commit to user besar terhadap materi pelajaran dapat membantu siswa untuk menguasai materi
pelajaran yang disampaikan. Selain itu, mengingat kelebihan yang dimiliki oleh media cerita bergambar, diantaranya adalah media cerita bergambar termasuk
media visual yang dapat menguatkan ingatan dan mengembangkan imajinasi anak tunarungu, dapat digunakan di mana saja dan kapan saja, mudah dalam
penggunaannya, dapat memperjelas suatu masalah, serta dapat digunakan untuk tingkat usia berapa saja, maka peneliti mencoba menerapkan penggunaan media
cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan:
Apakah media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT
melalui penggunaan media cerita bergambar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi guru SLB dalam menerapkan pembelajaran
menulis bagi anak tunarungu, sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulisnya.
2. Sebagai wahana untuk membantu memberi pelayanan pendidikan dan pembelajaran menulis pada anak tunarungu yang sampai saat ini masih
mengalami kendala. 4
commit to user
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pengertian Anak Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tunarungu
apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Daniel Hallahan dan James Kauffman menjelaskan bahwa tunarungu
adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar, yang meliputi keseluruhan mendengar dari ringan sampai yang berat, digolongkan ke dalam
bagian tuli dan kurang dengar. Orang tuli menurut mereka adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi
bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah seseorang yang
biasanya dengan menggunakan alat bantu mendengar, sisa pendengaran cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran
Permanarian Somad dan Tati Herawati, 1995:26. Pendapat tersebut di pertegas oleh Andreas Dwidjosumarto yang
menyatakan bahwa seseorang yang tidakkurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli
deaf dan kurang dengar hard of hearing. Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat, sehingga
pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi
untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa alat bantu dengar Sunaryo Kartadinata, 1996: 74.
Tidak jauh berbeda dengan kedua pendapat di atas, Thomas Watson juga mengkategorikan anak tunarungu menjadi dua, yaitu tuli dan kurang dengar.
Namun Thomas Watson menjelaskan kedua gangguan pendengaran tersebut dikaitkan dengan kepentingan pendidikan, bahwa :
commit to user 1
Tuli adalah mereka yang tidak dapat mendengar atau indera pendengarannya tidak sempurna sehingga memerlukan pendidikan
dengan metode khusus. 2
Anak kurang dengar adalah mereka yang mampu berbicara dan berbahasa, akan tetapi pendengarannya sedikit terganggu se-
hingga tidak memerlukan metode khusus seperti anak tuli. Anak kurang dengar memiliki peluang dalam menggunakan sisa
pendengarannya untuk pengembangan bicara dan bahasa tanpa menggunakan alat bantu dengar Edja Sadjaah, 2005: 72-73.
Secara Pedagogis, tunarungu dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam mendapatkan informasi secara lisan, sehingga
membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya di sekolah. Pengertian ini lebih menekankan pada upaya pengembangan potensi penyandang
tuna rungu, melalui proses pendidikan khusus. Dengan begitu, penyandang tunarungu tidak dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan
bertanggungjawab dalam kehidupannya sehari-hari Suparno, 200: 9. Dari berbagai pengertian anak tunarungu di atas, dapat disimpulkan
bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kesulitan dalam mendengar sebagai akibat dari hilangnya sebagian atau seluruh fungsi indera pendengaran
yang menyebabkan terhambatnya perkembangan bahasa, sehingga mereka membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya di sekolah
dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara lebih optimal. Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan menulis. Kemampuan menulis
merupakan salah satu aspek berbahasa sehingga dengan kemampuan ini kemampuan bahasa anak tunarungu dapat berkembang.
Anak tunarungu memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajar di sekolah karena mereka mempunyai gangguan pendengaran. Oleh karena
itu, perlu adanya cara untuk membantu memudahkan anak tuna rungu yang lebih cenderung menggunakan indera penglihatannya dalam menerima materi pelajaran.
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat tercapai tujuannya, yang dalam hal ini
commit to user 7
adalah meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu.
