ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON DALAM USAHA PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA) KABUPATEN KARANGANYAR

(1)

commit to user

i

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON

DALAM USAHA PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL

AGRINDO (MGA) KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Sara Verryca

H 0307078

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON DALAM USAHA

PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA) KABUPATEN KARANGANYAR

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Sara Verryca H 0307078

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 21 Juli 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. NIP. 19570104 198003 2 001

Anggota I

Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. NIP. 19780708 200312 2 002

Anggota II

Ir. Suprapto

NIP. 19500612 198003 1 001

Surakarta, Juli 2011 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi serta bimbingan selama masa studi penulis.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS, selaku dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

7. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

8. Bapak Ir. Suprapto selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

9. Para Dosen Agrobisnis yang telah memberikan nasehat, motivasi dan bimbingan selama penulis menjalani masa perkuliahan.


(4)

commit to user

iv

10.Mbak Ira dan staff TU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

11.Bapak Mulyono Herlambang selaku Direktur CV. Multi Global Agrindo yang telah memberikan banyak informasi serta ilmu selama penulis menyusun skripsi ini.

12.Ibu Mulyono Herlambang, Mas Danas, Mbak Atik, Mas Larno, dan seluruh staf CV. Multi Global Agrindo yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.

13.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sarwoto dan Ibu Kusdiyahwati, terimakasih untuk semua kasih sayang, doa dan pelajaran hidup yang diberikan.

14.Bulik Sri Mulyani terimakasih untuk doa dan semangatnya, Nenekku Sumiyati, terimakasih untuk doa dan sarapannya setiap pagi.

15.Saudara-saudaraku Sisca, Gilang, Desky dan Momo, terimakasih untuk semangat, motivasi dan kebersamaan yang membawa sukacita dan kekuatan. 16.Aryogito Nindyatmoko, Ibu Riyasi, Bapak Sundaru, Ajeng, dan Orin,

terimakasih untuk kasih sayang, perhatian dan doa yang diberikan.

17.Sahabat-sahabatku terkasih, Raras Resthiningrum, Lani Mara, Agnes Amanda dan Kristina Vera Sagita, terimakasih untuk doa, kasih sayang dan semua waktu yang telah dihabiskan bersama, kalian yang menjadi semangat serta penceria hari-hariku.

18.Yunita Ratih, Ecy Kasih, Elisabet Endah, Nugroho, Rembulan Titi, Friska, Christy, Meijelani, Sisca, dan semua keluarga besar PMK FP UNS. Semua pengurus, alumnus, dan pendamping, serta semua anggota persekutuan dari semua jurusan dan angkatan terimakasih untuk doa, dukungan dan keluarga yang indah.

19.Yufita Ernawati serta rekan-rekan DJ. Community terimakasih untuk segala bantuan yang diberikan, motivasi dan semangat.

20.Teman-teman HIBITU terimakasih untuk semangat dan kebersamaan selama empat tahun ini.


(5)

commit to user

v

21.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Surakarta, Juli 2011


(6)

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

RINGKASAN ... xii

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Budidaya dan Pembenihan Melon ... 11

2. Analisis Break Even Point (BEP) ... 15

a. Biaya ... 16

b. Penerimaan ... 20

c. Keuntungan/Laba ... 22

3. Analisis Sensitivitas ... 27

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 28

D. Hipotesis... 32

E. Asumsi - Asumsi ... 32

F. Pembatasan Masalah ... 32

G. Definisi dan Pengukuran Variabel ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 35

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian ... 35

C. Jenis dan Sumber Data ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Metode Analisis Data ... 38

IV.KONDISI UMUM PERUSAHAAN A. Lokasi Perusahaan... 41


(7)

commit to user

vii

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL ... 60 1. Karakteristik Budidaya Benih Melon Varietas MAI 119 di Lahan CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ... 60 2. Analisis Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV.Multi

Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ... 62 3. Analisis Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV.

Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ... 64 4. Analisis Keuntungan ... 76 5. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon Varietas MAI 119

di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ... 77 6. Analisis Sensitivitas ... 81 B. PEMBAHASAN ... 92

VI.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran... 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Kebutuhan Bibit Pohon di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ... 2 Tabel 2. Kebutuhan Benih Buah di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ... 2 Tabel 3. Data Produksi Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo

Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun

2006 - 2009 ... 4 Tabel 4. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari

Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun

2006-2009 ... 5 Tabel 5. Produk CV. Multi Global Agrindo... 48 Tabel 6. Harga Produk CV. Multi Global Agrindo ... 49 Tabel 7. Model Penggaluran Benih Diagram Persilangan Calon Varietas

(Test Cross) ... 52 Tabel 8. Luas Lahan untuk Produksi Benih Melon MAI 119 di CV.

Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun

2006-2009 ... 62 Tabel 9. Produksi, Harga, dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI

119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun

2006-2009 ... 63 Tabel 10. Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi

Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

(dalam Rupiah) ... 65 Tabel 11. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo... 76 Tabel 12. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas

MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar

Tahun 2006-2009 ... 78 Tabel 13. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon

Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten

Karanganyar Tahun 2006-2009 ... 78 Tabel 14. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari

Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo

Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ... 82 Tabel 15. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya


(9)

commit to user

ix

Tabel 16. Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo ... 84 Tabel 17. Produksi, Jumlah Retur, Harga dan Penerimaan Benih Melon

Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab.

Karanganyar Tahun 2006-2009 ... 85 Tabel 18. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo setelah Retur ... 85 Tabel 19. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon

Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten

Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur ... 86 Tabel 20. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon

Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten

Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur ... 87 Tabel 21. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya

Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah

Retur ... 90 Tabel 22. Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Sifat Biaya Tetap terhadap Range Output yang Relevan ……... 18

Gambar 2. Sifat Biaya Variabel terhadap Range Output yang Relevan ... 18

Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang Relevan 19 Gambar 4. Grafik BEP ... 26

Gambar 5. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Break Even Point (BEP) Usaha. Pembenihan Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar ... 31

Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Multi Global Agrindo ... 46

Gambar 7. Model Pelepasan Varietas ... 54

Gambar 8. Proses Penanaman, Polinasi dan Panen ... 55

Gambar 9. Prosesing Benih Melon ... 55

Gambar 10. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2006 ... 79

Gambar 11. Grafik Break EvenPoint CV. MGA Tahun 2007 ... 79

Gambar 12. Grafik Break EvenPoint CV. MGA Tahun 2008 ... 80

Gambar 13. Grafik Break EvenPoint CV. MGA Tahun 2009 ... 81

Gambar 14. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2006 ... 87

Gambar 15. Grafik Break EvenPoint dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2007 ... 88

Gambar 16. Grafik Break EvenPoint dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2008 ... 89

Gambar 17. Grafik Break EvenPoint dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2009 ... 89


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Produksi, Harga, dan Penerimaan dari Benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 2 Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global

Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah)

3 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

4 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

5 Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo

6 Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo

7 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur

8 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur

9 Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur

10 11

Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo

Data Peralatan – Peralatan Untuk Operasional di CV. Multi Global Agrindo


(12)

commit to user

xii

RINGKASAN

Sara Verryca. H0307078. 2011. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Endang siti Rahayu, MS. dan Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

CV. Multi Global Agrindo (MGA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pertanian dan agroindustri untuk menyediakan usaha pembenihan yang inovatif melalui riset and development (R&D). CV. MGA dalam menjalankan usahanya menghadapi perubahan jumlah produksi, biaya produksi, namun harga jual konstan. Perubahan variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan dan Break Even Point (BEP) yang dicapai perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai titik impas atau BEP serta bagaimana sensitivitasnya terhadap adanya perubahan-perubahan jumlah produksi, biaya produksi dan harga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar pada titik impas/Break Even Point (BEP) dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan, serta mengetahui sensitivitas BEPnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dipilih usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Metode analisis data yang digunakan adalah 1) perhitungan Break Even Point dalam unit dan Rupiah, 2) analisis sensitivitas.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar selama tahun 2006 sampai 2009 telah melampaui titik break even point dan memperoleh keuntungan walaupun perusahaan menetapkan strategi pemasaran harga jual konstan 2) Adanya perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha pembenihan melon varietas MAI 119 3) Jumlah produksi dan penerimaan di CV. Multi Global Agrindo setelah diperhitungkan adanya retur dan diuji sensitivitasnya tetap melampaui titik break even point.

