Faktor Internal Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

2.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan yang dibuat oleh ibu. Selama ini ibu merupakan figur utama dalam keputusan untuk memberikan ASI atau tidak pada bayinya. Pengambilan keputusan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar diri ibu Widiastuti, 1999. Faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal antara lain umur ibu, pengetahuan ibu mengenai proses laktasi, pendidikan, motivasi, sikap, pekerjaan ibu, dan kondisi kesehatan ibu. Sementara itu, faktor dari luar diri ibu atau faktor eksternal antara lain sosial ekonomi, tata laksana rumah sakit, kondisi kesehatan bayi, pengaruh iklan susu formula, keyakinan keliru yang berkembang di masyarakat dan kurangnya penerangan dan dukungan terhadap ibu dari tenaga kesehatan atau petugas penolong persalinan maupun orang-orang terdekat ibu seperti ibu mertua, suami, dan lain-lain.

2.3.1. Faktor Internal

1 Umur Ibu Tahap perkembangan berkaitan erat dengan umur usia seseorang. Menurut Birren dan Jen ner 1997, dikutip dari Nugroho, 2000, mengatakan bahwa umur seseorang dibagi dalam tiga jenis meliputi yang pertama adalah usia biologis yaitu : menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya, berada dalam keadaan hidup dan tidak mati. Kedua adalah usia psikologis yaitu yang menunjukkan kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi yang dihadapinya. Ketiga usia sosial yang menunjukkan kepada peran- Universitas Sumatera Utara peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. Menurut Erickson 1960 dalam Nugroho 2000, mengatakan bahwa umur manusia dewasa dibagi dalam tiga fase yaitu umur dewasa awal antara 21 – 35 tahun, umur dewasa pertengahan antara 36-45 tahun dan umur dewasa lanjut 46 – 60 tahun. Kemudian pola fikir dan perilaku seseorang selalu berubah sepanjang hidupnya seiring dengan pertambahan usia. Perkembangan emosional akan sangat mempengaruhi keyakinan dan tindakan seseorang terhadap status pelayanan kesehatan. Tahap perkembangan dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan perilaku kesehatan, oleh karena kematangan emosional dan peningkatan pengetahuan seiring dengan pertambahan usia Potter dan Perry, 1997. Banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif kemungkinan disebabkan oleh karakteristik ibu tersebut diantaranya umur ibu yang masih terlalu muda sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi, pendidikan yang tidak memadai, pertama kali melahirkan sehingga tidak tahu pentingnya ASI eksklusif, pekerjaan, mementingkan keindahan tubuh pasca persalinan atau juga bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu, disebabkan ibu tidak mendapat informasi dari pihak kesehatan, keluarga dan masyarakat. Faktor lain yang memperkuat ibu untuk tidak menyusui dan memberikan susu formula adalah pemakaian pil KB, gengsi supaya kelihatan lebih modern dan tidak kalah pentingnya adalah pengaruh iklan Soetjiningsih, 1997. Universitas Sumatera Utara 2 Pengetahuan Ibu Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga Notoatmojo, 2003. Rongers 2000 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: Notoatmodjo, 2012. a. Awareness kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek. b. Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. c. Evaluation menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendakinya oleh stimulus e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap. Namun demikian dari penelitian Rongers ini menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap –tahap tersebut diatas Notoatmodjo, 2012. Pengetahuan yang dicukupi dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Tahu Know, tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami Comprehension, memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diteliti dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi Aplication, aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill benar. d. Analisa Analiysis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis Syntesis, menujukan kepada suatu kemampuan meletakkan yang atau menghubungkan bagian –bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi Evaluation, ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek Notoatmodjo, 2012. Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting dalam kesuksesan proses menyusui. Thaeb et al dalam Abdullah et al 2004 menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu, dan jumlah anak dalam keluarga berpengaruh positif pada frekwensi dan pola pemberian ASI. Hasil penelitian Handayani 2007 di Puskesmas Sukawarna menujukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif sebagian besar katagori kurang dan ibu yang bekerja tingkat pengetahuannya lebih baik dari ibu yang tidak bekerja. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian Meyskey 2007 di Kelurahan Pahandut wilayah kerja Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya menunjukkan bahwa faktor yang berkaitan dengan praktik pemberian ASI secara eksklusif adalah tingkat pengetahuan, peran petugas kesehatan dan peran keluarga. 3 Pendidikan Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin besar peluang untuk memberi ASI eksklusif. Sebaliknya akses terhadap media berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI, dimana semakin tinggi akses ibu pada media semakin tinggi peluang untuk tidak memberikan ASI eksklusif Abdullah et al, 2004 Tingkat pendidikan formal yang tinggi memang dapat membentuk nilai-nilai progresif pada diri seseorang, terutama dalam menerima hal-hal baru, termasuk pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada bayi. Namun sebagian besar ibu dengan pendidikan tinggi bekerja diluar rumah, bayi akan ditinggalkan dirumah di bawah asuhan nenek, mertua atau orang lain yang kemungkinan masih mewarisi nilai-nilai lama dalam pemberian makan pada bayi. Dengan demikian, tingkat pendidikan yang cukup tinggi pada wanita dipedesaan tidaklah menjadi jaminan bahwa mereka akan meninggalkan tradisi atau kebiasaan yang salah dalam memberi makan pada bayi, selama lingkungan sosial ditempat tinggal tidak mendukung kearah tersebut Suyatno, 2000. Pencapaian pemberian ASI eksklusif yang rendah ternyata disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah masih rendahnya pendidikan ibu dan Universitas Sumatera Utara kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif Supari, 2006. Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sebagaimana umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi Hidayat, 2005. 4 Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 2012. Newcomb dalam Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaan dan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Menurut Notoatmodjo 2012 pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: a Menerima receiving b Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. c Merespon responding d Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan Universitas Sumatera Utara tugas yang diberikan , terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. e Menghargai valuing f Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. g Bertanggung jawabresponsible h Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Menurut Notoatmodjo 2012 dalam bukunya menyatakan bahwa setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan yakni: a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tanda- tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit,cara pencegahan penyakit, dan sebagainya. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara berperilaku hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olah raga, relaksasi istirahat atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi kesehatannya. Universitas Sumatera Utara c. Sikap terhadap Kesehatan Lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian tehadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. Notoatmodjo 2012 mengemukakan dalam bukunya bahwa sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak terlalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain: a. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. d. Nilai value, didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Permana 2006 menunjukkan bahwa sikap positif ibu terhadap praktik pemberian ASI eksklusif tidak diikuti dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya, sikap belum otomatis terwujud sikap agar menjadi tindakan nyata diperlukan faktor dukungan dari pihak-pihak tertentu, seperti tenaga kesehatan dan orang-orang terdekat ibu. Universitas Sumatera Utara 5 Pekerjaan Pekerjaan adalah segala sesuatu aktifitas rutin yang dilakukan ibu yang mempunyai bayi guna memperoleh pendapatan. Pasal 83 UU NO.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyatakan bahwa buruhpekerja perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. Yang dimaksud dengan kesempatan yang patut disini adalah waktu yang diberikan kepada pekerja untuk menyusui bayinya, serta ketersediaan tempat yang sesuai untuk melakukan kegiatan tersebut. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan dikantor, tapi bisa juga berarti bekerja diladang, bagi masyarakat dipedesaan king, 1991 Menurut Salvina 2003 menyatakan bahwa 59,7 persen ibu yang bekerja hanya memberi ASI 4 kali dalam sehari, sementara jika pada waktu siang hari diberikan susu formula oleh keluarga atau pengasuh. Menurut Roesli 2004, menyatakan bahwa bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI eksklusif merupakan hal yang terbaik bagi bayi 6 Kondisi Kesehatan Ibu Kondisi kesehatan ibu juga dapat memengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak dapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat Universitas Sumatera Utara membahayakan ibu dan bayinya, seperti ibu menderita penyakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat dirumah sakit atau ibu meninggal dunia Pudjiadi, 2001. 7 Paritas Menurut Keneko 2006 dalam Yuliantarin 2009 menyatakan bahwa prevalensi menyusui eksklusif meningkat dengan bertambahnya jumlah anak, dimana prevalensi anak ketiga atau lebih, lebih banyak yang disusui eksklusif dibandingkan dengan anak kedua dan pertama, sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif. Paritas memiliki hubungan yang bermakna dengan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.

2.3.2. Faktor Eksternal

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Kepatuhan Ibu Menyusui Dalam Memberikan Asi Eksklusif Pada Bayi Baru Lahir Di Desa Sidodadi Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

10 100 54

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Di Puskesmas Padang Bulan Medan

1 28 44

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian Asi, MP-ASI Dan Pola Penyakit Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 36 58

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

Hubungan Motivasi Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 55 88

Lampiran 1 KUESIONER ANALISIS DETERMINAN PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN DARUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013

0 0 35

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI Eksklusif 2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif - Analisis Determinan Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

2 2 39

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Determinan Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

0 0 13

ANALISIS DETERMINAN PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN DARUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

0 0 20