2. Klasifikasi Anak Tuna Rungu
Anak tunarungu menurut Permanarian dan Tati Herawati 1995:29, dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu :
a. Orang Tuli
Adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar, sehingga menghambat proses informasi bahasanya melalui pendengaran, baik
memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar.
b. Orang Kurang Dengar
Adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan memakai alat
Bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Pandangan lain dari Charles Telford dalam Edja Sadjaah 2005: 76-77 mengklasifikasikan anak tunarungu sebagi berikut :
a. Gangguan Pendengaran Ringan mild losses, 20-30 db. Anak mampu belajar berbicara dengan telinganya dan berkembang
normal. Taraf ini merupakan batas antara normal pendengaran dan tuli.
b. Gangguan Pendengaran Marginal, 30-40 db. Penderita mengalami kesulitan mendengar jarak jauh lebih dari satu
kaki dan kesulitan dalam mengikuti percakapan, namun dapat berbicara dengan telinganya.
c. Gangguan Pendengaran Jenis Sedang moderate losses, 40-60 db Mereka dapat mendengar suara keras dan dibantu dengan
penglihatannya visual, mereka dapat belajar percakapan melalui metode oral.
d. Gangguan Pendengaran Berat severe losses, 60-70 db Mereka tidak dapat berbicara tanpa menggunakan teknik-teknik
khusus, seperti pada pelayanan pendidikan bagi anak tuli berat sekali. Kelompok ini merupakan batas tuli dengan kesukaran
commit to user mendengar.
e. Gangguan Pendengaran Sangat Berat profound losses, lebih dari 75 db
Mereka jarang belajar bahasa dengan telinganya.
Klasifikasi tersebut di atas akan berpengaruh terhadap kemampuan anak tunarungu dalam menerima, memahami, dan menyerap materi yang disampaikan
kepada mereka. Materi dalam penelitian tindakan ini adalah cerita berdasarkan pengalaman. Anak tunarungu yang mempunyai tingkat kehilangan pendengaran
yang tergolong ringanmasih mempunyai sisa pendengaran yang cukup baik, akan lebih cepat dan mudah dalam menerima, memahami dan menyerap materi yang
disampaikan. Namun anak tunarungu yang mempunyai tingkat kehilangan pendengaran yang tergolong beratsedikitnya sisa pendengaran mereka, akan lebih
lama dan sulit menerima, memahami dan menyerap materi yang disampaikan.
3. Karakteristik Anak Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati 1995: 34-39, yaitu sebagai berikut :
a. Dalam Segi Intelegensi.
Anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata-rata, akan tetapi karena perkembangan intelegensi sangat mempengaruhi oleh
perkembangan bahasa, maka anak tunarungu menampakkan intelegensi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa.
b. Dalam Segi Bahasa Dan Bicara.
Anak tunarungu tidak dapat mendengar bahasa. Oleh karena itu kemampuan bahasanya tidak dapat berkembang. Akibat dari ketidak-
mampuannya dibandingkan dengan anak yang mendengar, maka dalam perkembangnnya bahasanya mereka jauh tertinggal.
commit to user 9
c. Dalam Segi Emosi Dan Sosial
Ketunarunguan mengakibatkan terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akibat dari kerasingan tersebut dapat
menimbulkan efek-efek negative, seperti : 1. Egosentrisme yang melebihi anak normal.
2. Perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas. 3. Ketergantungan terhadap orang lain.
4. Perhatian mereka lebih sukar dialihkan. 5. Mereka memiliki sikap polos, sederhana, dan tanpa
banyak masalah. 6. Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
Suparno 2001: 14 mengemukakan beberapa karakteristik yang pada umumnya dimiliki oleh anak tunarungu, antara lain dari segi fisiknya, yaitu : cara
berjalannya agak kaku dan cenderung membungkuk, perna-fasannya pendek, serta gerakan matanya cepat dan beringas. Sedangkan dari segi bahasa, mereka miskin
kosakata, sulit memahami kalimat-kalimat yang komplekskalimat yang panjang maupun bentuk tulisan, serta kurang menguasai iramadan gaya bahasa.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunarungu yaitu memiliki hambatan dalam perkembangan
bahasanya, dan mempunyai bahasa yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ank-anak normal, karena mereka miskin kosa kata, sulit memahami kalimat-
kalimat yang kompleks dan kalimat yang panjang, terbatas dalam pengucapannya dan lebih banyak menggunakan bahasa isyarat dalam komunikasinya,
menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana dalam tulisannya, kurang mampu menyusun bentuk an struktur kalimat serta sulit memahami kata-kata yang
abstrak. Karakteristik anak tunarungu di atas menjadi salah satu landasan dalam
memilih dan membuat media cerita bergambar yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu. Media cerita bergambar akan
disesuaikan dengan karakteristik anak tunarungu tersebut yaitu tidak
commit to user menggunakan kalimat yang kompleks dan yang terlalu panjang, menggunakan
kalimat yang pendek dan sederhana. Gambar dalam media cerita bergambar akan membantu anak tunarungu dalam memahami kata-kata yang bersifat abstrak.
Kalimat dalam media cerita bergambar dapat membantu anak tunarungu belajar menyusun bentuk dan struktur kalimat serta dapat menambah kosa kata anak
tunarungu.
B. Kajian Tentang Kemampuan menulis 1. Pengertian Kemampuan Menulis
Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis ketrampilan yang harus dimiliki oleh anak, karena kemampuan ini berpengaruh terhadap pembentukan
kemampuan barbahasa. Kemampuan menulis adalah komponen penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa di samping kemampuan menyimak,
membaca, dan berbicara. Kemampuan ini dimiliki anak melalui latihan dan bimbingan, yang biasanya diperoleh melalui proses belajar menajar di sekolah.
Kemampuan menulis menjadi salah satu komponen yang turut menentukan tercapainya tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Menurut Henry Guntur Tarigan 1985:3, menulis diartikan sebagai suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Lebih lanjut Henry Guntur Tarigan, seperti yang dikutip oleh Muchlisoh 1992: 233 mengemukakan bahwa menulis adalah menurun-kan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik itu. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan menulis adalah suatu kemampuan untuk membuat huruf dan melahirkan pikiranperasaan melalui tulisan yang digunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain, di mana tulisan yang diciptakan tersebut dapat dipahami oleh orang lain.
commit to user 11
Kesimpulan di atas memberikan landasan pengertian akan kemam-puan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini. Kemampuan menulis tersebut adalah
kemampuan untuk membuat huruf dan melahirkan pikiranperasaan yang berupa pengalaman dalam bentuk tulisan serta untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain yang membaca tulisan yang diciptakan tersebut, dimana tulisan itu dapat dipahami oleh orang lain yang
membacanya.
2. Manfaat dan Tujuan Menulis
Menulis mempunyai fungsi utama sebagi alat komunikasi secara tidak langsung. Melalui tulisan orang dapat menyampaikan pesan, informasi dan
pengetahuan kepada orang lain. Euis Nuraeni dalam Muchlisoh 1992: 233 mengemukakan bahwa penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan.
Hasil menulis tulisan tersebut dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalam
tulisannya. D` Angelo dalam Henry Guntur Tarigan 1985: 22 juga mengemukakan
hal yang sama bahwa fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berfikir kritis, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, mempertajam daya tangkap atau persepsi,
memecahkan masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, membantu menjelaskan pikiran-pikiran mengenai arti kata dan orang lain.
Menurut Hugo Hartig dalam Muchlisoh 1992: 234-235 tujuan dari menulis adalah sebagai berikut :
a. Assignment Purpose tujuan penugasan, yaitu penulis tidak memiliki tujuan. Penulis menulis
karena mendapat tugas dan bukan karena kemauan sendiri.
b. Altruistic Purpose tujuan altruistic, yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para
commit to user pembaca.
c. Persuasive Purpose tujuan persuasive, yaitu penulis bertujuan untuk mempengaruhi pembaca,
agar pembaca yakin akan kebenaran gagasanide yang diutarakan penulis.
d. Informational Purpose
tujuan informalpenerangan,
yaitu penulis
menuangkan idegagasan dengan tujuan memberi informasiketerangan kepada pembaca.
e. Self Expresive Purpose tujuan pernyataan diri, yaitu penulis berusaha untuk memperkenalkan
menyatakan dirinya sendiri kepada pembaca. f.
