commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Karena ia
dibekali dengan kemampuan untuk berfikir. Alat yang dipergunakan manusia berfikir adalah bahasa, bahasa menjadi sarana komunikasi yang utama. Manusia
tanpa bahasa tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Anak-anak Tunarungu merupakan anak yang memiliki kelainan fungsi
dan atau organ auditorisnya. Kelainan ini mengakibatkan mereka mengalami gangguan dalam mendengar dan berdampak pada kemampuan bahasanya.
Seperti yang dikemukakan oleh Mufti Salim dalam Sunaryo 1996 : 74- 75 bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya alat pendengaran, sehingga ia mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasanya. Anak tunarungu memiliki kesulitan dalam memperoleh bahasa, akibatnya kemampuan bahasa mereka lebih rendah
bila dibandingkan dengan anak normal. Kemampuan bahasa yang rendah pada anak tunarungu mengakibatkan
mereka mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berfikirnya dan juga kemampuan komunikasinya. Menurut Backwin bahwa intelegensi anak-anak
gangguan pendengaran lebih rendah daripada intelegensi anak normal, hal ini disebabkan oleh gangguan bicaranya. Dengan demikian keterlambatan belajar
mereka tidak saja disebabkan oleh tingkat kecerdasannya, namun juga ditopang oleh kemampuan berbahasanya Edja Sadjaah, 2005: 6. Selanjutnya Backwin
menyatakan bahwa apabila pemilikan bahasa sangat kurang, maka dengan sendirinya merupakan hambatan bagi pencapaian prestasi akademiknya.
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh anak tunarungu dalam rangka pengembangan
1
commit to user kemampuan bahasa mereka. Kemampuan menulis menjadi salah satu aspek
ketrampilan berbahasa yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kemampuan komunikasinya, serta dapat meningkatkan kemampuan aka-
demiknya. Kemampuan ini berperan penting bagi anak tunarungu. Namun kemampuan menulis anak tunarungu menunjukkan pada tingkat yang rendah.
Anak tunarungu kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten misalnya, mereka mempunyai kemampuan menulis yang rendah. Dalam Bidang Studi Bahasa
Indonesia Kelas D4 SLB-B YAAT Tahun Ajaran 20082009 mengalami kesulitan untuk menuangkan pikiran, perasaan, maupun pengalamannya ke dalam bentuk
tulisan seperti cerita. Padahal, menulis cerita berdasarkan pengalaman menjadi salah satu hasil belajar yang harus dimiliki oleh anak. Selain itu, mereka tidak
pernah mengerjakan tugas mengarang dan lembar tugas mengarangnya selalu kosong. Mereka mempunyai kesulitan dalam menyusun kata maupun kalimat
serta dalam menggunakan tanda baca. Kalimat yang mereka tulis sulit dipahami dan tidak runtut dengan kalimat berikutnya. Untuk itu perlu adanya upaya dalam
meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu Kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak latihan menulis pada anak tunarungu. Latihan menulis tersebut diberikan secara intensif
mengingat mereka mempunyai daya ingat yang rendah dan daya imajinasi yang kurang serta miskinnya perbendaharaan kata, sebagai akibat dari kurang
sempurnanya perkembangan bahasa anak tunarungu. Latihan yang telah dilakukan oleh Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten
dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu, diantaranya adalah dengan menyalin bacaan, menjawab pertanyaan secara tertulis, menulis
kata atau kalimat yang dieja guru. Latihan tersebut ternyata masih kurang efektif dan kurang dapat
mengembangkan kemampuan menulis anak tunarungu secara optimal. Selain itu, latihan tersebut kurang menarik perhatian siswa, sehingga kegiatan belajar
mengajar kurang dapat berjalan dengan maksimal. Oleh karena itu perlu diupayakan cara agar pengajaran bahasa dalam rangka meningkatkan kemampuan
commit to user menulis anak tunarungu dapat berjalan lebih lancar dan menarik. Serta dapat lebih
mengembangkan kemampuan menulis anak tunarungu. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media
pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajarnya. Media ini digunakan untuk menguatkan ingatan anak tunarungu sehingga dapat mengembangkan daya
imajinasi anak tunarungu, dan dengan daya imajinasi tersebut kemampuan menulis anak tunarungu dapat meningkat.
Media pembelajaran secara umum digolongkan menjadi tiga, yatu media audio, media visual, dan media audiovisual. Sifat anak tunarungu yang lebih
cenderung menggunakan indera penglihatannya dapat dijadikan pertimbangan pemilihan media visual sebagai media pembelajaran bagi mereka. Banyak media
yang digolongkan dalam media visual, salah satu media yang tergolong sebagai media visual adalah cerita bergambar.
Media cerita bergambar tergolong media visual dan visualisasinya sangat penting dalam membentuk imajinasi pada anak tunarungu yang mengandalkan
visualisasinya dalam belajar. Media cerita bergambar yang bersifat visual ini akan menguatkan ingatan anak tunarungu yang akhirnya dapat menimbulkan imajinasi
anak dalam menulis. Media cerita bergambar yang digunakan adalah berupa cerita yang dilengkapi dengan urutan gambar untuk melukiskan alur ceritanya, sehingga
anak tuna rungu dapat memahami ceritanya dan dapat menuliskan kembali cerita bergambar tersebut. Penggunaan cerita bergambar ini dimaksudkan untuk
mengarahkan anak tuna rungu dalam menyusun dan menulis cerita sesuai dengan pengalaman atau peristiwa yang dialaminya. Selama ini masih jarang digunakan
media cerita bergambar dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu di SLB-B YAAT.
Harapan dipergunakannya media cerita bergambar sebagai media pembelajaran adalah membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar, karena media tersebut memberikan variasi baru dalam kegiatan belajar mengajar dan mengurangi kejenuhan akan kegiatan belajar yang sama
setiap harinya. Dengan ketertarikan tersebut, perhatian siswa terhadap materi pelajaran dan kegiatan belajar mengajar dapat lebih meningkat. Perhatian yang
commit to user besar terhadap materi pelajaran dapat membantu siswa untuk menguasai materi
pelajaran yang disampaikan. Selain itu, mengingat kelebihan yang dimiliki oleh media cerita bergambar, diantaranya adalah media cerita bergambar termasuk
media visual yang dapat menguatkan ingatan dan mengembangkan imajinasi anak tunarungu, dapat digunakan di mana saja dan kapan saja, mudah dalam
penggunaannya, dapat memperjelas suatu masalah, serta dapat digunakan untuk tingkat usia berapa saja, maka peneliti mencoba menerapkan penggunaan media
cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT.
B. Rumusan Masalah