes, sedangkan motivasi belajar, gaya belajar, dan prestasi afektif menggunakan angket. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 sel tak sama dihitung menggunakan software SPSS 17.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan taraf signifikansi 0,05 disimpulkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media Interaktif terhadap prestasi belajar. (2) ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. (3) ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar. (4) tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. (5) tidak ada interaksi interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar. (6) tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. (7) tidak ada interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.

Kata Kunci: Media Satket, media interaktif, Motivasi belajar, Gaya Belajar, Prestasi belajar dan sifat-sifat cahaya.


(19)

commit to user

Saiful Amin, S831002057. 2012 “Physics Learning with Satket Media and Interactive Media Over Viewed from Motivation and Learning Styles (Material Properties of Light for Class VIII MTsN Tulung Madiun Academic Year of 2010/2011). Thesis: Science Education Studies Program, Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta, June 2011. Supervisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. and Supervisor II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of physics learning with satket media and interactive media, learning motivation, learning styles and their interaction on learning achievement.

This study uses an experimental method and performed in January to June 2011. The study population was all students in Class VIII MTs Tulung, Madiun in academic year of 2010/2011, and as much as 95 students are divided into three study groups. Samples were taken by random cluster sampling technique; the sample consisted of two classes, namely class VIIIA and VIIIC. Class VIIIA is using Satket media and VIIIC classes using interactive media. Data collection techniques for learning achievement using tests, while the learning motivation, learning styles, and affective achievement using questionnaires. Hypotheses test using ANAVA three ways with factorial design 2 x 2 x 2 unequal cells was calculated using SPSS 17 software.

Based on the results of data processing with a significance level of 0.05 was concluded that: (1) there was no effect of physics learning using Satket media and interactive media to learning achievement; (2) there is the influence of high and low learning motivation to student learning achievement; (3) there is the influence of visual and kinesthetic learning styles to learning achievement; (4) there is no interaction between the learning media and learning motivation to learning achievement; (5) there is no interaction between learning media and learning styles to learning achievement; (6) there is no interaction between learning motivation and learning styles to student learning achievement; (7) there is no interaction between the learning media, learning motivation and learning styles to students learning achievement.

Keywords: satket media, interactive media, learning motivation, learning styles, learning achievement and the properties of light.


(20)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional diarahkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia selaku peserta didik sehingga menjadi manusia yang cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3, yang menyebutkan bahwa :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional di atas maka masyarakat menuntut dunia pendidikan dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, yang mampu memecahkan persoalan-persoalan aktual dalam kehidupan. Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan teknologi bermanfaat sebagai perbaikan dari sebelumnya agar dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tidak terbelakang.

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berpengaruh terhadap kemajuan teknologi. Pemahaman dan penguasaan konsep fisika yang baik dan benar pada peserta didik akan dapat memberikan kontribusi yang tepat terhadap kemajuan IPTEK. Konsep fisika yang baik dan benar dapat diwujudkan melalui pendidikan yang dilaksanakan menurut pendekatan, strategi, metode dan


(21)

commit to user

media yang tepat dalam proses pembelajaran. Namun banyak ditemui dilapangan guru fisika yang mengajar tanpa menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat sehingga siswa tidak menguasai konsep-konsep fisika dengan benar.

Penguasaan konsep fisika pada siswa masih sangat dangkal merupakan kenyataan yang ada di lapangan. Siswa tidak memahami melainkan menghafalkan konsep abstrak yang disajikan guru. Pemahaman siswa terhadap konsep fisika yang dangkal menyebabkan siswa selalu merasa kesulitan belajar fisika dan cenderung kurang menyenangi pelajaran fisika. Pada setiap kompetensi dasar yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, siswa cenderung mengalami kesulitan yang sama. Hal ini berlaku juga pada materi sifat-sifat cahaya yang ditunjukkan dengan hasil belajar fisika yang masih rendah karena belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan Madrasah. Berikut hasil belajar fisika siswa selama 3 tahun terakhir

Tabel 1.1 Nilai rata-rata Kompetensi Dasar Sifat-sifat Cahaya di MTs Negeri Tulung

Tahun Pelajaran KKM Nilai rata-rata > KKM < KKM

2007-2008 65 59,65 35 % 65 %

2008-2009 65 60,25 38 % 62 %

2009-2010 65 62,29 46 % 54 %

Salah satu kompetensi dasar IPA SMP/MTs adalah menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Permasalahan yang dihadapi di MTs Negeri Tulung Madiun adalah pemahaman siswa tentang sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa rendah, sehingga berdampak pada prestasi belajar yang kurang dari


(22)

commit to user

kriteria ketuntasan minimal sebagaimana yang ditunjukkan tabel 1.1. Karakteristik materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa ada yang bersifat konkret dan ada yang bersifat abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajarannya memerlukan metode dan media yang tepat agar konsep pemantulan dan pembiasan cahaya mudah dipahami siswa.

Selain karakteristik materi, faktor lain yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar adalah belum optimalnya penggunaan media dalam proses pembelajaran. Konsep pemantulan dan pembiasan akan diterima dengan baik oleh siswa, jika pembelajaran disajikan secara visual, baik riil maupun animasi/ interaktif menggunakan metode eksperimen dengan memanfaatkan media riil maupun media interaktif. Penggunaan media riil maupun interaktif memiliki beberapa keunggulan masing-masing. Siswa yang menggunakan media riil dapat berinteraksi dengan alat sehingga dapat merasakan bentuk nyata dari alat tersebut. Sedangkan siswa yang menggunakan media interaktif dapat memperoleh hasil yang ideal dari suatu pengukuran.

Konsep-konsep IPA umumnya saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Misalnya antara getaran dan gelombang, antara cahaya dengan alat-alat optik, seperti mata, lup, mikroskop, teropong dan lain sebagainya. Guru seharusnya dapat mengkaitkan antara konsep cahaya dengan alat-alat optik. Beberapa alat optik menggunakan prinsip dasar konsep cahaya, yaitu prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya. Oleh sebab itu sangat penting bagi seorang guru dapat mengkaitkan antara konsep satu dengan konsep yang lain. Namun ada sebagian guru yang belum mengkaitkan antara konsep-konsep materi yang ada.