Saran yang diberikan adalah 1) Strategi pemasaran dengan penetapan harga konstan hendaknya tetap dipertahankan oleh CV. Multi Global Agrindo, namun, perusahaan harus lebih mengontrol distribusi benih ke agen sehingga mengurangi resiko benih retur pada saat sudah kadaluwarsa 2) Sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk, selain untuik pupuk juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti manisan buah dan sirup sehingga mempunyai nilai jual.


(13)

commit to user

xiii

SUMMARY

Sara Verryca. H0307078. A Break Even Point (BEP) Analysis on Melon Seed in Seedling Business in CV. Multi Global Agrindo (MGA) of Karanganyar Regency. Guided by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.

CV. Multi Global Agrindo (MGA) is a company operating in agricultural technology and agro-industry sector to provide an innovative seedling business through research and development (R&D). In undertaking its business, CV. MGA, faces the change of production quantity, production cost, but constant selling price. The change of those variables will affect the profit level and Break Even Point (BEP) the company gains. For that reason, there should be a further analysis on the impact break event point or BEP as well as on how its sensitivity to the change of production quantity, production cost and price.

This research aims to find out the quantity of production and revenue of melon seed in CV. Multi Global Agrindo of Karanganyar Regency in the Break Even Point (BEP) by applying the marketing strategy of constant selling price, as well as to find out BEP’s sensitivity. The method employed in this research was a descriptive analytic method, with case study as the execution technique. The location of research was selected with certain consideration consistent with the objective of research, that is, seedling business in CV. Multi Global Agrindo, Karangpandan Subdistrict, Karanganyar Regency. Methods of analyzing data used were 1) Break Even Point estimation in unit and Rupiah, and 2) sensitivity analysis.

The result of research shows that are 1) the production quantity and revenue from the melon seedling business of MAI 119 variety in CV. Multi Global Agrindo (MGA) of Karanganyar Regency during 2006-2009 has surpassed the break even point and been profitable although the company states the marketing strategy of constant selling price. 2) with the change of production quantity of + 3.28%, the change of production cost of + 45.34% and the change of product price of + 41.3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) still can surpass the break even point and obtain profit from the melon seedling of MAI 119 variety. 3) the production quantity and revenue in CV. Multi Global Agrindo after calculated the return and tested the sensitivity analysis still can surpass the break even point.

The recommendations given are: 1) the marketing strategy by the constant price determination should be applied by CV. Multi Global Agrindo, but the company should control more the distribution of seed to the agent so that it will mitigate the return of expired seed. 2) The melon pulp produced should be utilized as optimally as possible, in addition to being fertilizer, it can be processed into processed product such as fruit sweets, and syrup so that it has sale value.


(14)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga merupakan penyumbang devisa negara terbesar serta penyedia kebutuhan pangan dalam negeri.

Menurut Satiadiredja (1994), pengembangan produk hortikultura merupakan salah satu aspek dalam pembangunan pertanian. Hortikultura dalam bahasa asing horticulture, gartenbau atau turnbaw, meliputi tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan serta merupakan bagian dari pertanian umum yang hasilnya kebanyakan tidak tahan lama, namun dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Mutu dan ketahanan barang yang segarlah yang menentukan bagaimana hasil bumi ini harus diusahakan.

Kebutuhan komoditas hortikultura semakin lama semakin besar seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin tinggi pula kesadaran masyarakat akan pentingnya produk hortikultura. Hal tersebut menyebabkan usaha peningkatan produksi hortikultura perlu dilakukan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan penyediaan benih yang berkualitas.

Benih merupakan salah satu faktor penentu hasil produksi dari suatu komoditas. Kualitas benih sangat mempengaruhi hasil produksi yang akan dihasilkan tanaman, jika benih yang digunakan tidak berkualitas maka hasilnya pun tidak akan maksimal. Benih yang baik adalah benih yang memiliki keunggulan antara lain daya tumbuh tinggi, daya simpan tinggi, dan tahan hama penyakit (Saryoko, 2011). Untuk mendapatkan benih yang baik (benih hybrid unggul) diperlukan sebuah riset yang bertujuan menyediakan benih berkualitas tinggi dengan kuantitas yang dibutuhkan masyarakat. Terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan produk tanaman


(15)

commit to user

hortikultura, maka riset untuk mendapatkan benih hybrid unggul semakin diperlukan.

Kebutuhan akan produk tanaman hortikultura semakin meningkat ditunjukkan dengan data kebutuhan bibit pohon dan benih buah untuk tanaman hortikultura. Peningkatan kebutuhan tersebut harus disertai dengan produksi benih yang tidak terlepas dari riset. Berikut adalah data kebutuhan bibit pohon dan benih buah di Indonesia :

Tabel 1. Kebutuhan Bibit Pohon di Indonesia Tahun 2005 – 2009 No

Komoditas Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Durian 2.920.703 4.381.055 5.257.266 7.360.173 10.304.242 2 Jeruk 10.498.684 13.648.289 17.742.776 23.065.609 29.985.292 3 Mangga 8.784.770 11.420.201 14.846.261 19.300.139 25.090.181 4 Manggis 615.143 984.229 1.049.844 1.469.782 2.057.684 5 Pisang 34.642.582 45.035.356 58.545.963 76.109.752 98.942.678 6 Rambutan 2.942.042 3.824.655 4.972.051 6.463.666 8.402.766 7 Buah Lain 58.271.091 75.752.418 98.478.143 128.021.586 166.428.062

Jumlah (pohon) 118.675.015 155.046.203 200.892.305 261.790.708 341.210.915 Sumber : Deptan, 2009

Kebutuhan bibit pohon terus mengalami peningkatan seiring dengan kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi bahan pangan non karbohidrat salah satunya adalah buah-buahan, sehingga diperlukan bibit yang unggul untuk memenuhi ketersedian buah-buahan tersebut. Demikian halnya dengan kebutuhan bibit pohon, kebutuhan benih buah juga mengalami peningkatan, tersaji pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Kebutuhan Benih Buah di Indonesia Tahun 2005 – 2009

No Komoditas Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Melon 2.214 2.518 3.058 4.587 6.880

2 Semangka 26.020 28.188 28.622 30.053 39.069 Jumlah (Kg) 28.234 30.707 31.680 34.640 45.949 Sumber : Deptan, 2009


(16)

commit to user

Peningkatan kebutuhan benih buah membuktikan bahwa benih sangat dibutuhkan masyarakat dan layak untuk diusahakan. Peningkatan kebutuhan benih buah menunjukkan peningkatan permintaan pasar akan produk hortikultura, tetapi pada kenyataannya belum banyak perusahaan yang mengusahakan benih hortikultura. Hal tersebut dapat menjadi sebuah peluang bisnis bagi pengusaha, maka peluang yang ada dimanfaatkan oleh CV. Multi Global Agrindo.

CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pertanian dan agroindustri untuk menyediakan usaha pembenihan yang inovatif melalui riset and development (R&D). Perusahaan ini telah memanfaatkan dan menerapkan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dihasilkan oleh peneliti dan pengembang warga negara Indonesia, dan yang teruji serta terbukti kemanfaatannya bagi pembangunan nasional. Berkat kerja keras dan ketekunan yang diterapkan, perusahaan pembenihan ini mampu menghasilkan 10 jenis tanaman yang terdiri dari 22 varietas baru seperti : benih melon ladika 108, melon sumo 28, melon MAI (Melon Asli Indonesia) 116, 119, semangka metal 206 (merah total), tomat tia 403 (asli Indonesia) dan tomat buba 426 (buahnya banyak), dan lain sebagainya. CV. Multi Global Agrindo telah unggul dalam bidang perbenihan bahkan produknya sudah ekspor ke luar negeri, seperti ke Jepang dan Cina.

CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang berusaha menghasilkan benih hortikultura yang asli dari dalam negeri yang siap bersaing dengan benih impor yang dijual di dalam negeri. Dari beberapa benih tanaman hortikultura yang telah dilempar ke pasar, benih melon yang paling diterima oleh pasar dan sekarang menjadi unggulan dalam usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, oleh karena itu, benih melon selalu diusahakan kontinyuitas produksinya. Benih melon yang diproduksi oleh CV. Multi Global Agrindo tidak hanya satu macam, namun ada empat macam varietas benih melon dengan karakteristik yang berbeda yang disajikan pada tabel 3 berikut ini :


(17)

commit to user

Tabel 3. Data Produksi Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

No. Varietas Th. 2006

(kg)

Th. 2007 (kg)

Th. 2008 (kg)

Th. 2009 (kg)

Rata-Rata (kg)

1 MAI 119 19,5 25,6 57,65 120,25 55,75

2 MAI 116 32,3 5,1 0 25,7 15,775

3 LADIKA 11,6 13,2 64,4 0 22,3

4 SUMO 23,7 8,9 88,8 35,5 39,225

Jumlah (Kg) 87,1 52,8 201,85 181,45 133,05

Sumber : Data Sekunder

Dari produksi empat macam varietas benih melon, varietas MAI 119 merupakan varietas yang tertinggi rata-rata produksinya yaitu sebesar 55,75 kg pada tahun 2006-2009. Produksi MAI 119 terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dengan rata-rata produksi tersebut, benih melon varietas MAI 119 selalu terjual habis dalam tahun yang bersangkutan, sehingga tidak ada stock benih digudang, akibatnya kontinyuitas produksi benih terjaga. Hal itu membuktikan bahwa varietas MAI 119 merupakan varietas yang paling diminati oleh konsumen dan dapat diterima pasar daripada varietas lainnya (Varietas MAI 116, ladika maupun sumo).

Jika dilihat dari jumlah produksi benih yang semakin meningkat, maka benih melon ini dapat diterima pasar sehingga perlu adanya usaha dari CV. Multi Global Agrindo untuk menjaga kontinyuitas bahkan meningkatkan jumlah produksi. Usaha peningkatan produksi dilakukan dengan tujuan untuk mencukupi permintaan pasar. Meskipun demikian perlu adanya pertimbangan orientasi laba yang menjadi tujuan utama dari perusahaan. Untuk mengetahui hal tersebut perlu adanya analisis yang tepat terutama pada volume produksi untuk menghindarkan kemungkinan perusahaan mengalami kerugian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Break Even Point (BEP), dengan analisis BEP dapat diketahui titik impas produksi dari suatu perusahaan, sehingga perusahaan dapat menetapkan target penjualan minimal, untuk membantu dalam pencapaian laba bagi perusahaan.


(18)

commit to user B. Perumusan masalah

Salah satu produk benih di CV. Multi Global Agrindo yang telah diterima pasar dan kontinyu permintaannya adalah benih melon. Benih melon ini menjadi benih yang diunggulkan di CV. Multi Global Agrindo. Beberapa varietas benih melon yang dihasilkan adalah varietas MAI 116, MAI 119, varietas Sumo dan Ladika, dari keempat benih yang dihasilkan CV. Multi Global Agrindo, benih varietas MAI 119 yang menjadi unggulan, sehingga benih ini diusahakan kontinuitas produksinya supaya dapat memenuhi permintaan pasar.

Usaha pembenihan benih melon MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo selalu mengalami perubahan baik pada jumlah produksi maupun total biaya produksi setiap tahunnya. Perubahan selama tahun 2006-2009 tersebut tersaji pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009

Tahun Produksi benih melon (kg) Perubahan produksi (%) Total biaya produksi (Rp) Perubahan biaya (%) Harga jual/kg (Rp) Perubahan harga (%)

2006 19,5 - 63.219.459 - 4.750.000 -

2007 25,6 31,28 93.928.136 48,57 4.750.000 0

2008 57,65 125,19 136.700.746 45,54 4.750.000 0

2009 120,25 108,59 198.677.530 45,34 4.750.000 0

Sumber : Analisis Data Sekunder

Biaya produksi benih melon varietas MAI 119 terus mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah produksi benih melon. Harga benih konstan dari tahun 2006 sampai 2009 karena sebagai perusahaan baru dengan benih asli dalam negeri yang siap bersaing di pasar, CV. Multi Global Agrindo memutuskan untuk tidak menaikkan harga supaya tetap bisa bersaing dengan benih impor yang dijual di dalam negeri. Hal ini adalah strategi pemasran yang ditetapkan oleh CV. Multi Global Agrindo.

Permasalahan yang muncul di CV. Multi Global Agrindo adalah keberadaannya sebagai pengusaha baru di dunia bisnis pembenihan tanaman


(19)

commit to user

hortikultura harus mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis dan perusahaan benih impor. Kompetitifnya persaingan benih hortikultura di pasar khususnya melon, maka, CV. Multi Global Agrindo menetapkan strategi pemasaran dengan harga jual benih tetap, terlihat sejak awal masuk ke pasar tahun 2006 sampai sekarang harga jual benih melon varietas MAI 119 ditetapkan sama yaitu Rp. 95.000,00 per pak (20 gr). Konsekuensinya perusahaan menanggung beban penambahan biaya pada proses produksi benih melon. Seiring dengan permintaan pasar, CV. Multi Global Agrindo harus memproduksi benih dengan jumlah meningkat tetapi harga jual konstan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai titik impas produksi (Break Even Point) dan sensitivitas terkait dengan perubahan volume penjualan dan biaya produksi benih melon di CV. Multi Global Agrindo, jika perusahaan menetapkan strategi pemasaran dengan harga jual benih yang konstan/tetap. Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan, produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar dapat melampaui titik impas/Break Even Point (BEP)? 2. Bagaimana sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan yang didapat dari

penjualan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar apakah telah melampaui titik impas/Break Even Point (BEP) dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan.

2. Mengetahui sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan dari penjualan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar jika terjadi kenaikan volume penjualan dan biaya produksi dari benih melon.


(20)

commit to user D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi CV. Multi Global Agrindo dapat digunakan sebagai referensi dalam mengelola dan memajukan usaha pembenihan melon terkait dengan analisis Break Even Point (BEP).

2. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai informasi atau bahan pembanding bagi permasalahan yang sama.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(21)

commit to user

11

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu tentang melon dilakukan oleh Anggriani (2009) tentang Teknik Percobaan Pemberian Beberapa Sumber Unsur P Pada Tanaman Melon (Cucumis Melo L.), menyatakan bahwa tanaman melon memerlukan persyaratan tumbuh, antara lain tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan pH tanah mendekati netral (6-6,8). Teknik budidaya melon harus dilakukan dengan baik untuk mendukung produksi yang tinggi dan kualitas buah yang memenuhi selera pasar.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2004) tentang Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Melon di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, polybag, rafia, tenaga kerja, pupuk TSP, pupuk urea, zat perangsang dan mulsa berpengaruh nyata terhadap variasi tingkat produksi. Faktor produksi yang lain yaitu turus, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk KCl, dolomite dan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap variasi tingkat produksi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa petani dalam mempergunakan faktor-faktor produksi dalam usahataninya belum mencapai kombinasi yang optimal sehingga tingkat efisiensi ekonomi tertinggi belum dapat dicapai. Dengan demikian keuntungan yang diperolehpun belum maksimal.

Penelitian tentang buah melon diatas menunjukkan bahwa penelitian buah melon baik dari segi budidaya maupun efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani melon telah dilakukan, namun, belum banyak yang mengkaji tentang benih melon, terlebih kaitannya tentang keuntungan yang diperoleh dari usaha pembenihan melon. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti benih melon kaitannya dengan keuntungan yang dianalisis dengan analisis break even point.

