membahayakan ibu dan bayinya, seperti ibu menderita penyakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat dirumah sakit atau ibu
meninggal dunia Pudjiadi, 2001. 7 Paritas
Menurut Keneko 2006 dalam Yuliantarin 2009 menyatakan bahwa prevalensi menyusui eksklusif meningkat dengan bertambahnya jumlah anak, dimana
prevalensi anak ketiga atau lebih, lebih banyak yang disusui eksklusif dibandingkan dengan anak kedua dan pertama, sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara
paritas dengan pemberian ASI eksklusif. Paritas memiliki hubungan yang bermakna dengan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.
2.3.2. Faktor Eksternal
1 Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi keluarga dapat memengaruhi kemampuan keluarga
untuk memproduksi dan atau membeli pangan, ibu-ibu dari keluarga berpendapatan rendah kebanyakan adalah berpendidikan lebih rendah dan memiliki akses terhadap
informasi kesehatan lebih terbatas dibanding ibu-ibu dari keluarga berpendapatan tinggi, sehingga pemahaman mereka untuk memberi ASI secara eksklusif pada bayi
menjadi rendah Suyatno, 2000. 2 Tata Laksana Rumah Sakit
Bila persalinan normal, bayi dan ibu tidak perlu tidur terpisah. Bayi tidur bersama ibu dalam satu tempat tidur atau di dalam tempat tidur kecil disamping
tempat tidur ibunya. Ini disebut “rawat gabung”. Ibu dapat menyusui, menggendong
Universitas Sumatera Utara
atau membersihkan bayinya setiap saat bayi membutuhkan ibu. Rawat gabung akan mempermudah keberhasilan pemberian ASI eksklusif sehingga dapat mencegah
timbulnya masalah menyusui Roesli, 2000. Rumah sakit sayang bayi adalah rumah sakit yang melaksanakan sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui. Pada saat ini upaya ini tidak hanya dilaksanakan dirumah sakit saja, tetapi juga pada Rumah Sakit Bersalin dan
Puskesmas dengan tempat tidur Soetjiningsih, 1997. 3 Kondisi Kesehatan Bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat memengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit
bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI Pudjiadi, 2001
4 Pengganti ASI PASI atau Susu Formula Meskipun mendapat predikat The Gold Standart, makanan paling baik, aman,
dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah, sejarah
menunjukkan bahwa menyusui ASI, apalagi ASI eksklusif selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula yang mendesain susu
formula menjadi pengganti ASI YLKI, 2005 Surveillance System 2002, di daerah pedesaan di Indonesia, sebagian besar
ibu 60 persen melahirkan dirumah dan hampir semua ibu tidak mendapat contoh susu formula. Dua puluh dua persen 22 dari ibu melahirkan dirumah bersalin dengan
Universitas Sumatera Utara
bantuan bidan dan 10 persennya mendapat contoh gratis atau informasi tentang susu formula, dan hampir 29 persen ibu membeli susu formula yang dicontohkan. Di
daerah pinggir kota, hampir setengah dari semua ibu melahirkan dirumah bersalin dengan bantuan bidan, 27 – 50 persen ibu tidak menerima contoh susu formula, 15 –
36 persen menerima contoh dan 20 – 42 persen membeli susu formula yang dicontohkan.
5 Keyakinan yang Keliru di Masyarakat Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus
kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama, umum dilakukan dibanyak negara. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di
pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83 bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan
Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60 bayi baru baru lahir diberi air manis dan teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian
cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber
kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus LINKAGES, 2002. Pemberian makanan padat pada bayi yang terlalu dini tidak dianjurkan sebab
pada bulan-bulan pertama bayi belum dapat menelan makanan padat dengan baik. Selain itu zat-zat yang terdapat dalam makanan baru ini dapat menyebabkan alergi.
Energi yang tinggi dalam makanan padat dapat menyebabkan keadaan gizi lebih pada bayi Pudjiadi, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Mitos tentang menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu maupun dukungan yang diterimanya. Empat mitos yang paling sering berdasarkan pernyataan
bersama UNICEF, WHO, dan IDAI 2005 adalah : stres menyebabkan ASI kering, ibu dengan gizi kurang tidak mampu menyusui, bayi dengan diare menbutuhkan air
atau teh, sekali menghentikan menyusui, tidak dapat menyusui lagi dan ibu kurang percaya diri akan kemampuan untuk menyusui karena pada hari pertama setelah
melahirkan biasanya ASI yang keluar adalah kolostrum Proverawati, 2010. 6 Pengaruh Tempat dan Penolong Persalinan
Penolong persalinan di Indonesia terdiri dari dukun bayi, bidan dan dokter. Dukun bayi umumnya menolong persalinan dirumah, bidan dapat menolong
persalinan dirumah maupun dirumah bersalin, sedangkan dokter umumnya menolong persalinan di Rumah Sakit maupun Rumah Sakit Bersalin.