(23)

commit to user

Prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya tidak terlepas dari sifat-sifat cahaya. Karakteristik materi cahaya adalah konkret tapi abstrak. Efeknya dapat diamati secara langsung yaitu terlihatnya suatu benda ataupun bayangan dari suatu benda, tetapi jalannya cahaya tidak dapat diamati secara langsung. Sehingga dalam pembelajarannya memerlukan media yang tepat agar pemantulan dan pembiasan sebagai sifat dari cahaya mudah diamati dan dipahami oleh siswa. Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sifat-sifat cahaya.

Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya adalah media Satket (Sinar Akan Terlihat Karena Efek Tyndal). Media Satket merupakan media sederhana yang memanfaatkan satu sifat dari koloid yaitu efek tyndal. Efek tyndal merupakan peristiwa penghamburan berkas cahaya oleh partikel-partikel koloid. Dengan penghamburan cahaya ini maka jalannya sinar pada pemantulan dan pembiasan cahaya dapat diamati dengan jelas. Karena dapat diamati dengan jelas maka sifat-sifat cahaya akan lebih mudah dipahami oleh siswa.

Selanjutnya media lain yang digunakan dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya adalah media interaktif. Media interaktif berbasis komputer pada saat ini dikembangkan dengan pemanfaatan komputer sebagai panduan (computer

assisted instruction). Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat sangat

memungkinkan guru mendesain pembelajaran yang dapat meminimalkan kehadiran guru. Guru sebagai fasilitator dapat mengkonstruksi pembelajaran berbasis komputer yang dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa. Melalui media


(24)

commit to user

interaktif siswa segera mendapat feedback melalui komputer dan latihan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kemampuan siswa. Media pembelajaran interaktif dengan panduan komputer melibatkan pengguna dalam aktivitas-aktivitas yang menuntut proses mental didalam pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Rezaei (2002) media interaktif berbasis computer akan lebih efektif dalam pembelajaran fisika daripada menggunakan metode konvensional.

Setiap peserta didik memiliki karakteristik berbeda yang muncul dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal) sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Salah satu karakteristik siswa yang menarik dari dalam diri dan dapat diperkuat dari luar yaitu motivasi belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih mudah mengembangkan minat dan kemauan secara sadar untuk belajar sehingga akan lebih baik menguasai pembelajaran melalui media interaktif. Kesadaran untuk memahami, menguasai, dan mengaplikasikan dalam permasalahan yang terkait merupakan kunci sukses untuk menyelesaikan tiap bagian pada pembelajaran mandiri. Umpan balik yang diberikan dengan cepat tampak dan efisien pada media interaktif sangat tepat untuk peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi" (Moh. Asrori 2008). Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya perlu dirangsang dari luar, akan lebih mudah menguasai pembelajaran bila dibantu dengan media pembelajaran yang penggunaannya perlu panduan guru. Pada pembelajaran dengan media Satket ini guru berperan sebagai pemandu. Kehadiran guru sebagai pemandu melengkapi media Satket agar dapat membantu peserta didik untuk memperoleh stimulus sehingga berusaha untuk memahami, menguasai dan mengaplikasikan dalam permasalahan yang terkait.


(25)

commit to user

Dengan pemahaman yang benar dan tepat terhadap suatu permasalahan ternyata dapat menambah motivasi siswa dalam belajar (Holubova dan Renata 2007). Jika motivasi meningkat maka dalam melakukan suatu pekerjaan akan baik dan sistematis sehingga hasil akhir akan tercapai yaitu meningkatnya prestasi belajar siswa.

Karakteristik siswa yang menarik lainnya adalah gaya belajar yang terbagi menjadi tiga gaya belajar yaitu visual, auditori dan kinestetik. Setiap individu memiliki ketiga gaya belajar tersebut. Gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari menyerap informasi dengan mudah dan kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Setiap siswa menggunakan ketiga gaya ini pada tahapan tertentu akan tetapi salah satu dari ketiganya cenderung lebih menonjol. Pemilihan metode yang tepat, sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Optimalisasi pemanfaatan salah satu ketiga gaya belajar tentu akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar. Pengajar yang baik tentu akan merencanakan dan menerapkan media yang tepat sesuai dengan keberadaan dan karakteristik siswa untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal. Namun selama ini terdapat kesenjangan antara guru dalam mengajar dan gaya belajar siswa, artinya guru dalam mengajar tidak memperhatikan karakter gaya belajar siswa sehingga hasil pembelajaran tidak maksimal. Menurut Jones dan Mungai “Penggunaan teknologi dapat menjawab kesenjangan yang disebabkan oleh perbedaan antara gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru” (Jones dan Dianne 2007)


(26)

commit to user

sesuatu yang menarik indra penglihatan. Sedangkan Siswa yang memiliki tipe belajar auditori akan sangat tertarik dengan stimulasi yang memancing indra pendengaran misalnya lagu atau irama. Oleh karena itu, anak-anak bertipe visual dan auditori akan sangat terbantu belajarnya jika banyak menggunakan gambar, video. animasi, lagu dan irama. Pembelajaran dengan media interaktif yang memuat gambar, animasi, video lagu dan irama akan mampu mengakomodir peserta didik yang memiliki kemampuan visual dan auditori. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik membutuhkan unsur gerak fisik dalam pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran dengan media Satket yang menuntut peran aktif serta keterlibatan secara fisik melalui eksperimen akan memberikan hasil maksimal untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik.

Untuk mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dan penguasaan konsep siswa tercapai maka diperlukan alat ukur keberhasilan siswa dalam belajar yaitu dengan tes prestasi belajar. "Tes prestasi belajar merupakan salah satu alat pengukuran dibidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai sumber informasi guna mengambil keputusan" (Arikunto 2002). Tes harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi dengan jelas, berisi item-item yang cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan. Oleh karena itu perlu dipilih soal-soal yang benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa dalam pemahaman tentang sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

B. Identifikasi Masalah


(27)

commit to user

permasalahan yaitu :

1. Fisika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang abstrak, membosankan dan terlalu sulit dipahami oleh sebagian besar siswa di MTs NegeriTulung Madiun. 2. Materi fisika dengan Kompetensi Dasar: sifat-sifat cahaya dan hubungannya

dengan berbagai bentuk cermin dan lensa serta alat-alat optik merupakan beberapa materi yang sulit dipahami siswa sehingga hasil prestasi belajar masih rendah.