Creative Purpose tujuan kreatif, yaitu penulis bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai-
nilai artistiknilai-nilai kesenian dengan tulisan si penulis.
g. Problem Solving Purpose tujuan pemecahan masalah, yaitu penulis berusaha memecahkan
suatu masalah yang dihadapi dengan tulisannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai manfaat dan tujuan bagi penulis dan juga bagi pembacanya,
yaitu sebagai alat komunikasi tidak langsung, memudahkan berpikir kritis, mempertajam daya tangkappersepsi, memberikan kesenangan, mencatat urutan
kejadianpengalaman, mempengaruhi dan meyakinkan pembaca, memberitahukan dan menjelaskan idegagasan, menyatakan diriperasaan, serta untuk memecahkan
masalah. Dalam penelitian ini manfaat yang ingin diperoleh dengan kegiatan menulis bagi anak tunarungu adalah sebagai alat komunikasi dengan orang lain
komunikasi dapat lebih mudah terjalin terutama antara anak tunarungu dengan orang normal yang sulit menangkap apa yang disampaikan oleh anak tunarungu,
mengembangkan daya pikir, mempertajam ingatan dan mengembangkan 12
commit to user 13
imajinasi, memberi kesenangan, mencatat pengalaman anak tunarungu, serta anak tunarungu dapat menyatakan perasaannya melalui pengalaman yang ditulisnya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis Anak Tunarungu
Anak tunarungu memperoleh kemampuan menulisnya bukan secara tiba- tiba, namun melalui proses yaitu belajar. Proses inilah yang menentukan
terbentuknya kemampuan menulis pada anak tunarungu. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis anak tunarungu menurut Slameto
2003: 54 diantaranya adalah sebagi berikut :
a. Faktor Intern, diantaranya adalah :
1 Faktor Jasmaniah, yaitu Faktor kesehatan dan cacat tubuh. Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran yang membuat mereka
sulit memperoleh bahasa. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan menulisnya. Sedangkan mereka mempunyai kemampuan motorik yang
sama dengan anak normal, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menggerakkan tangannya untuk menulis.
2 Faktor Psikologis, yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan anak tunarungu.
b. Faktor Ekstern, diantaranya adalah :
1 Faktor Keluarga, diantaranya adalah cara orang tua membimbing, dukungan, dan pengertian orang tua.
2 Faktor Sekolah, diantaranya metode belajar dan mengajar yang diterapkan pada anak tunarungu, kurikulum yang dipergunakan, serta
alat yang dipergunakan dan waktu pelaksanaan kegiatan menulis.
4. Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis Anak Tunarungu
Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan dalam pendengarannya yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam
kemampuan berbahasanya. Salah satu kemampuan berbahasa anak tunarungu yang mengalami hambatan adalah kemampuan menulisnya. Hal ini berpengaruh
commit to user serta menghambat keberhasilan belajarnya di sekolah. Untuk itu perlu diupayakan
pemecahannya supaya kemampuan menulis anak tunarungu dapat meningkat. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan latihan secara intensif
kepada anak mereka. Namun latihan yang diberikan selama ini ternyata kurang dapat
meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu. Hal ini salah satu diantaranya disebabkan oleh masih kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar. Media ini berguna dalam membantu dan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran, yang dalam hal ini yaitu untuk meningkatkan
kemampuan menulis. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarung adalah media cerita
bergambar. Selain bentuk penyajiannya yang emnarik, media ini memuat gambar yang dpat membantu merangsang anak tunarungu dalam menuangkan perasaan
dan pikirannya, serta membantu dalam mengarahkan anak tunarungu untuk menyususn dan menuliskan urutan pengalaman yang dialaminya.
