Penerimaan Keuntunganlaba Analisis Break Even Point BEP

commit to user 23 Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang Relevan Menurut Mulyadi 1999, penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dibedakan menjadi tiga yaitu biaya produksi, biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum. Secara keseluruhan biaya tersebut dalam analisis BEP tercakup dalam biaya produksi, namun, pengetahuan tentang berbagai macam biaya dapat membantu mengklasifikasikan penggolongan biaya dalam analisis BEP : a Biaya produksi Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau siap untuk dijual. Contohnya yaitu biaya bahan baku, biaya gaji karyawan, biaya overhead pabrikasi, dan lain sebagainya. b Biaya pemasaran Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya yaitu biaya iklan, biaya pengangkutan dari gudang produsen ke gudang konsumen, biaya karyawan bagian pemasaran, dan lain sebagainya. c Biaya administrasi dan umum Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, bagian hubungan masyarakat, dan pemeriksaan akuntansi. Setelah mengetahui biaya, perusahaan harus menghitung besarnya penerimaan untuk mengetahui keuntungan usaha. Penerimaan harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk mencapai keuntungan usaha. Apabila penerimaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan mengalami kerugian.

b. Penerimaan

commit to user 24 Ongkos cost dan penerimaan revenue adalah dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, dalam memproduksi suatu barang. Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau TR = Q x P Mubarak, 2009. Menurut Hanani 2010, penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Terdapat tiga konsep penting tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk analisis perilaku produsen. 1 Total Revenue TR, yaitu total penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Jadi, TR = Pq X Q, dimana Pq = harga output per unit; Q = jumlah output. 2 Average Revenue AR, yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual. Jadi, AR adalah harga jual output per unit 3 Marginal Revenue MR, kenaikan TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output. Penerimaan menurut Adjie 2010, adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan. Dirumuskan dengan TR = Q x P Dimana : TR = Total penerimaan Rp Q = Jumlah produk P = Harga produk Rp commit to user 25

