2.1.2.6 Keterbatasan Audit Laporan Keuangan dalam Pendeteksian
Kecurangan
Menurut Rustiana 2008, fraudulent dalam suatu organisasi merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang
mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, akuntan publik harus dapat mencegah dan
mendeteksi secara dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya fraud sering kali ditunjukkan adanya gejala awal symptoms
berupa red flag fraud indicator misalnya perilaku tidak etis manajemen. Red flag ini biasanya muncul dalam setiap kasus kecurangan fraud
yang terjadi. Effendi 2008 mengutip penelitian Wilopo 2006 yang membuktikan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan
kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen,
serta menghilangkan asimetri informasi. Selain itu, riset Wilopo 2006 menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis
manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak parsial. Upaya-upaya tersebut antara lain:
1. Mengefektifkan pengendalian internal. 2. Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian.
3. Pelaksanaan good corporate governance.
Universitas Sumatera Utara
4. Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan,
negara, dan masyarakat. Konsep keyakinan yang diberikan kepada auditor selama
melaksanakan tanggung jawab perlu diketahui sepenuhnya oleh pihak auditor sendiri dan pihak manajemen. Tanggung jawab untuk
mendeteksi kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan menjadi bagian dalam tanggung jawab umum auditor. Tanggung jawab auditor
untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan - kesalahan yang disengaja diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.
Menurut Standar Profesi Akuntan Publik SPAP SA Seksi 316.1 mengenai pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan
menyatakan bahwa: “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”.
Auditor dalam menerima tugas audit memiliki keterbatasan dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendeteksi dan
mengungkapkan kecurangan. Keterbatasan itu dapat dilihat dari segi ekonomisnya yaitu dari segi biaya dan waktu. Namun bukan berarti
dalam hal ini auditor laporan keuangan kemudian tidak melakukan pendeteksian kecurangan. Seorang auditor laporan keuangan harus dapat
mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material
Universitas Sumatera Utara
untuk membuat suatu pertimbangan audit. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan auditor, khususnya di Indonesia, dalam
pendeteksian kecurangan yaitu: 1. Auditor kesulitan untuk mendeteksi berbagai karakteristik
kecurangan karena keterbatasan pengalaman dan keahlian dalam menghadapi kecurangan tersebut.
2. Kurang memadainya standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan di Indonesia.
3. Tekanan kompetensi dan fee audit. 4. Tekanan waktu.
5. Hubungan auditor dan auditee yang terbentur dengan independensi dan obyektivitas auditor.
6. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian kecurangan.
2.1.3 Pengendalian
Intern 2.1.3.1
Definisi, Tujuan dan Sasaran Pengendalian Internal
Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan secara memadai, bukan
mutlak tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Tindakanaktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam BPK,
2009 :
Universitas Sumatera Utara