3. Guru mengajar secara monoton tanpa variasi media dalam pembelajaran padahal ada berbagai media yang dapat digunakan seperti kit multimedia, Satket, interaktif, animasi, powerpoint, komik dan lain-lain.

4. Guru pesimis untuk mencoba metode dan media yang bervariasi dalam pembelajaran.

5. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah belum optimal dimanfaatkan untuk pembelajaran fisika.

6. Guru belum memperhatikan karakteristik siswa misalnya motivasi belajar, gaya belajar siswa, kreatifitas, sikap ilmiah dan lain-lain.

7. Motivasi belajar siswa sangat beragam baik rendah, sedang maupun tinggi, namun guru belum memperhatikan keberagaman tersebut.

8. Gaya belajar siswa sangat beragam (visual, auditori, kinestetik) namun guru belum memperhatikan keberagaman gaya belajar siswa tersebut.

9. Umumnya guru hanya memperhatikan aspek kognitif saja untuk penilaian hasil belajar, padahal seharusnya penilaian fisika mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik


(28)

commit to user C. Batasan Masalah Adapun pembatasan masalah yang ada yaitu:

1. Media yang digunakan adalah media Satket dan media interaktif. 2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen.

3. Motivasi belajar siswa dibatasi pada tingkat tinggi dan rendah yang dimiliki oleh siswa kelas VIII siswa MTsN Tulung Madiun.

4. Gaya belajar siswa meliputi visual dan kinestetik yang dimiliki oleh siswa kelas VIII siswa MTsN Tulung Madiun.

5. Prestasi belajar fisika dibatasi pada aspek kognitif dan afektif.

6. Materi fisika yang dipilih dalam penelitian ini adalah sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa KelasVIII MTs sesuai dengan KTSP 2006 yang diterapkan di MTs Negeri Tulung Madiun.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, dan untuk memperoleh pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, maka dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan media Satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran optik?

2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi/rendah terhadap prestasi belajar siswa?


(29)

commit to user

4. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar

5. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh gaya belajar yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar siswa.

4. Interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

7. Interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.


(30)

commit to user F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta acuan bagi penelitian di bidang pendidikan selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pengalaman yang berbeda pada siswa dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan serta menggali potensi yang ada untuk meningkatkan prestasi belajar.

b. Memberikan masukan kepada guru fisika dalam rangka memilih media pembelajaran fisika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran mata pelajaran fisika khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.


(31)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar

Dalam lingkup pendidikan, belajar identik dengan proses kegiatan sehari-hari siswa di sekolah atau madrasah. Melalui belajar siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2006) belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah memperoleh informasi yang disengaja. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat kita amati atau kita lihat dalam bentuk perubahan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.

Winkel (1996) dalam bukunya Psikologi Pengajaran “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai/ sikap". Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula menyempurnakan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama, dapat juga berupa hasil efek sampingan. Perubahan tersebut meliputi perubahan bersifat internal (tidak langsung dapat diamati) seperti pemahaman atau sikap dan bersifat eksternal (langsung dapat


(32)

commit to user

diamati) seperti ketrampilan motorik dan berbicara (verbal).

Belajar merupakan bagian yang melekat pada setiap diri manusia. Siswa dapat belajar fisika melalui proses pembelajaran menuju suatu kompetensi yang akan diperoleh oleh siswa. Proses tersebut terjadi karena ada interaksi antara peserta didik/siswa dengan guru, sumber- sumber atau obyek belajar sehingga diperoleh perubahan tingkah laku baik secara kognitif, psikomotor, dan afektif. Proses kegiatan belajar mengajar ini tidak lepas dari perkembangan psikologi peserta didik, sehingga psikologi sebagai dasar suatu proses belajar mengajar yang terdapat pada teori belajar.

2. Teori Belajar

Beberapa teori belajar menurut beberapa ahli psikologi sesuai dengan tujuan alirannya masing-masing.

a. Teori Belajar Penemuan Bruner.

Jerome Bruner mengemukakan teori belajar penemuan. "Inti belajar menurut Bruner adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentranformasi informasi secara aktif "(Ratna Wilis Dahar 1989). Oleh karena itu Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterima dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskret itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan apa adanya. Dalam pendekatannya, Bruner mengasumsikan bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi pada lingkungannya tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. Selain itu menurut


(33)

commit to user

Bruner, orang akan mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang disimpan dengan yang diperoleh sebelurnnya. Selain itu belajar sebagai proses kognitif yang meliputi : informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya dan pendidikan sains pada khususnya perlu memperhatikan empat hal yang penting yaitu struktur, kesiapan, intuisi dan motivasi. Pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif melalui kegiatan eksperimen dapat membantu siswa untuk belajar penemuan yang sebenarnya. Melalui media Satket dan media interaktif siswa melakukan eksperimen mengenai sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa sehingga memperoleh data, mengolah data, kemudian menyimpulkan hasil percobaannya. Konsep yang diperoleh kemudian dikomu-nikasikan dalam presentasi dan demonstrasi sehingga siswa tidak hanya memilih dan memperoleh penemuan tapi dapat mempertahankan dan mentransformasikan informasi yang diperolehnya. Pada pembelajaran menggunakan media interaktif siswa tidak sekedar membayangkan konsep sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa tetapi akan mengamati melalui animasi simulasi yang interaktif. Siswa akan memperoleh pengetahuan secara interaktif' melalui media interaktif.

Gaya belajar dan motivasi belajar yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik siswa, merupakan hal penting yang harus diperhatikan guru dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan media yang berbeda sesuai dengan


(34)

commit to user

karakteristik siswa akan sangat membantu siswa menemukan informasi yang penting, mempertahankan dan mentransformasikan secara aktif terkait materi yang dibahas.

b. Teori Belajar Ausubel

Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel, "belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang" (Ratna Wilis Dahar 1989). Belajar tidak hanya sebagai proses rote

learning/menghafal semata, tetapi lebih pada kebermaknaan/memberi manfaat

pada siswa. Berlangsung tidaknya belajar bermakna tergantung pada struktur kognitif yang ada, serta kesiapan dan niat anak didik untuk belajar bermakna, dan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial. "Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada stabil, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu" (Ratna Wills Dahar 1989). Penerapan teori Ausubel dalam mengajar : "The most important single.factor influencing learning is what the

learner already knows. A certain this and teach him accordingly" atau - Faktor

yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian”