Dalam penelitian ini cara yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu adalah dengan meminta anak untuk
menuliskan kembali kembali cerirta bergambar tentang pengalamaan atau peristiwa yang dialaminya, yang telah disampaikan dan dijelaskan sebelumnya
menggunakan media cerita bergambar. Media cerita bergambar dalam penggunaannya disesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik anak tunarungu. Cerita bergambar menjadi bahan bacaan yang sesuai bagi anak tunarungu, seperti yang dinyatakan oleh Mary
Leonhart 2001:98 bahwa untuk anak-anak yang mengalami kelainan dalam proses auditorialnya, berilah bahan bacaan yang terdapat banyak gambar.
Penggunaan media cerita bergambar dapat menjadi variasi baru dalam pembelajaran menulis bagi anak tunarungu, sehingga dapat mengurangi kejenuhan
anak pada proses belajar mengajar yang sama setiap harinya dan meningkatkan motivasi anak tunarungu dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
commit to user 15
C. Kajian tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantarapengantar. Media menjadi
perantarapengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Azhar Arsyad 2006: 4 mengartikan media sebagi alat yang
menyampaikanmengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ahmad Rohani 1997: 3 bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat di indera yang berfungsi sebagai perantarasaranaalat untuk proses komunikasi proses belajar mengajar .
Sedangkan Arief Sadiman 2006: 7 mengatakan bahwa : Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses
belajar terjadi. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah bahanmateri yang menyampaikan pesaninformasi yang berasal dari suatu sumber kepada siswa melalui indera mereka yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi. Media pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini adalah
media cerita yang disertai dengan urutan gambar, sebagai alat untuk menyampaikan materi dari gurupeneliti sebagai penyampai dan anak tunarungu
kelas D4 SLB B YAAT Klaten sebagi penerima, agar materi yang disampaikan yaitu cerita berdasarkan pengalaman bias dipahami oleh anak sesuai tujuan yang
ingin di capai yaitu meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB - B YAAT Klaten.
2. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar siswa dalam pembelajaran, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar yang di capai. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2002 : 2-3 menyatakan
commit to user alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Alasan pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, antara lain :
a. Pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami siswa, memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran siswa lebih baik.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, serta mendemontrasikan, dan lain-lain.
Alasan kedua mengapa penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf
berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap-tahap perkembangan, di mulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, di mulai dari berfikir
sederhana menuju ke berfikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut, sebab melalui media pembelajaran
hal-hal yang abstrak dan dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan media dalam pembelajaran adalah memperjelas penyajian materi,
menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, serta memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan memperhatikan
manfaat media pembelajaran inilah yang mendasari penggunaan media dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis anak tuna rungu Kelas D4 SLB B
YAAT Klaten. Media ini dapat memperjelas materi yang disampaikan, mempermudah dalam menyampaikan materi yang berupa cerita berdasarkan
pengalaman, menarik perhatian dan meningkatkan motivasi anak dalam belajar 16
commit to user 17
karena mereka belum mendapatkan pembelajaran dengan media cerita bergambar, dan menjadi variasi baru dalam proses belajar mengajar.
D. Kajian Tentang Media Cerita Bergambar 1. Pengertian Media Cerita Bergambar
Poerwadarminta 1976: 202 menyatakan bahwa cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal peristiwa kejadian, dan
sebagainya. Selain itu, cerita yang di artikan sebagai karangan tyang menuturkan perbuatan, pengalaman, dan penderitaan orang dan sebagainya baik yang
sungguh-sungguh terjadi atau hanya rekaan belaka. Sedangkan gambar menurut Poerwadarminta 1976: 296 diartikan
sebagai tiruan barang Orang, Binatang, dan Tumbuhan. Yang dimaksud bergambar yaitu :
a. Dihiasi dengan gambar, ada gambarnya. b. Dibuat gambarnya dengan alat potret.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media cerita bergambar adalah sesuatu bahan yang menyajikan pesan dengan cara menuturkan perbuatan, pengalaman,
penderitaan orang lain, bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sungguh- sungguh terjadi atau hanya rekaan belaka yang dihiasi dengan gambar untuk
merangsang siswa belajar. Media cerita bergambar yang digunakan dalam penelitian tindakan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis anak
tunarungu kelas D4 SLB B YAAT Klaten ini adalah sesuatu bahan yang menyajikan pesan dengan cara menuturkan pengalaman, yaitu peristiwa yang
pernah dialami atau kegiatan yang pernah dilakukan yang dihiasi dengan gambar untuk merangsang anak tunarungu kelas D4 SLB B YAAT Klaten belajar dan
dapat menangkap materi yang disampaikan.