Hasil penelitian dengan analisis break even point telah banyak dilakukan, diantaranya mengenai analisis break even sebagai alat perencanaan


(22)

commit to user

laba perusahaan, analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan analisa break even point dan lain sebagainya. Penelitian Sulistyawati (1998) tentang Analisa Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Perusahaan menyatakan bahwa jumlah laba adalah alat utama untuk menentukan apakah suatu perusahaan sukses atau tidak. Salah satu cara untuk mengukur laba adalah dengan analisis break even. Laba akan tetap pada tingkat yang sama ketika volume penjualan bergerak secara proporsional dengan perubahan biaya tetap dan variabel. Ketika faktor yang mempengaruhi keuntungan berubah, maka, volume penjualan juga harus diubah, tujuannya adalah untuk mencapai keuntungan proporsional.

Sinaga (2008) dengan judul penelitian Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Penjualan Minimum memberikan pengertian bahwa impas (break even) dapat diartikan suatu keadaan dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisa break even mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan dengan asumsi-asumsi dasar. Apabila penjualan di atas titik break even maka perusahaan akan mendapatkan laba dan sebaliknya jika penjualan di bawah titik break even perusahaan akan menderita kerugian.

Penelitian mengenai analisis break even point dapat menjadi rujukan bahwa dalam rangka mencapai keuntungan perusahaan, perlu melakukan sebuah perhitungan. Analisis break even point dapat memperhitungkan keuntungan perusahaan Bagian terkait dengan analisis break even point adalah analisis sensitivitas. Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan analisis sensitivitas dilakukan oleh Rakhmawati (2008) dalam penelitiannya tentang Analisis Break Even Point Pada Usaha Pengolahan Pucuk Daun Teh (Kasus di Pabrik Teh Sumber Daun Kabupaten Cianjur), menunjukkan bahwa


(23)

commit to user

perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga sebesar 3%, kenaikan dan penurunan produksi sebesar 3%, serta kenaikan dan penurunan biaya produksi sebesar 5% masih dapat memberikan keuntungan bagi Pabrik Teh Sumber Daun.

Oktavianingsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Break Even Point (BEP) Komoditas Minyak Pala Di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Semarang Tahun 2004-2008, menyatakan bahwa analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan terhadap perubahan yang terjadi atas kenaikan atau penurunan variable-variabel penting. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan produksi 4,81% dan 32,88%, kenaikan biaya 13,09% dan 25,02% serta penurunan harga 0,61% dan 3,30%, PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon, sedangkan penurunan produksi 34%, peningkatan biaya 96%, dan penurunan harga 33,4% akan mengubah kondisi perusahaan yang awalnya telah melampaui titik BEP menjadi tidak melampaui titik BEP dan harus menanggung kerugian.

Penelitian terkait analisis sensitivitas memberikan gambaran pentingnya analisis sensitivitas karena perubahan variabel harga, biaya dan produksi sangat mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, bahkan dapat merubah kondisi perusahaan yang semula untung menjadi rugi, sehingga penting untuk mengkaji sensitivitas dalam analisis break even point. Persentase perubahan dapat dilakukan dengan coba-coba maupun berdasarkan perubahan minimum yang pernah terjadi di perusahaan. Dengan diketahuinya sensitivitas BEP maka perusahaan dapat meramalkan berbagai kondisi ke depan untuk menghindari kerugian akibat perubahan variabel produksi, biaya produksi dan harga.

Hasil penelitian-penelitian diatas dijadikan pembanding dalam penelitian ini karena menggunakan variabel-variabel yang sama yaitu variabel jumlah produksi, biaya produksi dan harga jual, serta kajian mengenai analisis sensitivitas. Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa faktor produksi,


(24)

commit to user

biaya, harga jual dan penerimaan sangat mempengaruhi kondisi laba perusahaan dan adanya perubahan terhadap salah satu atau lebih variabel tersebut juga akan merubah kondisi laba perusahaan. Dalam penelitian analisis break even point di CV. Multi Global Agrindo ini hendak menunjukkan dampak bagi perusahaan akibat kondisi variabel harga yang konstan sementara variabel lain yaitu biaya dan produksi berubah, dengan analisis sensitivitas akan terlihat dampak bagi perusahaan akibat kondisi variabel-variabel tersebut. Kondisi harga yang konstan dengan biaya produksi yang meningkat jarang dijumpai di sebuah perusahaan, sehingga diharapkan penelitian ini memberi wacana baru dan berbeda dengan kasus-kasus yang ada dalam penelitian sebelumnya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Budidaya dan Pembenihan Melon

Melon merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang pesat dikembangkan di Indonesia, baik dalam skala kecil maupun skala agribisnis. Daya pikat melon terletak pada rasanya yang enak dan manis, beraroma wangi menyegarkan, dan dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar maupun olahan seperti jus dan sirup. Usaha tani melon diminati petani karena cukup menguntungkan, umur panen pendek yaitu 55-65 hari dan harga buah melon relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas hortikultura pada umumnya.

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae atau labu-labuan, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Buah melon dimanfaatkan sebagai makanan buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Prihatman, 2000).


(25)

commit to user

Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama (Setiadi, 1998).

Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani. Benih juga dapat diartikan biji yang dikelola, diusahakan oleh manusia, khususnya para petani, Lembaga-Lembaga Pembenihan, Dinas Pertanian, untuk mengembangkan tanaman. Kuantitas dan kualitas produk yang diinginkan petani hanya dapat diperoleh apabila benihnya merupakan benih unggul atau benih yang memperoleh sertifikat. Benih bersertifikat adalah benih yang pada proses produksinya diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan sertifikat benih, dalam produksinya diawasi oleh Petugas Sertifikasi Benih dari Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) yang berusaha dalam bidang pembenihan (Kartasapoetra, 1989).

Menurut Kartasapoetra (1989), bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas-kelas benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutunya, antara lain penetapannya sebagai berikut :

1. Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.

2. Benih Dasar (BD) merupakan keturunan pertama dari benih penjenis yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara. Benih dasar diproduksi oleh instansi atau badan yang ditetapkan oleh Ketua


(26)

commit to user

Badan Benih Nasional dan harus disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.

3. Benih Pokok (BP) merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai benih pokok oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.

4. Benih Sebar (BR) merupakan keturunan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai benih sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.

Benih melon tidak dianjurkan untuk langsung ditanam dilapangan karena resikonya besar. Disamping tingkat kematian benih sulit di kontrol, kematian bibit muda yang baru tumbuh sulit dikendalikan karena pengaruh kondisi lingkungan serta intensitas pemeliharaan. Dengan penyisipan benih baru memang dapat diatasi, akan tetapi akan menghasilkan ukuran dan kualitas bibit muda yang tidak seragam akibat umur panen tidak serentak. Sebelum menanam tanaman melon langsung dilapangan, sebaiknya benih dikecambahkan terlebih dahulu, kemudian dibibitkan dalam polibag serta ditempatkan pada ruang yang beratap plastik. Tempat pembibitan dianjurkan dibangun di sekitar kebun dekat lahan penanaman, untuk mempermudah transportasi dan memperkecil resiko kerusakan serta kematian bibit akibat pengangkutan. Bersamaan dengan waktu penyiapan benih dan pembibitan melon, disiapkan lahan penanaman, sehingga saat bibit sudah siap dipindahkan, lahan sudah siap ditanami, selanjutnya dilakukan penanaman. Kebutuhan benih melon untuk 1 hektar sekitar 200 - 500 gram bila populasi tanaman sekitar 12.000 atau tergantung varietas/jenis melonnya (Anonim, 2009).