Di banyak masyarakat dan rumah sakit, saran dari petugas kesehatan juga mempengaruhi pemberian cairan selain ASI. Sebagai contoh, penelitian disebuah kota
di Ghana menunjukkan 93 persen bidan berpendapat cairan harus diberikan kepada semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di Mesir, banyak perawat menyarankan
para ibu untuk memberi air manis kepada bayinya segera setelah melahirkan LINKAGES, 2002.
Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu
Universitas Sumatera Utara
bersalin, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalin yang
berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum
diterapkannya pelayanan rawat disebahagian besar rumah sakit atau klinik bersalin Arifin, 2004.
7 Pengaruh Dukungan Keluarga Menurut Sarwono 2003, dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santoso 2001, dukungan yaitu suatu usaha untuk
menyokong sesuatu, atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.
Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto 2007 menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan
atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya. Keluarga juga dapat diartikan suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang di rekat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal
bersama. Sudiharto 2007 menyatakan, setiap anggota keluarga mempunyai struktur
peran formal dan informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan
pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,
Universitas Sumatera Utara
kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan
masalah. Menurut Burgess dalam Friedman 2010, keluarga terdiri dari orang-orang
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka
hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu
kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri. Tipe-tipe keluarga menurut Friedman 2010 antara lain: 1 keluarga inti atau
konjugal yaitu keluarga yang menikah, sebagi orang tua atau pemberi nafkah, keluarga inti terdiri dari suami, isteri dan anak mereka, baik anak kandung maupun
anak adopsi; 2 keluarga orientasi atau keluarga asal yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan dan 3 keluarga besar yaitu keluarga inti dan
oarang-orang yang berhubungan darah seperti kakeknenek, tante, paman, dan sepupu.
Friedman dalam Sudiharto 2007, menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. Dukungan keluarga merupakan bagian integral dari
Universitas Sumatera Utara
dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyusuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.
Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota-anggotanya. Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional Friedman, 1998.
Dukungan informasional artinya keluarga berfungsi sebagai sebuah keluarga dan diseminator atau penyebar informasi tentang dunia, dukungan penilaian artinya
keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota.
Sedangkan dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit dan dukungan emosional dimana keluarga sebagai sebuah tempat
yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi Friedman, 1998.
Dalam memberikan dukungan informasional, keluarga berfungsi sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan masalah menyusui. Informasi dapat
diperoleh melalui konsultasi dengan tenaga kesehatan, sumber bacaan majalah, buku, artikel maupun sumber lain yang mendukung. Keluarga juga dapat berperan
sebagai fasilitator dalam memberikan bantuan kepada ibu seperti menemani ibu dan mendengarkan masalah yang sedang dihadapi.
Menurut Watson, salah satu bentuk dukungan keluarga berupa pemberian bantuan dalam bentuk materi instrumental seperti pinjaman uang, bantuan fisik
Universitas Sumatera Utara
berupa alat-alat dan lain-lain yang dapat membantu mengatasi masalah. Dalam mengatasi ketegangan, kehadiran keluarga sangat berperan, terutama dalam
mendorong motivasi ibu, meningkatkan percaya diri dalam memberikan ASI eksklusif. Dengan motivasi tersebut diharapkan ibu tidak tegang dan tenang selama
proses menyusui Friedman, 1998. Menurut Sudiharto 2007, dukungan keluarga mempunyai hubungan terhadap
suksesnya pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya, membantu melakukan
perawatan bayi, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang seimbang kepada ibu. Menurut Roesli 2007, suami dan keluarga dapat
berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok atau menyendawakan bayi.
Hasil penelitian Etiana 2011 dengan judul penelitian Hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di desa kencong kecamatan
kepung kabupaten kediri, menunjukkan 47,81 ibu memberikan ASI secara eksklusif di Desa Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri. Hasil uji chi
square menunjukkan variabel dukungan keluarga p = 0,001 , dengan nilai koefisien korelasi 0,448 maka dukungan keluarga mempunyai hubungan yang cukup signifikan
dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri. Kepada anggota keluarga khususnya pada suami supaya memotivasi dan
mendukung ibu memberikan ASI secara eksklusif, dan kepada Puskesmas perlu peningkatan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pemberian ASI eksklusif
Universitas Sumatera Utara
2.4. Landasan Teori