(Ratna Wills Dallar 1989). Proses pembelajaran harus memiliki manfaat bagi siswa sehingga apa yang dipelajari siswa mudah diingat dan bertahan lama / tidak mudah lupa atau dapat dikatakan bahwa apa yang dipelajari tersebut bermakna. Agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang


(35)

commit to user

telah ada dalam struktur kognitif siswa. Gaya belajar yang dimiliki siswa akan mempengaruhi proses memori. Gaya belajar tersebut dapat berupa visual, auditorial, maupun kinestetik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna sangat penting dan diperlukan dalam pembelajaran fisika. Fisika memiliki banyak konsep-konsep yang abstrak dan sulit dipahami sehingga dengan belajar bermakna dengan melibatkan emosi, kesenangan dan kebutuhan aktualisasi diri siswa melalui kegiatan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan otak untuk berpikir dapat membantu siswa untuk memahami fisika dengan lebih mudah. Pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan media Satket dapat membantu siswa untuk belajar bermakna dan menghindari verbalisme. Melalui media Satket siswa akan dilibatkan emosi, kesenangan dan aktualisasi diri dengan melakukan eksperimen sehingga siswa memperoleh data, mengolah data dan menarik kesimpulan sehingga terbetuk pemahaman konsep fisika yang benar. Siswa dapat menghubungkan informasi yang telah ada dalam pikirannya dengan informasi baru yang dapat dibuktikan melalui eksperimen dan demonstrasi yang dilakukan melalui media Satket. Pembelajaran fisika pada materi sifat-sifat cahaya dengan media interaktif juga membantu sisiwa untuk belajar bermakna. Siswa tidak sekedar menerima informasi tapi membangun konsep yang benar melalui animasi, simulasi, feedback yang langsung melalui media komputer. Siswa dilibatkan melalui kegiatan melihat, mendengar dan berpikir. Media interaktif telah didesain secara khusus agar siswa dapat melakukan pembelajaran mandiri yang bermakna. Siswa akan mudah mengingat dan ingatannya dapat bertahan


(36)

commit to user

lama melalui tampilan-tampilan yang dibuat menarik sehingga siswa bersemangat untuk mempelajari konsep fisika yang menarik dan menantang. Pembelajaran fisika menggunakan media satket dan media interaktif dengan tinjauan motivasi belajar dan gaya belajar akan sangat membantu siswa untuk mempermudah memahami fisika sesuai dengan media pembelajaran yang digunakan berdasarkan motivasi belajar dan gaya belajar yang dimiliki siswa. Hasil pembelajaran fisika diharapkan meningkat melalui pemahaman konsep yang benar karena siswa melakukan, pembelajaran, menggunakan media yang disesuaikan dengan motivasi belajar dan gaya belajarnya. Media yang tepat dengan memperhatikan motivasi belajar dan gaya belajar siswa akan dapat membantu siswa untuk belajar bermakna sehingga fisika tidak sekedar hafalan melainkan menjadi lebih konkret. c. Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989) berpendapat bahwa ada tiga aspek pertumbuhan intelektual, yaitu struktur, isi dan fungsi". Selanjutnya Piaget menyatakan bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan perkembangan berpikir logis anak. Tindakan-tindakan menuju pada perkembangan operasi –operasi, dan operasi -operasi selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Operasi-operasi adalah kegiatan-kegiatan mental yang terinternalisasi, reversibel, tetap dan tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Struktur-struktur merupakan organisasi-organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari operasi-operasi. Isi pertumbuhan intelektual ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah yang dihadapinya.


(37)

commit to user

Perkembangan intelektual didasarkan pada organisasi dan adaptasi. Adaptasi dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam asimilasi seseorang menggunakan struktur yang sudah ada dalam lingkungannya. Dalam akomodasi seseorang memerlukan modifikasi dari struktur yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan. Adaptasi kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi inilah yang diterapkan pada belajar dalam kelas.

"Teori perkembangan kognitif Piaget banyak mempengaruhi pendidikan sains, termasuk pendidikan fisika" (Paul Suparno 2007). Secara umum Piaget membedakan empat tahap dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-7 tahun), tahap pemikiran operational konkrit (7-11 tahun), dan tahap pemikiran formal (11 tahun ke atas). Menurut Piaget dalam Paul Suparno (2007) "Tahap operasional formal merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif'. Pada tahap ini seorang anak sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan yang dapat diamati pada saat ini. Pada tahap ini logika anak mulai berkembang dan digunakan serta cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Pembelajaran fisika menggunakan media Satket melalui eksperimen merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir logis teoritis berdasarkan hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan untuk membangun pemahaman terhadap konsep fisika. Melakukan percobaan, memperoleh dan mengolah data berdasarkan hipotesis serta mengambil kesimpulan merupakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media Satket. Pembelajaran fisika menggunakan media interaktif


(38)

commit to user

menuntut siswa untuk menerjemahkan tampilan animasi dan simulasi yang abstrak menjadi konkret sehingga fisika tidak dipahami sebagai pelajaran yang abstrak dan membosankan melainkan pelajaran yang menarik. Persoalan-persoalan yang ditampilkan dalam media interaktif menuntut siswa berpikir fleksibel dan efektif dan mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Pada tahap operasional formal, siswa dapat berpikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Siswa dapat berpikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok dengan persoalan yang dihadapi dan memikirkan banyak kemungkinan dalam suatu analisis. Media pembelajaran menggunakan media Satket dan media interaktif didesain untuk membantu siswa pada tahap operasional formal membangun dan membentuk pengetahuan fisika.

3. Media Pembelajaran

Media merupakan alat yang harus ada untuk memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Secara spesifik, Sharon mengemukakan pengertian media (2005) "A medium (plural, media ) is a means of communication and source of infor mation

". Media merupakan sarana komunikasi dan sumber informasi. Menurut Rohani

(1997) "Media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi". Sadiman (2006) menyatakan bahwa "Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan". Dalam AECT (Association for Educational Communications and

Technology) seperti yang dikutip Asnawir (2002) mengartikan "Media sebagai


(39)

commit to user

Menurut Miarso (2004) "Pembelajaran menunjukkan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali". Berdasarkan pengertian dua istilah di atas dapatlah didefinisikan istilah "media pembelajaran" antara lain:

a. Sadiman (2006) mengemukakan "Media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,. perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. b)Depdiknas (2009) merumuskan bahwa "Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang, dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pernbelajar". c) Miarso (2004) menyatakan bahwa "Media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya proses belajar terjadi".