(27)

commit to user

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik. Menurut Setiadi (1998), pada awalnya benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon. Penyiapan benih dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif.

a) Pengadaan benih secara generatif

Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman disemprot dengan pupuk daun complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali.

b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)

Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan yang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Media dasar yang dipakai tersusun dari garam-garam berdasarkan susunan dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myoinositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter, berbagai kombinasi hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. Sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit. Tanaman yang didapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya tanaman yang didapat dari biji.


(28)

commit to user

Untuk mengetahui keuntungan dari budidaya melon perlu sebuah analisis. Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah Analisis break even point didalamnya tercakup komponen biaya dan penerimaan.

2. Analisis Break Even Point (BEP)

Titik impas (break even point) terjadi jika tidak terdapat laba maupun rugi bersih. Laba bersih akan diperoleh bilamana volume penjualan berada di atas titik impas, sedangkan rugi bersih akan diderita seandainya volume penjualan berposisi di bawah titik impas. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dengan kondisi pendapatan dari hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak menerima laba ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu, hanya penjualan, biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas (Simamora, 1999).

Analisis break even memungkinkan manajer keuangan menentukan besar output atau tingkat penjualan yang menghasilkan EBIT (Earnings Before Interest and Tax) atau laba bersih sebelum bunga dan pajak = 0. Untuk membuat teknik ini mudah diaplikasikan, biaya-biaya perusahaan harus diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Tidak semua biaya dapat digolongkan secara penuh ke dalam dua kategori ini. Namun, untuk skala perencanaan pendek, sebagian besar biaya dapat dimasukkan ke biaya tetap atau biaya variabel. Bila struktur biaya telah ditentukan maka dapat diketahui titik breakeven (Martin et al, 1993).

Menurut Helmi (2009), analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :

1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.


(29)

commit to user

3. Besarnya penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.

4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.

Perlu diketahui beberapa komponen untuk menghitung titik break even point, anatara lain biaya dan penerimaan. Salah satu komponen untuk menganalisis titik impas adalah komponen biaya. Biaya yang dikeluarkan akan dibandingkan dengan penerimaan perusahaan supaya diketahui besarnya keuntungan.

a. Biaya

Menurut Mulyadi (1999) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan.

Menurut Adjie (2010), biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna memproduksi output. Macam-macam biaya berkaitan dengan analisis BEP adalah sebagai berikut :

1) Total Fixed Cost (biaya tetap total) adalah jumlah biaya yang tetap yang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi. Contohnya adalah jumlah biaya penyusutan, sewa, dan lain sebagainya.

2) Total Variable Cost (biaya variabel total) adalah jumlah biaya yang dibayarkan yang besarnya berubah menurut tingkat yang dihasilkan. Contohnya adalah jumlah biaya bahan mentah, tenaga kerja, dan lain sebagainya.

3) Total Cost (biaya total) adalah penjumlahan antara biaya total tetap dengan biaya total variabel. Dirumuskan TC = TFC + TVC.


(30)

commit to user

4) Average Fixed Cost (biaya tetap rata-rata) adalah biaya tetap yang dibebankan kepada setiap unit output.

5) Average Fixed Cost (biaya variabel rata-rata) adalah biaya variabel yang dibebankan untuk setiap unit output.

6) Average Total Cost (biaya total rata-rata) adalah biaya produksi yang dibebankan untuk setiap unit output.

7) Marginal Cost (biaya marginal) adalah tambahan atau berkurangnya biaya total karena bertambahnya atau berkurangnya satu unit output.

Klasifikasi biaya dikaitkan dengan volume produksi dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah jumlahnya meskipun jumlah produksi berubah. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang bila dikaitkan dengan volume secara per unit akan selalu tetap meskipun volume produksi berubah-ubah, akan tetapi secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai dengan proporsi perubahan aktivitas. Sementara biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya (Daljono, 2005).

Sifat biaya yang diasumsikan dalam analisis break even point menurut Martin et al (1993),adalah sebagai berikut :

1) Biaya Tetap

Biaya tetap juga disebut biaya tak langsung, tidak mengalami perubahan dalam jumlah totalnya sedangkan volume penjualan atau kuantitas output berubah dalam sejumlah range output yang relevan. Jumlah biaya tetap tidak tergantung banyaknya produk yang dihasilkan dan memiliki jumlah dolar yang tetap. Jika produksi meningkat volumenya, biaya tetap per unit turun. Sebab total biaya tetap menjadi tersebar semakin besar kuantitas output.


(31)

commit to user Biaya

Biaya Tetap

0 Unit yang diproduksi dan yang terjual

Gambar 1. Sifat Biaya Tetap terhadap Range Output yang Relevan Biaya dalam gambar diatas terlihat tidak terpengaruh dengan jumlah produk yang dibuat dan terjual. Pada beberapa range output yang relevan, jumlah total biaya tetap ini bisa jadi lebih tinggi atau rendah pada perusahaan yang sama. Beberapa contoh biaya tetap dalam usaha manufaktur yang khas adalah gaji administratif, penyusutan, asuransi, satuan jumlah yang dikeluarkan untuk program periklanan, pajak bangunan dan sewa.

2) Biaya Variabel

Biaya variabel juga disebut biaya langsung (direct cost). Biaya Variabel tetap untuk per unit output tapi secara total berubah bila output berubah. Total biaya variabel dihitung dengan mengambil biaya variabel per unit dan dikalikan dengan jumlah yang diproduksi dan dijual. Model break even mengandaikan bahwa antara total biaya variabel dan penjualan bersifat proporsional. Sifat biaya variabel terhadap range output yang relevan terlukis pada gambar berikut :

Biaya

Biaya Variabel


(32)

commit to user

Gambar 2. Sifat Biaya Variabel terhadap Range Output yang Relevan Total biaya variabel tergantung pada jumlah output yang dibuat dan dijual. Bila jumlah unit yang diproduksi nol, maka biaya variabel juga nol tapi biaya tetap lebih besar dari nol, akibatnya, untuk menutupi biaya tetap harga penjualan per unit harus lebih besar dari biaya variabel per unit. Ini menolong menjelaskan mengapa sejumlah perusahaan tetap menjalankan pabriknya meski penjualan sementara menurun. Maksudnya adalah untuk memperoleh hasil penjualan untuk mmenutupi biaya tetap. Contoh-contoh biaya variabel adalah buruh langsung, biaya bahan bakar (bensin, listrik, gas alam) sehubungan dengan area produksi, biaya pengangkutan untuk membawa produk dari pabrik, pengemasan dan komisi penjualan.

3) Biaya Semi Variabel

Beberapa biaya mungkin tetap pada satu waktu, kemudian berubah ketika output yang lebih tinggi tercapai, kembali tetap, lalu naik lagi seiring dengan naiknya output menjadi lebih tinggi. Biaya ini diistilahkan sebagai biaya semi variabel atau semi tetap. Salah satu contohnya adalah gaji untuk supervisor produksi. Bila output berkurang 15 persen untuk masa singkat, manajemen organisasi tidak akan memotong gaji 15 persen. Hampir sama juga, komisi yang diberikan kepada salesman sering kali mengikuti jenjang keberhasilannya. Digambarkan sebagai berikut :

Biaya

Biaya Semivariabel


(33)

commit to user

Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang Relevan

Menurut Mulyadi (1999), penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dibedakan menjadi tiga yaitu biaya produksi, biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum. Secara keseluruhan biaya tersebut dalam analisis BEP tercakup dalam biaya produksi, namun, pengetahuan tentang berbagai macam biaya dapat membantu mengklasifikasikan penggolongan biaya dalam analisis BEP :

a) Biaya produksi

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau siap untuk dijual. Contohnya yaitu biaya bahan baku, biaya gaji karyawan, biaya overhead pabrikasi, dan lain sebagainya.

b) Biaya pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya yaitu biaya iklan, biaya pengangkutan dari gudang produsen ke gudang konsumen, biaya karyawan bagian pemasaran, dan lain sebagainya. c) Biaya administrasi dan umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, bagian hubungan masyarakat, dan pemeriksaan akuntansi.

