mempertahankan menyusui dan tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
Tetapi pada kenyataannya ada juga bidan tidak memotivasi ibu untuk memulai menyusui bayinya segera setelah bersalin. Bidan tidak melakukan rawat
gabung dengan bayinya tetapi memisahkan bayi dengan ibunya, dan bayi diletakkan diruangan lain kemudian bidan langsung memberikan susu formula kepada bayi.
Bidan melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari, membantu ibu menyusui semau bayi tanpa pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui dan tidak memberika dot kepada bayi yang diberi ASI. Bidan mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI dan rujuk ibu kepada
kelompok tersebut ketika pulang dari pondok bersalin desa Polindes Depkes RI, 2007.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Srimaryati 2009, dikota Medan yang menyatakan bahwa tempat melahirkan berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif.
5.2.2. Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil analisis uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini
ditunjukkan dari nilai p=0,511 p0,05. Artinya penolong persalinan tidak mendorong ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif.
Di banyak masyarakat dan rumah sakit, saran dari petugas kesehatan juga memengaruhi pemberian cairan selain ASI. Seperti penelitian disebuah kota di Ghana
Universitas Sumatera Utara
mununjukkan 93 bidan berpendapat cairan harus diberikan kepada semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di Mesir, banyak perawat menyarankan para ibu
untuk memberi air manis kepada bayinya segera setelah melahirkan Lingkages, 2002
Pada penelitian ini penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun 100 tidak ASI eksklusif dibandingkan dengan penolong persalinan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan 40,7 memberikan ASI eksklusif. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Srimaryanti 2009, yang mengatakan bahwa variabel penolong persalinan
termasuk bidan desa adalah paling berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif. Begitu juga dengan penelitian Ida dalam Abdullah 2012, yang
menemukan adanya hubungan petugas penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.
Pada penelitian ini sebagian besar responden ditolong oleh petugas kesehatan Bidan dan Dokter pada saat persalinan 98,8. Menurut Pryor 2009, peran Dokter
kandungan sangat penting. Dokter kandungan memiliki kesempatan untuk menanamkan gagasan agar ibu berhasil menyusui bayi, menghilangkan rasa takut
sang ibu, dan memperbaiki gangguan fisik yang mungkin terjadi. Bidan memberikan penjelasan kepada ibu tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. Bidan membantu ibu mulai
menyusui bayinya segera setelah lahir melakukan inisiasi menyusu dini dan juga membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar.
Universitas Sumatera Utara
Studi kualitatif Fikawati dan Syafiq 2003 di Jakarta Selatan menemukan tenaga kesehatan membekali susu formula kepada ibu yang hendak pulang dari
Rumah Sakit dan Klinik. Studi lebih lanjut menemukan, susu formula tersebut diberikan kepada bayi karena ibu merasa sayang kalau susu formula tersebut dibuang
dan tidak dicobakan kebayinya. Akibatnya, bayi tersebut tidak mau lagi diberi ASI.
5.2.3. Penjelasan Variabel yang Tidak Ikut dalam Uji Regresi Logistik