Hak dan kewajiban para pihak dalam kegiatan kemitraan wisata

kesepakatan ini telah terhitung sejak 29 Oktober 2010 lalu. Namun berdasarkan PKS Pasal 10 tentang Jangka Waktu Kerjasama, apabila Perjanjian Kerjasama akan diperpanjang maka harus didahului surat permohonan perpanjangan oleh pihak kedua kepada pihak kesatu selambat-lambatnya tiga bulan sebelum masa berlaku Perjanjian Kerjasama berakhir Lampiran 6. Pihak kedua hingga bulan Oktober 2011 lalu belum mengajukan surat permohonan perpanjangan kerjasama kepada pihak pertama sehingga kerjasama ini belum dapat diperbaiki dan memperluas kerjasama di antara kedua pihak.

5.2.3 Hak dan kewajiban para pihak dalam kegiatan kemitraan wisata

Berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Kesatuan Bisnis Mandiri Agroforestry, Ekowisata dan Jasa Lingkungan KBM AEJ Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH Wisata di Wana Wisata Kawah Putih WWKP Ciwidey, masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban dalam kegiatan kemitraan usaha wisata di WWKP Ciwidey. Hak dan kewajiban pihak kesatu tercantum dalam Pasal 7 pada Perjanjian Kerjasama Kemitraan sedangkan hak dan kewajiban pihak kedua tercantum dalam Pasal 8. Adapun hak dan kewajiban pihak kesatu antara lain : 1. Pihak kesatu berkewajiban menyediakan lahan dan fasilitas pendukung lainnya demi kelancaran kerjasama ini; 2. Pihak kesatu berhak menerima uang sharing dari pihak kedua berdasarkan besaran, tata cara dan jadwal sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 Perjanjian Kerjasama Kemitraan Lampiran 5; 3. Pihak kesatu berhak mengalihkan hak kelola pihak kedua kepada pihak lainnya, bilamana pihak kesatu menganggap bahwa pihak kedua tidak melaksanakan pasal-pasal dalam perjanjian ini, serta dengan sengaja atau tidak sengaja melakukan perbuatan yang merugikan pihak kesatu; 4. Pihak kesatu berkewajiban memberikan bimbingan, pembinaan dan pengawasan serta teguran kepada pihak kedua; 5. Pihak kesatu berkewajiban untuk mentaati dan mematuhi peratutan Pemerintah PusatDaerah yang berlaku saat ini maupun yang akan diberlakukan kemudian. Hak dan kewajiban pihak kedua antara lain : 1. Pihak kedua berhak memberikan saran masukan demi untuk kelancaran dan kemajuan kerjasama, baik kepada pihak kesatu maupun masing-masing kelompok usaha; 2. Pihak kedua berkewajiban untuk mewakili dan mengakomodir masing- masing kelompok usaha sebagaimana Pasal 4 Perjanjian Kerjasama Kemitraan terhadap kepentingan pihak kesatu serta membantu, mengawasi dan mengawal perjanjian kerjasama ini sampai dengan masa berlaku berakhir; 3. Pihak kedua berhak untuk menentukan kebijakan terhadap masing-masing kelompok usaha yang diwakilinya, dengan sepengetahuan pihak kesatu; 4. Pihak kedua berhak menentukan besaran dan menerima uang sharing hasil kegiatan kelompok usaha yang diwakilinya dengan besaran, tata cara dan jadwal yang telah disepakati pihak kedua dengan masing-masing kelompok usaha yang diwakilinya, diluar nilai sharing yang sudah dikeluarkan kepada pihak kesatu; 5. Pihak kedua berkewajiban untuk mentaati dan mematuhi peraturan Pemerintah PusatDaerah yang berlaku saat ini maupun yang akan diberlakukan kemudian; 6. Pihak kedua berkewajiban turut meningkatkan pengembangan obyek Wana Wisata melalui pelayanan untuk memberikan kepuasan kepada pengunjung; 7. Pihak kedua berkewajiban untuk membayarkan uang sharing kepada pihak kesatu dengan besaran, tata cara dan jadwal sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 perjanjian kerjasama Lampiran 5. Hak dan kewajiban merupakan suatu pedoman dalam sebuah kesepakatan sehingga dengan adanya pedoman tersebut pihak-pihak yang terlibat dapat bersikap adil, demokratis, dan terbuka dengan adanya kejelasan hak dan kewajiban. Menurut PT Perhutani 2001, kejelasan hak dan kewajiban merupakan salah satu prinsip dasar dalam pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat. Selain itu, hak dan kewajiban merukan perwujudan dari pandangan para mitra terhadap visi kemitraan yang dijalankan, komitmen dan kooperatif dalam mencapai tujuan bersama dalam kegiatan kemitraan usaha wisata. Menurut Anonim 1996 diacu dalam Lolulapan 2003, ketiga hal tersebut merupakan sebagian syarat yang harus dipenuhi untuk mengarah pada integrasi vertikal agar kemitraan usaha wisata dapat mencapai sasaran, yaitu terciptanya suasana saling membutuhkan, saling memperkuat dan menguntungkan di antara kedua belah pihak. Namun pada kenyataannya hak dan kewajiban tersebut belum direalisasikan sepenuhnya oleh pihak yang bermitra sehingga keadaan ini dapat dikategorikan sebagai permasalahan dalam kemitraan usaha.

5.2.4 Permasalahan kemitraan usaha wisata