Setelah mengetahui biaya, perusahaan harus menghitung besarnya penerimaan untuk mengetahui keuntungan usaha. Penerimaan harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk mencapai keuntungan usaha. Apabila penerimaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan mengalami kerugian.


(34)

commit to user

Ongkos (cost) dan penerimaan (revenue) adalah dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, dalam memproduksi suatu barang. Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau TR = Q x P (Mubarak, 2009).

Menurut Hanani (2010), penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Terdapat tiga konsep penting tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk analisis perilaku produsen.

1) Total Revenue (TR), yaitu total penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Jadi, TR = Pq X Q, dimana Pq = harga output per unit; Q = jumlah output.

2) Average Revenue (AR), yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual. Jadi, AR adalah harga jual output per unit

3) Marginal Revenue (MR), kenaikan TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output.

Penerimaan menurut Adjie (2010), adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan. Dirumuskan dengan TR = Q x P Dimana :

TR = Total penerimaan (Rp) Q = Jumlah produk


(35)

commit to user c. Keuntungan/laba

Setelah diketahui total biaya dan penerimaan maka dapat diketahui keuntungan/laba perusahaan. Menurut Downey (1992), terdapat beberapa penjelasan tentang laba diantaranya :

a) Laba merupakan imbalan dari pengambilan suatu resiko dalam bisnis. Semakin besar resiko, semakin besar laba yang akan diperoleh jika usaha tersebut berhasil. Sedangkan jika terjadi kegagalan, maka semua atau sebagian modal yang ditanam akan hilang.

b) Laba dihasilkan oleh pengendalian atas sumber daya yang langka. Jika sumber daya dikendalikan oleh masing-masing warga negara, dan didapatkan permintaan yang tinggi dari pihak lain, maka sumber daya tersebut dapat dijual dengan harga yang tinggi. Dengan semakin tingginya permintaan, maka semakin besar laba yang akan didapatkan.

c) Laba diperoleh karena kefektifan pengelolaan. Jika para pelaku bisnis mampu melakukan perencanaan dan pemikiran yang kreatif, akan dimungkinkan usaha bisnisnya berjalan dengan efisien sehingga mampu mendatangkan laba yang besar bagi perusahaan.

Menurut Sukirno (2000), keuntungan/laba dalam kegiatan perusahaan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dan hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan sebagainya. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut maka diperolehlah keuntungan.

Menurut Simamora (1999), laba merupakan salah satu ukuran seberapa baik kinerja sebuah perusahaan. Walaupun laba bukan satu-satunya tujuan perusahaan bisnis (tujuan lainnya bisa meliputi


(36)

commit to user

kelangsungan hidup, pertumbuhan, mutu produk, dan lain-lain). Perolehan laba cukuplah memadai untuk memikat investasi modal yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan (Bayu, 2009).

Laba ekonomi didefinisikan sebagai laba akuntansi (accounting profit) dikurangi biaya oportunitas (opportunity cost). Dengan demikian sebelum menghitung laba ekonomi perlu diketahui dulu biaya opportunity dari berbagai alternatif yang ada. Selama masih jumlahnya diatas nol, maka itu berarti bahwa keputusan untuk mempercayakan sumberdaya dalam bisnis merupakan keputusan yang baik. Namun, jika laba ekonomi menunjukkan nilai negatif secara jelas dapat dikatakan adanya suatu masalah. Hal ini menunjukkan bahwa alternatif ini tidak baik untuk dipilih, dan perlu menjadi pertimbangan memikirkan alternatif lain/baru yang nantinya akan menghasilkan laba ekonomi yang lebih tinggi (Downey, 1992).

Menurut Downey (1992) dikenal beberapa istilah laba yaitu laba bersih, laba operasi bersih, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, dalam BEP yang sering digunakan adalah istilah laba bersih, penjelasan mengenai berbagai istilah laba adalah sebagai berikut :


(37)

commit to user

a) Laba bersih

Laba bersih merupakan ayat terakhir dalam perhitungan rugi-laba. Laba bersih (bottom line) dijadikan sebagai tolok ukur keterampilan dan kemampuan pengambil keputusan dalam mengelola sumberdaya, karyawan dan keuangan. Bahkan lebih penting lagi, laba bersih mencerminkan perusahaan. Hal itu menjadi dasar untuk pertumbuhan, modernisasi, pengembangan produk-produk baru dan imbalan bagi karyawan dan penanam modal perusahaan di masa mendatang.

b) Laba Operasi Bersih

Laba operasi bersih sering disebut pula sebagai margin operasi yang merupakan jumlah yang tersisa apabila beban operasi dikurangkan dari marjin kotor. Faktur-faktur yang mempengaruhinya sama dengan faktur-faktur yang mempengaruhi marjin kotor ditambah dengan faktor-faktor yang berupa beban usaha.

c) Laba Bersih Sebelum Pajak

Laba bersih sebelum pajak merupakan jumlah yang tersisa setelah semua pendapatan atau beban non operasi diperhitungkan. Pendapatan non operasi meliputi semua pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti bunga atau deviden yang diperoleh dari penanaman modal di luar.

d) Laba Bersih Setelah Pajak

Laba bersih setelah pajak dapat dihitung setelah diketahui besarnya pajak penghasilan. Besarnya pajak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya besarnya laba, tingkat laba tahun sebelumnya, jenis organisasi bisnis dan peraturan pajak yang lainnya.


(38)

commit to user

Setelah diketahui konsep tentang biaya, penerimaan serta keuntungan/laba maka dapat dilakukan analisis break event point. Menurut Riyanto (1995) analisis break even point dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan dengan rumus aljabar, pendekatan grafik, dan pendekatan trial and error.

1. Perhitungan Break Even Point (BEP) dengan menggunakan rumus aljabar

a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit BEP (Q) =

VC -P

FC

Keterangan :

BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit FC (Fixed Cost) = biaya tetap (Rp)

P (Price) = harga jual produk per unit (Rp) VC (Variabel Cost) = biaya variable per unit (Rp)

P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah

BEP (QT) = S VC FC

-1

Keterangan :

BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah FC (Fixed Cost) = biaya tetap (Rp)

VC (Variable Cost) = biaya variable (Rp)

S (Sales) = volume penjualan x harga jual per unit (Rp)

S VC -1

= rasio marjin kontribusi/ contribution marjin


(39)

commit to user

rugi

laba

2. Perhitungan Break Event Point (BEP) dengan grafik

Salah satu cara menentukan break even point adalah dengan membuat gambar atau grafik break even. Dalam gambar tersebut akan tampak garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya volume produksi atau penjualan dalam unit nampak pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan dari penjualan nampak pada sumbu vertikal (sumbu Y). Dalam gambar break even tersebut break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit. Jika dari titik tersebut ditarik garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak besarnya break even dalam rupiah. Pada grafik tersebut digunakan asumsi bahwa besarnya biaya tetap selalu konstan, besarnya biaya variabel sebanding dengan volume penjualan. Gambar grafik BEP adalah sebagai berikut :

Break even point

Biaya tetap Biaya variabel keuntungan Penghasilan penjualan

Biaya total

Biaya tetap

Gambar 4. Grafik BEP Biaya dan penerimaan


(40)

commit to user

3. Pendekatan Trial and Error

Perhitungan break even point dengan cara trial and error dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitung keuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita kerugian maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total.

Analisis break event point sangat dipengaruhi oleh komponen biaya dan penerimaan. Perubahan nilai dari variabel-variabel yang mempengaruhi biaya maupun penerimaan sangat mungkin terjadi pada perusahaan. Perubahan variabel juga akan mempengaruhi break even point perusahaan. Hal tersebut tercakup dalam analisis sensitivitas.

3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas perlu dikaji untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-perubahan nilai dari variabel-variabel yang diamati. Analisis sensitivitas menurut Supriyono (1999), adalah analisis terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi laba. Faktor-faktor tersebut meliputi : 1) Perubahan harga jual per unit barang dagangan, produk atau jasa yang

dijual

2) Perubahan jumlah total biaya tetap

3) Perubahan jumlah total biaya variabel per unit

4) Kombinasi perubahan harga jual per unit, total biaya tetap, biaya variabel per unit dan volume penjualan.