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar. Media pembelajaran dapat berupa segala alat fisik maupun non fisik yang dapat menyajikan materi pembelajaran serta dapat merangsang dan mendorong terjadinya proses belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkret, serta mudah dipahami.


(40)

commit to user

Salah satu teori yang digunakan sebagai dasar penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone of

Experience). Edgar Dale dalam Asnawir (2002) mengklasifikasikan pengalaman

belajar anak dimulai dari hal-hal yang paling konkret sampai kepada hal-hal yang paling abstrak. Dari Gambar 2.1, terlihat bahwa kerucut pengalaman Dale terdiri dari 12 macam klasifikasi media pembelajaran.

Verbal

Simbol Visual

Radio Film Televisi Pameran Karyawisata Demonstrasi Pengalaman Dramatisasi

Pengalaman Tiruan Pengalaman Langsung

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Dasar pengembangan kerucut pada gambar di atas bukanlah tingkat kesukaran, melainkan tingkat keabstrakan (jumlah jenis indera yang turut serta selama proses penerimaan informasi atau pesan)

Menurut kerucut pengalaman Dale di atas dapat dijelaskan bahwa pengalaman langsung dapat memberikan kesan paling bermakna mengenai informasi/pesan dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman tersebut karena

Konkret Abstrak


(41)

commit to user

ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Hal ini dikenal dengan istilah belajar sambil bekerja. Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan tersebut dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti diagram, bagan, grafik, ataupun lambang kata. Hal ini karena indera yang terlibat untuk menafsirkannya semakin terbatas, yakni indera penglihatan saja.

Pada penelitian ini dengan metode eksperimen siswa dilibatkan untuk mendapatkan pesan informasi pelajaran melalui pengalaman langsung menggunakan media satket maupun media interaktif. Dengan media satket maupun media interaktif akan menekankan penggunaan pengalaman langsung / konkret sehingga verbalisme akan dapat dihindari. Setelah diskusi hasil percobaan dan mendapatkan kesimpulan mengenai konsep pemantulan dan pembiasan serta proses terbentuknya bayangan benda yang sedang dipelajari akan membangun abstraksi siswa untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi berkaitan dengan konsep pemantulan dan pembiasan cahaya.

Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari pengertian harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala sesuatu yang memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi anak didik dalam pembelajaran, dan dengan adanya media berbasis TIK tersebut, khususnya menggunakan media interaktif anak didik mempunyai keinginan untuk maju, dan juga mempunyai kreatifitas yang tinggi serta memuaskan dalam perkembangan mereka di kehidupan kelak. Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu mencipatakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan


(42)

commit to user

dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya. Dengan demikian para siswa dengan mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru pada proses pembelajaran di kelas.

Soeparno (2007) menyatakan bahwa "ada beberapa alasan memilih media dalam proses belajar mengajar". Lebih lanjut dijelaskan alasan itu antara lain, ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat dipakai didalam proses belajar mengajar, ada media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi tertentu, ada perbedaan karakteristik setiap media dan ada perbedaan pemakai media tersebut serta ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan.

Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan pada pemilihan media. Setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektivitas program pembelajaran. Rudi Susilana (2008) menjelaskan kriteria umum pemilihan media berdasarkan kesesuaian: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik pembelajar atau siswa, teori, gaya belajar, kondisi lingkungan, fasilitas pendukung dan waktu yang tersedia".

Bertitik tolak dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa memilih media tidak mudah. Media yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa ketentuan dengan pertimbangan bahwa penggunaan media harus benar-benar berhasil guna dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas pernahaman siswa.

4. Media SATKET

Pengertian SATKET adalah “sinar akan terlihat karena efek tyndal”. media ini dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan proses penghamburan


(43)

commit to user

cahaya oleh partikel-partikel koloid. Koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen tetapi memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nm). Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh sifat larutan .

Bentuk koloid bermacam-macam tergantung dari fasa zat pendispersi dan fasa zat terdispersinya. Macam-macam koloid dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1. Macam-macam Koloid Fasa

terdispersi

Fasa

pendispersi Tipe Contoh

gas Cair buih, busa buih sabun.

gas Padat busa padat batu apung, karet busa. cair gas. aerosol cair kabut, awan.

cair Cair emulsi cair susu, minyak ikan cair Padat emulsi padat keju, mentega.

padat Gas aerosol padat asap.

padat Cair sol (gel, suspensi) cat, larutan kanji.

padat Padat sol padat paduan logam,

batu permata.

Efek Tyndall merupakan salah satu sifat optik yang dimiliki oleh koloid, yaitu suatu efek penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel yang terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar atau cahaya dapat terlihat. Disebut efek tyndall karena yang menemukan pertama kali adalah John Tyndall seorang ahli fisika dari Inggris (Ensiklopedia bebas :Wikipedia).


(44)

commit to user

Media Satket merupakan sebuah kotak transparan dibuat dari kaca atau plastik mika. Didalam kotak ini dimasukkan asap yang merupakan salah satu bentuk koloid. Asap merupakan koloid dengan fasa terdispersi berbentuk padat dan fase pendispersi berbentuk gas. Asap ini yang akan memperlihatkan jalannya berkas sinar datang, sinar pantul ataupun ataupun sinar bias sehingga hukum pemantulan dan hukum pembiasan dapat dilihat jelas oleh siswa.

Gambar 2.2. Penampang sederhana media Satket 5. Media Interaktif

Media interaktif merupakan media pembelajaran mandiri yang dapat dimanfaatkan siswa dengan panduan komputer. Guru sebagai fasilitator merancang kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat melakukan sendiri pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. "Computer-based interactive media creates a multimedia learning environment that capitalizes on the features

of both video and computer assisted instruction " (Molenda 2005). Media

interaktif adalah sofware pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri tanpa bantuan guru. Media interaktif harus dapat memadukan

explicit knowledge dan tacit knowledge , mengandung fitur assemen untuk

dudukan cermin/lensa Sisi kotak dari Plastik atau kaca Koloid yang berupa asap Alat optik


(45)

commit to user

latihan, ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalah.

Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki" (Mujiman 2006). Belajar mandiri dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Ketersediaan sumber dan media yang bervariasi akan sangat mendukung kegiatan pembelajaran. Dengan demikian pemanfaatan media interaktif diharapkan akan membantu siswa menjalani pembelajaran yang menarik dan menantang sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

Bahan pembelajaran mandiri mempunyai empat ciri pokok. Pertama, mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan itu jelas sehingga tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sumber lain. Kedua, dapat dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Dalam bahan tersebut telah terdapat petunjuk kapan peserta didik boleh terus maju ke bagian berikutnya dan kapan harus mengulang mempelajari bahan belajar yang sama atau bahan yang lain. Peserta didik yang mampu belajar dengan cepat dapat maju terus tanpa perlu menunggu siswa yang lambat. Sebaliknya peserta didik yang lambat tidak perlu merasa tertinggal dan memburu kecepatan siswa yang lebih cepat. Ketiga, dapat dipelajari oleh peserta didik menurut waktu dan tempat yang dipilihnya.

Penyusunan media interaktif patuh pada penyusunan media pembelajaran mandiri. Depdiknas (2009) menyatakan "Karakteristik media pembelajaran mandiri adalah self-instructional, self-contained, adaptif dan userfriendlyl".


(46)

commit to user

a. Self-instructional

Self-instructional maksudnya melalui media pembelajaran mandiri

tersebut peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Oleh karena itu media pembelajaran mandiri harus memuat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit. Memuat contoh-contoh dan ilustrasi yang mendukung penjelasan pemaparan atau uraian materi pembelajaran. Memuat soal-soal latihan, tugas dan. sejenisnya yang memungkinkan peserta didik memberikan respond dan mengukur tingkat penguasaanya. Media pembelajaran mandiri harus kontekstual, materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan peserta didik, menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, memuat rangkuman materi pembelajaran, memuat instrumen penilaian / assessment

(self-assessment) serta memuat balikan (feedback) arcs penilaian peserta didik,

sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi dan memuat informasi tentang cumber rujukan atau referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.

b. Self-contained

Self-contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu kompetensi

atau kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu media pembelajaran mandiri yang utuh. Konsep ini bertujuan memberikan kesempatan pada peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan dari satu kompetensi, maka harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.


(47)

commit to user

c. Adaptif

Media pembelajaran mandiri hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Suatu media pembelajaran mandiri dikatakan adaptif apabila media tersebut dapat menyesuaikan perkembangan Iptek, serta memiliki daya lentur (fleksibel) untuk digunakan di berbagai perangkat keras.

d. User-friendly

Media pembelajaran mandiri hendaknya memenuhi kaidah user friendly

atau bersahabat/akrab dengan pernakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang ditampilkan hendaknya bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Salah satu bentuk user friendly adalah penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Dengan demikian siswa tidak merasa asing atau kesulitan dalam menggunakan media tersebut.

Riyana (2008) menjelaskan bahwa "Media interaktif sebagai bahan ajar bertujuan untuk memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistic". Selain itu media interaktif sebagai bahan ajar bertujuan untuk mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera para siswa serta dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. Tujuan lain penggunaan media interaktif dapat meningkatkan motivasi dan gairah belajar para siswa untuk menguasai materi pelajaran secara utuh, mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar


(48)

commit to user

lainnya. Selain itu melalui penggunaan media interaktif memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

6. Motivasi Belajar a. Motivasi

Menurut Duncan, dalam Ngalim Purwanto (2002), " motivasi berarti setiap usaha yang disadari untuk mernpengarui perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi. Perilaku atau tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh motif disebut tingkah laku motivasi", yang dirumuskan sebagai tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi atau suatu kehendak terpuaskan. Motivasi merupakan dorongan yang muncul dalam diri seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dorongan ini muncul dikarenakan adanya kebutuhan.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai tujuan tertentu.

b. Motivasi Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivasi siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran sangat diperlukan untuk menciptakan proses pembelajaran di kelas secara efektif'. Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Sebagai penggerak kegiatan pembelajaran, setiap guru harus berusaha agar semua


(49)

commit to user

siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga setiap pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan efektif baik dalam proses maupun dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi terhadap suatu mata pelajaran menurut Surjadi (1996) dapat dilihat melalui: 1)Senang membaca buku-buku pelajaran. Siswa yang mempunyai motivasi terhadap suatu pelajaran di sekolah akan rajin membaca buku pelajaran tersebut tanpa diperintah oleh guru atau pihak lain. Bagi siswa tersebut membaca buku pelajaran merupakan kebutuhan, yang harus dipenuhi. 2) Senang Membuat catatan mata pelajaran yang disukai, Siswa yang mempunyai motivasi dalam suatu mata pelajaran, akan membuat catatan-catatan setelah membaca buku atau mendapatkan pelajaran dari guru. Sebagian siswa yang memiliki motivasi ini melakukan pencatatan dengan rapi dan teliti. Catatan ini dimaksud untuk mempermudah mengulangi kembali dalam belajar. Mereka selalu membaca berulang-ulang catatan tersebut. 3) Lebih menguasai mata pelajaran yang dimotivasi, bagi siswa yang mempunyai motivasi terhadap suatu mata pelajaran akan lebih menguasai (baik hafal ataupun mengerti) tentang mata pelajaran tersebut dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Siswa yang bermotivasi dalam mata pelajaran fisika akan cepat mengerti bila diberikan pelajaran tentang fisika daripada diperintah untuk menghafal. 4) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, siswa yang memiliki motivasi terhadap suatu pelajaran, akan sering bertanya segala sesuatu yang belum di mengerti dalam mata pelajaran tersebut. 5) Dapat menceritakan atau menerangkan pada orang lain tentang mata pelajaran yang dimotivasi tersebut.


(50)

commit to user

Pembelajaran melalui media interaktif diharapkan akan sesuai dengan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi sedangkan media Satket dengan panduan guru lebih sesuai dengan siswa yang tingkat motivasi belajarnya lebih rendah. Kehadiran guru dengan media Satket dapat merangsang dan mempengaruhi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan hasil prestasi yang maksimal .

7. Gaya Belajar

“Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi". (Bobby DePorter 2008). Ada dua faktor utama tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama, bagaimana ia menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, bagaimana cara ia mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Jika seseorang sudah akrab dengan gaya belajarnya maka ia dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu dirinya belajar lebih cepat dan mudah.