2. Kelebihan dan kekurangan Media Cerita Bergambar
Cerita bergambar dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena memiliki kelebihan. Arief Sadiman 2006: 2931 menyatakan kelebihan dari cerita
bergambar adalah sebagai berikut :
commit to user a. Cerita bergambar bersifat konkret, gambar lebih realities
menunjukkan pokok masalah di banding dengan media verbal semata.
b. Cerita bergambar dapat mengatasi ruang dan waktu serta dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.
c. Cerita bergambar dapat memperjelas masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja.
d. Murah harganya dan mudah di dapat serta digunakan tanpa memerlukan paralatan khusus.
Arief Sadiman 2006: 31 selain menyatakan kelebihan penggunaan cerita bergambar, beliau juga menyatakan kelemahan dari penggunaan cerita
bergambar dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut : a. Hanya menekankan pada persepsi indera semata.
b. Penyajian yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
c. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok kecil. Kelebihan-kelbihan tersebut menjadi pertimbangan dalam memilih media
cerita bergambar sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-
B YAAT Klaten. Media ini dapat di buat sehingga mudah didapatkan, tidak menghabiskan banyak biaya dan mudah untuk digunakan bagi anak tunarungu
yang cenderung menggunakan penglihatannya dalam belajar. Selain itu media ini juga memperjelas materi yang disampaikan yaitu cerita berdasarkan pengalaman
dan lebih bersifat realistic krena bagi anak tunarungu sulit dalam menerima materi yang bersifat abstrak, serta dapat mengtasi keterbatasan pengamatan, ruang dan
waktu karena media ini memuat cerita yang telah terjadi atau telah dialami dan bukan peristiwa yang sedang terjadi yang dapat terlihat dalam waktu itu juga.
3. Pengembangan Media cerita Bergambar
Media cerita bergambar sebagai media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar dapat dibuat dan mengembangkan
commit to user 19
media tersebut perlu adanya pertimbangan yang harus diperhatikan. Arief Sadiman 2006: 100 menyatakan beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan
dalam mengembangkan media pembelajaran, diantaranya yaitu kebutuhan dan karakteristik siswa, tujuan yang hendak di capai, serta materi yang akan
disampaikan. Azhar Arsyad 2006: 107 menyatakan beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam merancang media yang berbasis visual, antara lain : a.
Kesederhanaan, yaitu bahwa jumlah elemen yang lebih sedikit
memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan. b.
Keterpaduan, yaitu bahwa elemen-elemen yang ada harus saling
terkait dan menyatu sebagi suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat di kenal dan dapat
membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. c.
Penekanan, yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran,
hubungan-hubungan, perpekstif, warna atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.
d.
Keseimbangan, bahwa bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya
menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris.
e. Bentuk, yaitu bahwa bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat
membangkitkan minat dan perhatian. Hal-hal tersebut diatas penting untuk dipertimbangkan dalam
mengembangkan media cerita bergambar yang akan digunakan dalam penelitian tindakan ini, karena dapat membantu dalam menentukan media cerita bergambar
yang seperti apa yang cocok bagi anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten. Dengan begitu akan diketahui media cerita bergambar yang bagaimana yang
disukai dan menarik bagi mereka serta yang sesuaiuntuk meningkatkan kemampuan menulis mereka, yang dalam hal ini adalah menulis cerita sederhana
berdasarkan pengalaman sehingga tujuan yang hendak dicapai tersebut dapat berhasil.