c. Keuntunganlaba

Setelah diketahui total biaya dan penerimaan maka dapat diketahui keuntunganlaba perusahaan. Menurut Downey 1992, terdapat beberapa penjelasan tentang laba diantaranya : a Laba merupakan imbalan dari pengambilan suatu resiko dalam bisnis. Semakin besar resiko, semakin besar laba yang akan diperoleh jika usaha tersebut berhasil. Sedangkan jika terjadi kegagalan, maka semua atau sebagian modal yang ditanam akan hilang. b Laba dihasilkan oleh pengendalian atas sumber daya yang langka. Jika sumber daya dikendalikan oleh masing-masing warga negara, dan didapatkan permintaan yang tinggi dari pihak lain, maka sumber daya tersebut dapat dijual dengan harga yang tinggi. Dengan semakin tingginya permintaan, maka semakin besar laba yang akan didapatkan. c Laba diperoleh karena kefektifan pengelolaan. Jika para pelaku bisnis mampu melakukan perencanaan dan pemikiran yang kreatif, akan dimungkinkan usaha bisnisnya berjalan dengan efisien sehingga mampu mendatangkan laba yang besar bagi perusahaan. Menurut Sukirno 2000, keuntunganlaba dalam kegiatan perusahaan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dan hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan sebagainya. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut maka diperolehlah keuntungan. Menurut Simamora 1999, laba merupakan salah satu ukuran seberapa baik kinerja sebuah perusahaan. Walaupun laba bukan satu- satunya tujuan perusahaan bisnis tujuan lainnya bisa meliputi commit to user 26 kelangsungan hidup, pertumbuhan, mutu produk, dan lain-lain. Perolehan laba cukuplah memadai untuk memikat investasi modal yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang dapat dinikmati didistribusi atau ditarik asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan stock potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran flow kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan Bayu, 2009. Laba ekonomi didefinisikan sebagai laba akuntansi accounting profit dikurangi biaya oportunitas opportunity cost. Dengan demikian sebelum menghitung laba ekonomi perlu diketahui dulu biaya opportunity dari berbagai alternatif yang ada. Selama masih jumlahnya diatas nol, maka itu berarti bahwa keputusan untuk mempercayakan sumberdaya dalam bisnis merupakan keputusan yang baik. Namun, jika laba ekonomi menunjukkan nilai negatif secara jelas dapat dikatakan adanya suatu masalah. Hal ini menunjukkan bahwa alternatif ini tidak baik untuk dipilih, dan perlu menjadi pertimbangan memikirkan alternatif lainbaru yang nantinya akan menghasilkan laba ekonomi yang lebih tinggi Downey, 1992. Menurut Downey 1992 dikenal beberapa istilah laba yaitu laba bersih, laba operasi bersih, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, dalam BEP yang sering digunakan adalah istilah laba bersih, penjelasan mengenai berbagai istilah laba adalah sebagai berikut : commit to user 27 a Laba bersih Laba bersih merupakan ayat terakhir dalam perhitungan rugi-laba. Laba bersih bottom line dijadikan sebagai tolok ukur keterampilan dan kemampuan pengambil keputusan dalam mengelola sumberdaya, karyawan dan keuangan. Bahkan lebih penting lagi, laba bersih mencerminkan perusahaan. Hal itu menjadi dasar untuk pertumbuhan, modernisasi, pengembangan produk-produk baru dan imbalan bagi karyawan dan penanam modal perusahaan di masa mendatang. b Laba Operasi Bersih Laba operasi bersih sering disebut pula sebagai margin operasi yang merupakan jumlah yang tersisa apabila beban operasi dikurangkan dari marjin kotor. Faktur-faktur yang mempengaruhinya sama dengan faktur-faktur yang mempengaruhi marjin kotor ditambah dengan faktor-faktor yang berupa beban usaha. c Laba Bersih Sebelum Pajak Laba bersih sebelum pajak merupakan jumlah yang tersisa setelah semua pendapatan atau beban non operasi diperhitungkan. Pendapatan non operasi meliputi semua pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti bunga atau deviden yang diperoleh dari penanaman modal di luar. d Laba Bersih Setelah Pajak Laba bersih setelah pajak dapat dihitung setelah diketahui besarnya pajak penghasilan. Besarnya pajak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya besarnya laba, tingkat laba tahun sebelumnya, jenis organisasi bisnis dan peraturan pajak yang lainnya. commit to user 28 Setelah diketahui konsep tentang biaya, penerimaan serta keuntunganlaba maka dapat dilakukan analisis break event point. Menurut Riyanto 1995 analisis break even point dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan dengan rumus aljabar, pendekatan grafik, dan pendekatan trial and error. 1. Perhitungan Break Even Point BEP dengan menggunakan rumus aljabar a. Break Even Point BEP atas dasar unit BEP Q = VC - P FC Keterangan : BEP Q = volume penjualan pada BEP dalam unit FC Fixed Cost = biaya tetap Rp P Price = harga jual produk per unit Rp VC Variabel Cost = biaya variable per unit Rp P – VC = marjin kontribusi contribution marjin b. Break Even Point BEP atas dasar penjualan dalam rupiah BEP Q T = S VC FC - 1 Keterangan : BEP QT = volume penjualan pada BEP dalam rupiah FC Fixed Cost = biaya tetap Rp VC Variable Cost = biaya variable Rp S Sales = volume penjualan x harga jual per unit Rp S VC - 1 = rasio marjin kontribusi contribution marjin commit to user 29 rugi laba 2. Perhitungan Break Event Point BEP dengan grafik Salah satu cara menentukan break even point adalah dengan membuat gambar atau grafik break even. Dalam gambar tersebut akan tampak garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya volume produksi atau penjualan dalam unit nampak pada sumbu horizontal sumbu X dan besarnya biaya dan penghasilan dari penjualan nampak pada sumbu vertikal sumbu Y. Dalam gambar break even tersebut break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit. Jika dari titik tersebut ditarik garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak besarnya break even dalam rupiah. Pada grafik tersebut digunakan asumsi bahwa besarnya biaya tetap selalu konstan, besarnya biaya variabel sebanding dengan volume penjualan. Gambar grafik BEP adalah sebagai berikut : Break even point Biaya tetap Biaya variabel keuntungan Penghasilan penjualan Biaya total Biaya tetap Gambar 4. Grafik BEP Biaya dan penerimaan Produksi Q commit to user 30 3. Pendekatan Trial and Error Perhitungan break even point dengan cara trial and error dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitung keuntungan operasi dari suatu volume produksipenjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualanproduksi yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita kerugian maka diambil volume penjualanproduksi yang lebih besar. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualanproduksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total. Analisis break event point sangat dipengaruhi oleh komponen biaya dan penerimaan. Perubahan nilai dari variabel-variabel yang mempengaruhi biaya maupun penerimaan sangat mungkin terjadi pada perusahaan. Perubahan variabel juga akan mempengaruhi break even point perusahaan. Hal tersebut tercakup dalam analisis sensitivitas.

3. Analisis Sensitivitas