Pada awal pembelajaran, salah satu langkah pertama adalah mengenali gaya belajar siswa sebagai gaya visual, auditorial atau kinestetik (V–A–K). Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar melalui gerak dan sentuhan. Meskipun kebanyakan diantara sekian banyak orang (siswa) belajar dengan menggunakan ketiga gaya ini pada tahapan tertentu, namun kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya. Jika seseorang lebih menonjol salah satu gaya belajarnya melebihi gaya belajar yang lain maka ia harus mendapatkan perlakuan khusus sesuai dengan gaya yang ditonjolkan


(51)

commit to user

tersebut. Jika tidak mendapatkan pelayanan fasilitas atau media yang sesuai maka orang tersebut akan mengalami kesulitan selama belajar.

a. Karakteristik masing-masing Gaya Belajar 1). Gaya Belajar Visual (Visual Learners)

Gaya belajar visual ditandai dengan melihat dulu buktinya untuk kemudian baru percaya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual. Pertarna, kebutuhan melihat sesuatu (infiormasi / pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya;

kedua, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna; ketiga, memiliki

pemahaman yang cukup terhadap artistik, keempat, memiliki kesulitan berdialog secara langsung; kelima, terlalu reaktif terhadap suara; keenam, sulit mengikuti anjuran secara lisan; ketujuh,

sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan sehingga belajar tetap dapat dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Salah satunya adalah "menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran" (Hamzah B.Uno 2007). Perangkat grafis itu dapat berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar atau sejenisnya yang semuanya dapat digunakan untuk rnenjelaskan suatu informasi secara berurutan.

2). Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar Auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk dapat memahami dan mengingatnya. Orang yang menyukai


(52)

commit to user

gaya belajar seperti ini harus mendengar dulu baru kemudian dapat mengingat dan memahami informasi itu. Karakteristik pertama gaya belajar ini adalah semua informasi hanya dapat diserap melalui pendengaran; kedua, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung; ketiga, memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan orang untuk belajar apabila ia termasuk yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti di atas. pertama, menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali. Kedua, wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi, Ketiga, mencoba membaca informasi kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Keempat, melakukan pengulangan (review) secara verbal dengan teman atau guru.

3) Gaya Belajar Kinestetika (Kinestetic Learners)

Dalam gaya belajar kinestetik, siswa harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia dapat mengingatnya. Beberapa karakteristik model belajar seperti ini diantaranya: pertama, menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama untuk kemudian dapat terus mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang sudah dapat menyerap informasi tanpa membaca penjelasannya. Ketiga, tidak tahan duduk terlalu lama mendengarkan pelajaran. Keempat, dapat belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik. Kelima, memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan mampu


(53)

commit to user

mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).

Untuk orang-orang yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan yang mungkin dapat dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau bermain sambil belajar. Cara lain yang juga dapat digunakan secara tepat membuat jeda ditengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter kinestetic learners juga akan lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau memahami fakta. Penggunaan komputer bagi orang kinestetik akan sangat membantu. Karena dengan komputer ia dapat terlibat aktif dalam melakukan teach (sentuhan), sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar belajar menjadi lebih efektif dan berarti, orang dengan karakter kinestetik disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan. (Hamzah B. Uno 2007).

Berdasarkan uraian pada gaya belajar di atas maka pada penelitian ini menggunakan variabel moderator yaitu gaya belajar visual dan kinestetik dengan mendasarkan pada kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat inderanya. Pemilihan dua gaya belajar ini atas pertimbangan menyesuaikan dengan media pembelajaran yang di gunakan tidak disertai dengan bunyi-bunyian. Oleh karena itu gaya belajar auditorial tidak diteliti.

8. Prestasi Belajar

Belajar adalah proses seseorang untuk memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap. Menurut Oemar Hamalik dalam Martinis (2007) “prestasi


(54)

commit to user

belajar merupakan hasil belajar setelah siswa melakukan kegiatan belajar dan terjadi proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”. Kegiatan belajar merupakan faktor penting dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan pemahaman, ketrampilan dan sikap.

Prestasi belajar merupakan salah satu indikator kualitas dari proses belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari nilai/angka yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai/angka yang diperoleh kelompok atau siswa lain. Prestasi belajar diperoleh setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Menurut Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2005) “hasil belajar yang hendak dicapai digolongkan menjadi tiga aspek, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik”

Prestasi belajar yang diharapkan meliputi kemampuan yang utuh dalam menguasai kompetensi, yang mencakup kemampuan kognitif, psikomotorik dan kemampuan afektif atau perilaku. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir, sesuai dengan tingkatan berfikir yang terendah sampai ketingkat tinggi dimulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan gerak sering disebut ketrampilan dan aspek psikomotorik terdapat banyak dalam pelajaran praktik. Kemampuan afektif siswa meliputi perilaku sosial, sikap, minat, disiplin, nilai, norma dan sejenisnya.


(55)

commit to user 9. Materi Ajar

a. Hakekat Fisika

Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam atau dikenal dengan sains. Sains merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. Sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Sains memiliki dua sisi yaitu sebagai proses dan sisi lain sebagai produk. Proses sains merupakan upaya pengumpulan dan penggunaan bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan imajinatif selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti. Penggunaan bukti sangat pokok dalam kegiatan sains termasuk fisika.

Fisika sebagai bagian dari Sains juga harus menerapkan pembelajaran seperti tersebut di atas. Menurut Freudental (dalam Harun Rasyid 2007) pembelajaran fisika harus dipandang sebagai proses baik kegiatan belajar


(1)

commit to user

113

kemungkinan soal terasa sulit di sekolah uji coba tetapi tidak di sekolah tempat penelitian, atau sebaliknya.

2. Tingkat kejujuran siswa dalam mengerjakan tes prestasi ataupun pada angket belum maksimal.

3. Pada penggunaan media Satket, proses terbentuknya bayangan benda tidak maksimal terbentuk seperti pada media interaktif hal ini karena pengukuran yang dilakukan siswa tidak akurat, sehingga guru harus memberi penjelasan tambahan berupa ceramah dan mengerjakan LKS

4. Pada penggunaan media interaktif, seharusnya semua isi berupa animasi tetapi ada beberapa bagian yang berupa gambar saja.

4. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri atas faktor internal (dari diri pribadi siswa) dan faktor eksternal (dari luar pribadi siswa). Pada penelitian ini faktor ekternal yang dipakai hanya satu yaitu media pembelajaran sedang faktor internal yang dipakai dua yaitu motivasi belajar dan gaya belajar, padahal masih banyak faktor internal dan eksternal lain yang juga mempangaruhi prestasi belajar tersebut (misal metode pembelajaran, kemampuan abstrak, kemampuan numerik, aktifitas belajar siswa dan lain-lain)

5. Prestasi belajar yang diuji dan dibahas hanya satu aspek saja yaitu aspek kognitif, sedang aspek afektif hanya dibahas rata-rata penyebarannya dikelas satket dan kelas interaktif, sementara aspek psikomotorik tidak dilakukan penilaian sama sekali.


(2)

commit to user

114 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh suatu simpulan sebagai berikut ini:

1. Penggunaan media satket dan media interaktif pada pembelajaran materi sifat cahaya dalam penelitian ini dapat memperjelas pemahaman materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan cermin dan lensa. Penggunaan media satket dan media interaktif memberi suasana belajar yang baru, lebih mengaktifkan siswa dan menarik. Dari hasil penelitian ini baik media satket maupun media interaktif sama-sama disenangi oleh siswa MTsN Tulung (mean media satket = 70,75 dan media interaktif = 68,91). Dari hasil uji anava, pembelajaran menggunakan media satket dan media interaktif tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa.

2. Motivasi belajar tinggi dan rendah memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dilihat dari rata-rata nilai prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi (rerata = 73,64) dan motivasi rendah (rerata = 65,77) cukup jauh berbeda.

3. Gaya belajar visual dan kinestetik memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Faktor yang menyebabkan adanya pengaruh gaya belajar terhadap peningkatan prestasi belajar fisika adalah karakteristik pokok bahasan cahaya adalah konkrit yang lebih menekankan pada indra


(3)

commit to user

115

penglihatan. Berhubung dengan materi yang disajikan dengan media satket dan media interaktif, maka terlihat gaya belajar visual memiliki nilai prestasi yang tinggi dibandingkan dengan gaya belajar kinestetik, yakni 72,76 berbanding 66,50.

4. Siswa tertarik dengan pembelajaran yang menggunakan media satket dan media interaktif sehingga mempengaruhi motivasi dalam pembelajarannya. Siswa dengan motivasi belajar tinggi memiliki prestasi lebih baik dibanding siswa dengan motivasi belajar yang rendah, namun tidak terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika.

5. Pembelajaran yang menggunakan media satket dan media interaktif merupakan pembelajaran yang cukup menarik siswa, kedua media yang mendominasi penggunaan indera visual menyebabkan siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan gaya belajar kinestetik. Namun antara penggunaan media pembelajaran dengan gaya belajar tidak terdapat interaksi terhadap prestasi belajar.

6. Motivasi belajar tidak berinteraksi dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Dari data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi tinggi dengan gaya belajar visual maupun kinestetik dilakukan pembelajaran dengan media satket maupun interaktif mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi bila dibanding dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah.


(4)

commit to user

7. Media pembelajaran, motivasi belajar, dan gaya belajar ketiga-tiganya tidak berinteraksi terhadap prestasi belajar siswa. Pembelajaran menggunakan media satket dan media interaktif, pada masing-masing kelas diperoleh bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan gaya belajar visual maupun kinestetik memperoleh prestasi yang tinggi sedangkan siswa mempunyai motivasi rendah memiliki prestasi yang rendah.

B. Implikasi Penelitian 1. Implikasi teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa perlu juga memperhatikan pengaruh faktor internal yang berupa motivasi belajar dan gaya belajar siswa. Dengan memahami faktor internal siswa yang berupa motivasi belajar dan gaya belajar siswa maka tujuan pembelajaran akan lebih efektif tercapai.

b. Pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa dapat menggunakan media satket maupun media interaktif karena keduanya sama-sama memperoleh prestasi yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran dengan media satket dan media interaktif akan menambah wawasan secara teoritis bagi mereka yang ingin meneliti penggunaan media yang interaktif.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, implikasi praktis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:


(5)

commit to user

117

a. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, media pelajaran berupa media satket dan media interaktif dapat digunakan dalam proses belajar mengajar pada materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

b. Media satket dan media interaktif selain sebagai bahan ajar yang digunakan dikelas juga dapat digunakan siswa sebagai bahan belajar mandiri yang memberikan kemudahan untuk pengulangan pembelajarannya secara mandiri. c. Pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan

berbagai bentuk cermin dan lensa perlu juga memperhatikan pengaruh faktor internal yang berupa motivasi belajar dan gaya belajar siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi guru

a. Dalam pembelajaran fisika khususnya materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa hendaknya guru memperhatikan motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket sebelum pembelajaran dimulai. Siswa dengan motivasi belajar rendah hendaknya diberi dorongan dan semangat untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Hal ini dikarenakan motivasi belajar tinggi akan meningkatkan prestasi belajar.

b. Guru perlu mengetahui gaya belajar siswa. Dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa yang karakteristiknya konkret yang lebih menekankan indra visual, maka


(6)

siswa-commit to user

siswa dengan gaya belajar kinestetik maupun auditorial hendaknya diberi dorongan agar dapat mengoptimalkan indra visualnya sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.

c. Pada penggunaan media satket sebaiknya guru sudah mencoba peralatan satket terlebih dahulu serta sudah mengetahui jarak fokus cermin dan lensa yang digunakan sehingga saat pembelajaran berlangsung guru dapat memberikan bimbingan dengan benar ketika terjadi masalah pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

2. Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai reverensi untuk penelitian yang sejenis baik dalam aspek medianya ataupun bahan ajarnya.

b. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah atau merubah variabel moderator yang lainnya, seperti kemampuan awal, kreatifitas siswa, kemampuan spasial, minat siswa dan sebagainya

3. Bagi Pengelola Sekolah

a. Memberikan dukungan kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang pembuatan media pembelajaran melalui berbagai kegiatan seperti seminar, workshop, pelatihan, atau forum-forum lain yang sejenis. b. Melengkapi sarana, prasarana dan infrastuktur sekolah/madrasah dalam

mendukung penggunaan media pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang meliputi media audio, media visual, maupun media audiovisual.