Analisis sensitivitas atau sering pula disebut analisis kepekaan sebenarnya bukanlah teknik untuk mengukur resiko, tetapi suatu teknik


(41)

commit to user

untuk menilai dampak atau impact berbagai perubahan dalam masing-masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi. Variabel penting yang dimaksud adalah variabel harga, biaya dan jumlah produksi. Analisis sensitivitas adalah suatu analisis simulasi dimana nilai variabel-variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampaknya terhadap hasil yang diharapkan (Riyanto, 1995).

Para manajer secara berkala memutuskan apakah akan mengubah harga jual produk atau tidak. Kalangan konsumen cenderung menolak kenaikan harga dengan cara membeli lebih sedikit produk. Hal ini dapat mengurangi dampak kenaikan harga. Kenaikan harga jual per unit akan menurunkan titik impas penjualan, sedangkan penurunan harga jual per unit akan menaikkan titik impas penjualan. Sementara produk-produk dalam beberapa lingkungan bisnis sedemikian kompetitifnya sehingga manajer tidak dapat mengubah harga jual. Dalam kondisi seperti ini, manajer biasanya lebih memilih memangkas biaya produk. Perubahan biaya pun mempengaruhi titik impas penjualan. Kenaikan biaya variabel akan menaikkan titik impas, sedangkan penurunan biaya variabel akan menurunkan titik impas penjualan. Kenaikan biaya tetap akan menaikkan titik impas, sedangkan penurunan biaya tetap juga akan menurunkan titik impas penjualan (Simamora, 1999).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kemampuan untuk menghasilkan laba yang maksimum merupakan tujuan yang paling penting bagi perusahaan. Berbagai upaya dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk meningkatkan kemampuannya dalam meraih laba usaha. Cara yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah dengan menyusun sebuah perencanaan laba usaha. Hal penting dalam penyusunan perencanaan laba usaha adalah menentukan titik impas (break even point). Titik impas ini memberikan informasi dimana perusahaan didalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Melalui titik impas ini dapat diketahui berapa tingkat penjualan yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan berapa


(42)

commit to user

tingkat penjualan yang mesti dicapai guna menjamin adanya laba, maka, untuk untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan analisa break even point.

Analisa break even point di CV. Multi Global Agrindo menggunakan biaya tetap antara lain biaya sewa tanah untuk tanam, biaya sewa bangunan, gaji staf kantor, biaya pajak, biaya sosial, biaya promosi, biaya pemeliharaan alat, biaya tunjangan pelaksanaan tugas karyawan, tunjangan sosial karyawan, tunjangan kesejahteraan karyawan dan biaya pembelian benih pembanding. Sedangkan biaya variabel yang digunakan adalah biaya tenaga kerja harian, biaya pengolahan tanah, biaya persemaian, biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya saprodi, biaya panen, biaya oshu, biaya bahan bakar dan biaya pengemasan.

Permasalahan dalam penelitian ini dapat didekati dengan perhitungan analisis break even point dengan rumus aljabar menurut Riyanto (1995). Perhitungan Break Even Point (BEP) dengan menggunakan rumus aljabar adalah sebagai berikut :

a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit BEP (Q) =

VC -P

FC

Keterangan :

BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit (Kg)

FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya (Rp)

P = harga jual produk per unit dalam kg (Rp)

VC = biaya variable per unit antara lain biaya saprodi, biaya pemasaran dan lain sebagainya (Rp)

P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin

b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah BEP (QT) =

S VC FC

-1


(43)

commit to user

BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah

FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya (Rp)

VC = total biaya variabel antara lain biaya saprodi, biaya pemasaran dan lain sebagainya (Rp)

S = volume penjualan x harga jual per unit (Rp)

S VC

-1 = rasio marjin kontribusi/contribution marjin ratio

Analisis sensitivitas menunjukkan kepekaan dari sebuah perusahaan terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan biaya produksi dan jumlah produksi sesuai dengan kenaikan minimum yang pernah terjadi di CV. Multi Global Agrindo untuk melihat pengaruhnya terhadap keuntungan dan BEP yang dicapai oleh perusahaan. Serta menaikkan dan menurunkan harga jual berdasarkan trend dari perusahaan pesaing yaitu perusahaan Sakata dengan benih melon merk Glamor. Data dari perusahaan pesaing ini diasumsikan sebagai perubahan di CV. Multi Global Agrindo.

Berdasarkan analisis yang dilakukan akan dapat diketahui kondisi perusahaan pada saat mencapai break even point baik pada satuan unit maupun dalam rupiah serta sensitivitasnya terhadap perubahan beberapa variabel yang nantinya berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang didapat perusahan. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut dapat mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan, terutama menyangkut kebijakan produksi. Adapun kerangka teori pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(44)

commit to user

Gambar 5. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Break Even Point (BEP) Usaha. Pembenihan Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar

Buah melon

Proses produksi benih

Proses Pengemasan

OUTPUT Benih Melon PENERIMAAN

BIAYA

Biaya Tetap

(biaya sewa pajak,

Biaya Variabel

(TK, saprodi,

ANALISIS BEP

BEP atas dasar penjualan dalam

Rupiah

ANALISIS SENSITIVITAS

BEP atas dasar Unit

KONDISI PERUSAHAAN (BERKEMBANG/TIDAK)

PERUBAHAN PERUBAHAN

CV. Multi Global Agrindo sebagai pengusaha benih hortikultura


(45)

commit to user D. Hipotesis

1. Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha benih melon pada CV. Multi Global Agrindo masih mampu melampaui titik break even point dan menghasilkan laba meskipun diterapkan strategi pemasaran harga benih konstan.

2. CV. Multi Global Agrindo masih mampu melampaui titik break even point dan menghasilkan laba setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan perubahan minimum yang terjadi selama tahun 2006-2009.

E. Asumsi-asumsi

Analisis break even point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :

1. Biaya dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

2. Proporsi besarnya biaya untuk varietas MAI 119 diasumsikan sesuai dengan luas area produksi benih melon varietas MAI 119 dibanding dengan luasan produksi benih di CV. Multi Global Agrindo secara keseluruhan.

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini merupakan studi kasus pada CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar terkhusus pada usaha pembenihan melon varietas MAI 119 karena paling diterima pasar.

2. Data yang dianalisis adalah data produksi dan data biaya dari CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten


(1)

commit to user

menitipkan benih kepada agen tanpa adanya pembayaran diawal, sehingga kemungkinan retur menjadi sebuah resiko.

Hasil analisis break even point setelah diperhitungkan adanya resiko

menunjukkan bahwa CV. Multi Global Agrindo (MGA) masih mampu

melampaui titik break even point dan mencapai keuntungan walaupun nilai BEP lebih tinggi dan keuntungan lebih rendah dibanding sebelum diperhitungkan resikonya. Hal ini terjadi terkait hasil produksi yang terjual lebih sedikit, akibatnya penerimaan berkurang, saat penerimaan perusahaan berkurang maka keuntungan perusahaan berkurang. Pengurangan keuntungan setelah diperhitungkan resiko didukung dengan harga jual konstan yang merupakan strategi pemasaran di CV. MGA. Penerapan strategi pemasaran ini terkait dengan distribusi pemasaran benih melon dari CV. MGA. Cara CV. MGA memasarkan benih dengan mendistribusikan ke agen lalu agen menjualnya ke konsumen, namun, mengingat CV. MGA masih baru di pemasaran benih melon, terkadang agen tidak menerima distribusi benih dari CV. MGA, sehingga strategi yang dilakukan CV. MGA adalah dengan menguji cobakan sampel benih ke petani dengan harga retail (agen), setelah petani mencoba dan berhasil, distribusi benih langsung ke petani dihentikan dengan harapan petani akan mencari benihnya ke agen setempat, sehingga harapannya agen yang pada mulanya menolak distribusi benih dari CV. MGA menjadi menerima dengan baik. Penerapan strategi ini dari tahun ke tahun terus dievaluasi sehingga berbagai kelemahan yang ada dapat diantisipasi. Pada dasarnya, CV. MGA berupaya untuk tetap melampaui titik BEP dalam produksinya, dengan menerapkan strategi pemasaran baik itu cara pendistribusian maupun penerapan harga jual konstan.

