Tujuan dan Sasaran Kemitraan Tipe dan Pola Kemitraan

membutuhkan, saling melengkapi dan saling percaya. Empat prinsip berkembangnya kemitraan adalah kontinuitas, mutu produk, servis dan harga. Pelanggaran prinsip akan menyebabkan pemutusan hubungan kerjasama.

2.4.3 Tujuan dan Sasaran Kemitraan

Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri Darmono et al. 2004. Agar kemitraan usaha dapat mencapai sasaran, yaitu terciptanya suasana saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan di antara kedua belah pihak, maka Anonim 1996 diacu dalam Lopulalan 2003 menyatakan minimal ada tujuh syarat yang harus dipenuhi untuk mengarah pada integrasi vertikal, antara lain : 1. Kepercayaan, setiap mitra harus saling percaya terutama dalam inforrmasi. 2. Interaktif, setiap mitra berinteraksi dengan frekuensi yang tinggi agar proses antar hubungan dapat berlangsung dengan baik. 3. Keterbukaan, setiap mitra terbuka terhadap saran dan kritik serta inforrmasi yang diperoleh, sehingga mitra saling membantu dalam membangun produk. 4. Nilai bersama, setiap mitra mengembangkan nilai-nilai yang dapat diyakini bersama, sehingga dapat memberi motivasi dan semangat kerja yang terarah terhadap tujuan. 5. Pandangan terhadap visi, setiap mitra harus mempunyai persepsi dan pandangan yang sama terhadap kemitraan, agar usaha dapat dilaksanakan pada jalur dan tujuan yang tepat. 6. Komitmen, partisipan harus peduli dan terdorong untuk memacu semangat kerja guna mencapai tujuan kemitraan. 7. Kooperatif, setiap mitra membangun situasi saling menguntungkan untuk menghasilkan produk. Menurut Hafsah 1999 diacu dalam Yanuarsyah 2003, tujuan yang ingin dicapai dalam kemitraan terdiri atas : 1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat. 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. 3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil. 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan. 5. Memperluas lapangan pekerjaan.

2.4.4 Tipe dan Pola Kemitraan

Konsep kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe dispersal yang artinya pola hubungan antar pelaku usaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat dan tipe sinergis yang berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling memdukung pada masing-masing pihak yang bermitra Darmono et al. 2004. Nugroho 2002 menyatakan ada beberapa kemungkinan pola kemitraan yang dapat dibangun berdasarkan adanya perbedaan derajat penerimaan terhadap resiko dan assymetric information. Dua kutub ekstrim pola kemitraan meliputi borongan dan upah tetap. Di antara dua kutub ekstrim tersebut terdapat banyak variasi, di antaranya bagi hasil dan bahu-membahu. Darmono et al. 2004 menyatakan bahwa di Indonesia terdapat lima bentuk kemitraan, antara lain : 1. Pola kemitraan inti-plasma, merupakan hubungan antara kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu, kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. 2. Pola kemitraan subkontrak, merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. 3. Pola kemitraan dagang umum, merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan kelompok pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut. 4. Pola kemitraan keagenan, merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra perusahaan besar memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang dan jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar mitra. Perusahaan besar atau menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk, sedangkan perusahaan kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa di antara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan antara target-target yang harus dicapai dan besarnya fee atau komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk tersebut. 5. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis KOA, merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Di samping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997, dalam bab II pasal 3 dijelaskan pola kemitraan yang saling menguntungkan. Dalam pola inti plasma, usaha besar dan atau usaha menengah sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam: a. penyediaan dan penyiapan lahan; b. penyediaan sarana produksi; c. pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi; d. perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan; e. pembiayaan; dan f. pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha.

2.4.5 Proses dan Unsur-Unsur Kemitraan