bulan. Salah satu kondisi yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan. Khususnya
ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui secara eksklusif. Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang
ASI eksklusif, dukungan dokter, bidan, petugas kesehatan atau kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama ibu yang baru pertama menyusui dalam pemberian ASI
eksklusif. Pengetahuan yang baik menjadi salah satu bekal bagi ibu dalam proses
pemberian ASI eksklusif. Green dalam Notoatmodjo 2010 berpendapat, pengetahuan meski penting namun tidak selalu menyebabkan perubahan prilaku.
Namun demikian, hubungan positif antara perilaku dengan pengetahuan telah dibuktikan dalam sejumlah penelitian.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afrina 2004 yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan praktek
pemberian ASI eksklusif. Begitu juga dengan penelitian Ibrahim 2000 di Provinsi Aceh, ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mempunyai kesempatan dua kali
untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan kurang.
5.1.3. Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil analisis uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan responden dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini ditunjukkan
dari nilai p=0,016 p0,05. Hasil analisis dengan uji regresi logistik menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa variabel pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif p0,05.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ibu yang berpendidikan tinggi lebih sedikit 18,2 yang memberikan memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan
yang berpendidikan rendah 41,9 dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperolah pada pendidikan non formal.
Pergeseran paradigma juga dapat dipicu oleh tingginya tingkat kebutuhan hidup, meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri, dan pada ibu yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung merupakan ibu yang bekerja juga sehingga secara tidak langsung mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI yang tepat
pada bayinya. Melihat dari hasil penelitian, tenaga kesehatan harus lebih aktif dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif melalui penyuluhan-penyuluhan dan
konseling. Menurut Hidayat 2005, pendidikan merupakan penuntun manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sebagaimana umumnya, semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi. Pendidikan yang dimiliki oleh ibu berhubungan dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka ibu akan
berusaha untuk lebih mengetahui tentang pemberian ASI eksklusif. Pendidikan akan
Universitas Sumatera Utara
membuat seseorang ingin mengetahui lebih banyak hal yang diperlukan dan lebih tanggap terhadap informasi serta peka melihat perubahan-perubahan yang terjadi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Salfina 2003 dalam penelitiannya mengatakan bahwa 75,6 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif
adalah ibu dengan pendidikan tamat SD. Karena dalam penelitian ini responden yang tidak memberikan ASI eksklusif justru paling banyak adalah responden dengan
pendidikan SMA, Diploma, S1S2 36 orang.
5.1.4. Pekerjaan Ibu