Penerapan strategi pemasaran harga jual benih konstan oleh CV. Multi Global Agrindo ternyata tetap melampui titik BEP. Hal ini disebabkan peningkatan hasil produksi yang melimpah justru dapat dilakukan penekanan biaya akibat efisiensi penggunaan faktor produksi, didukung dengan iklim yang mendukung, hasil produksi lebih besar, penerimaan lebih banyak, sehingga dengan biaya minimal perusahaan dapat melampaui titik BEP.


(2)

commit to user

Setelah mengetahui kondisi perusahaan maka dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan meramalkan kondisi perusahaan apabila terjadi berbagai macam perubahan dari variabel-variabel yang mempengaruhi keuntungan perusahaan antara lain kemungkinan perubahan variabel harga, jumlah produksi maupun biaya produksi. Dengan analisis sensitivitas tersebut diharapkan perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan perubahan yang terjadi. Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa perubahan jumlah produksi bersifat positif, artinya jumlah produksi terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2009. Hal ini dikarenakan permintaan pasar meningkat sehingga perusahaan meningkatkan produksi melon varietas MAI 119. Pada tahun 2009, kondisi iklim sangat bagus untuk budidaya melon, sehingga menjadi faktor pendukung peningkatan hasil produksi. Selain faktor jumlah produksi, faktor total biaya produksi juga sangat mempengaruhi sensitivitas BEP. Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Perubahan yang terjadi pada biaya total terutama terjadi akibat adanya perubahan pada biaya variabelnya.

Analisis sensitivitas dilakukan terhadap jumlah produksi, harga dan total biaya produksi pada tahun 2009. Jumlah produksi benih melon varietas MAI 119 sebesar 120,25 kg dan total biaya produksi sebesar Rp. 198.677.530,00 dengan harga jual benih Rp. 4.750.000,00/kg benih. Penerimaan perusahaan sebesar Rp. 571.187.500,00. Perubahan harga jual diramalkan dengan perubahan harga benih pesaing dengan kualitas sejenis. Analisis perubahan dilakukan dengan memasukkan perubahan variabel-variabel yaitu perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,30%.

Peningkatan jumlah produksi sebesar 31,28% akan menurunkan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg, BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan produksi 31,28% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 17,30 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 82.198.420,33, sebaliknya ketika


(3)

commit to user

terjadi penurunan jumlah produksi 31,28% terjadi kenaikan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 21,43 kg dan Rp. 101.776.097,30 ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat melampaui titik BEP.

Peningkatan biaya produksi sebesar 45,34% akan menaikkan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg, BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan biaya produksi 45,34% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 31,12 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 147.834.719,40 sebaliknya ketika terjadi penurunan biaya produksi 45,34% terjadi penurunan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 8,93 kg dan Rp. 42.398.862,70 ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat melampaui titik BEP.

Peningkatan harga sebesar 41,3% akan menurunkan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg, BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan harga 41,3% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 12,07 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 80.984.332,05 sebaliknya ketika terjadi penurunan harga jual terjadi peningkatan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 39,91 kg dan Rp. 111.273.603,50, ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat melampaui titik BEP.

Berdasarkan analisis sensitivitas dari masing-masing variabel, dapat disimpulkan bahwa kenaikan jumlah produksi, penurunan biaya produksi dan kenaikan harga jual akan menyebabkan penurunan BEP. Baik BEP atas dasar unit maupun BEP atas dasar rupiah. Kebalikannya, jika ada penurunan jumlah produksi, kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual akan menyebabkan kenaikan tingkat BEP. Hal ini terjadi karena semakin tinggi biaya yang dikeluarkan maka penerimaan berkurang, sehingga BEP


(4)

commit to user

meningkat. Kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan harus memperhitungkan perkiraan perubahan yang terjadi dalam analisis sensitivitas, namun, juga harus memperhatikan aspek teknis untuk menghindari gagal panen yang akan menyebabkan banyak kerugian. Antisipasi yang dilakukan dari segi teknis dengan meningkatkan intensitas perawatan, pengendalian hama dan penyakit, pemotongan cabang tepat waktu agar bekas luka tidak meluas sehingga tanaman tidak mudah terinfeksi, selain itu dengan pengaturan jarak tanam supaya sirkulasi udara baik. Aspek teknis yang dilakukan sebagai sarana mengantisipasi gagal panen, mengingat tanaman melon sangat rentan hama penyakit terlebih di musim penghujan. Hasil panen melon sangat mempengaruhi jumlah produksi benih yang dihasilkan sehingga sebisa mungkin perusahaan mengantisipasi terjadinya gagal panen. Antisipasi yang dilakukan apabila telah gagal panen adalah mempersiapkan stock benih tahun sebelumnya (tahan simpan 2 sampai 3 tahun), sebab kerugian terbesar saat pelanggan beralih ke produk lain saat CV. MGA tidak mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga CV. MGA mengatur persediaan benih untuk mengantisipasi perubahan jumlah produksi. Sementara untuk meminimalisasi adanya retur karena benih tidak layak jual, CV. MGA memperketat SOP

(Standart Operasional prosedure) pada setiap tahap pembuatan benih dari

mulai budidaya melon, panen, pemilihan buah, pengambilan biji, pengeringan sampai ke seleksi benih sehingga diharapkan resiko benih tidak layak jual semakin kecil. SOP yang ditetapkan sesuai dengan ketetapan yang telah dirumuskan oleh CV. MGA sebelumnya dibawah pengawasan BPSB. Apabila SOP terpenuhi maka jumlah benih tidak layak jual diharapkan dapat berkurang walaupun jumlah produksi meningkat setiap tahunnya.

Manfaat diketahuinya pengaruh dari perubahan jumlah produksi, biaya produksi, dan harga bagi perusahaan adalah untuk membuat estimasi jumlah produksi dan penentuan harga yang nantinya akan mempengaruhi penerimaan dan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Dengan diketahui kondisi


(5)

commit to user

perusahaan setelah diuji sensitivitas BEPnya maka dapat dilihat kondisi perusahaan apakah tetap berkembang walaupun harus menghadapi kondisi varibel yang berubah. Berdasakan hasil analisis sensitivitas, maka CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar tetap berkembang karena mampu melampaui titik BEP dengan perubahan yang ada dan mendapatkan keuntungan dari menjalankan usahanya. Penetapan strategi prmasaran harga jual benih konstan tidak membuat perusahaan rugi karena masih mampu melampaui titik BEP.


(6)

commit to user

100

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan berikut ini :

1. Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar selama tahun 2006 sampai 2009 telah melampaui titik break

even point dan memperoleh keuntungan walaupun perusahaan menetapkan

strategi pemasaran harga jual konstan.

2. Adanya perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha pembenihan melon varietas MAI 119.

3. Jumlah produksi dan penerimaan di CV. Multi Global Agrindo setelah diperhitungkan adanya retur dan diuji sensitivitasnya tetap melampaui titik

break even point.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Strategi pemasaran dengan penetapan harga konstan hendaknya tetap dipertahankan oleh CV. Multi Global Agrindo, namun, perusahaan harus lebih mengontrol distribusi benih ke agen sehingga mengurangi resiko benih retur pada saat sudah kadaluwarsa (jangka waktu penggunaan benih habis).

2. Sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat dimanfaatkan

seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk, selain untuik pupuk juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti manisan buah dan sirup sehingga mempunyai nilai jual.