commit to user
4. Media Cerita Bergambar Bagi Anak Tunarungu
Media cerita bergambar adalah salah satu bentuk media visual yang diartikan sebagai penyajian pesan dengan cara menuturkan perbuatan,
pengalaman, penderitaan orang lain, bagaimana terjadinya sesuatu, baik sungguh- sungguh terjadi atau hanya rekaan belaka yang dihiasi dengan gambar untuk
merangsang siswa belajar. Dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu, media
cerita bergambar dapat berperan di dalamnya. Media cerita bergambar sebagai salah satu media visual yang cocok dan sesuai digunakan pada anak tunarungu
mengingat mereka lebih banyak menggunakan indera visualnya dalam belajar. Media ini membantu menguatkan ingatan anak tunarungu dan mengembangkan
imajinasi mereka. Dengan demikian anak tunarungu dapat menulis sesuai dalam ingatan dan imajinasinya tersebut. Penggunaan gambar dalam cerita mampu
menjelaskan isi dan alur cerita, sehingga anak tunarungu dapat lebih memahami cerita tersebut. Gambar dalam cerita juga berguna untuk melukiskna peristiwa
atau pengalaman yang dialami dan kegiatan yang dilakukan sesuai alur cerita. Hal ini dapat merangsang ingatan dan imajinasi serta mengarahkan anak tunarungu
dalam menyususn cerita, sehingga anak tunarungu akhirnya dapat menulis cerita berdasarkan pengalaman.
Pengunaan cerita bergambar dapat menjadi variasi baru dalam proses belajar mengajar, khususnya di kelas D4 SLB-B YAAT Klaten sehingga proses
belajar mengajar dapat lebih menarik bagi anak tunarungu. Media ini dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan anak tunarungu akan kegiatan belajar
mengajar yang sama setiap harinya serta meningkatkan perhatian dan motivasi anak tuna rungu dalam proses belajar mengajar.
Cara Menggunakan Media Cerita Bergambar Dalam Proses Belajar Mengajar
Cara menggunakan media cerita bergambar dalam proses belajar mengajar di SLB B berarti menunjukkan bagaimana jalannya melakukan atau
menggunakan cerita bergambar dalam proses belajar mengajar di SLB B. Cerita 20
commit to user 21
Bergambar sebagai media dalam meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu menggunakan tema tentang pengalamanperistiwa yang mungkin
dialami oleh anak tunarungu. Urutan gambar dimaksudkan untuk melukiskan peristiwa atau pengalaman yang dialami atau kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan alur cerita. Pengunaan media bergambar dalam proses belajar mengajar di mulai
dengan menjelaskan terlebih dahulu tema cerita bergambar kepada siswa. Kemudian menjelaskan urutan gambar satu per satu sesuai dengan isi ceritanya
agar siswa dapat memahami cerita yang disampaikan, dan mengajak siswa untuk menanggapi cerita yang ada pada gambar-gambar tersebut, serta mengadakan
tanya jawab tentang isi cerita tersebut. Setelah itu, siswa diminta untuk menceritakan kembali cerita sesuai cerita dalam media cerita bergambar secara
tertulis. Setelah siswa selesai menulis kembali cerita, kemudian mereka mengumpulkan hasilnya pada guru dan guru mengevaluasi hasil tulisan siswa
tersebut.
E. Kerangka Berpikir
Kemampuan menulis merupakan salah satu aspek yang dikembangkan dalam program kegiatan belajar mengajar, sebagai upaya pengembangan
kemampuan berbahasa siswa. Kemampuan menulis sangat penting dikuasai oleh siswa, karena dengan kemampuan menulis mereka dapat meningkatkan
kemampuan akademiknya. Selain itu, dengan kemampuan ini mereka juga dapat menuangkan pikiran dan perasaannya, serta dapat membantu dalam
berkomunikasi. Peningkatan kemampuan menulis anak Tunarungu melalui penggunaan
media cerita bergambar dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
commit to user
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan Media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 di
SLB – B YAAT Klaten. 22
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SLB-B YAAT Klaten, seting penelitian di dalam kelas, dengan alasan: Penelitian ini adalah penelitian proses belaajar
mengajar, maka situasi sosial yang terlibat adalah siswa sebagai subyek yang belajar dan guru sebagai tenaga pendidik.
Waktu yang direncanakan untuk pelaksanaan tindakan adalah semester kedua tahun ajaran 2008-2009.
B. Subyek Penelitian